BOSS Target Pendapatan 2018 Bisa Mencapai Rp 810 M
15 February 2018 12:19

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Borneo Olah Sarana Sukses Tbk (BOSS) menargetkan pendapatan sepanjang 2018 akan meningkat tiga kali lipat menjadi US$ 60 juta atau sekitar Rp 810 miliar, dibandingkan dengan pendapatan perusahaan di akhir 2017 yang diperkirakan hanya mencapai US$ 20 juta.
Direktur Utama perusahaan Freddy Tedjasasmita mengatakan kenaikan target pendapatan tahun ini ditopang peningkatan produksi yang ditargetkan mencapai 800 ribu ton per tahun. Faktor lain yang memperngaruhi peningkatan pendapatan adalah perbaikan harga baru bara sejak awal tahun lalu.
"Tahun ini produksi akan kami tingkatkan sampai tiga kali lipat, didukung sama pembukaan lahan baru yang akan dijalankan sama PT Pratama Bersama, selama ini yang masih produksi hanya satu konsesi," kata Freddy di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (15/2).
Menurut dia, hasil produksi perusahaan selama ini sebesar 50% diekspor ke Jepang, jumlah yang sama juga digunakan untuk penjualan kepada konsumen tetap perusahaan. Menurut dia dengan adanya peningkatan produksi ini perusahaan akan bisa memberikan suplai yang lebih besar kepada dua pasar utamanya ini.
"Permintaan dari pasar utama kita ini sebenarnya cukup tinggi dan terus meningkat jadi kita belum akan mencari pasar baru, fokus pemenuhan ke pasar ini saja," jelas dia.
Meski demikian perusahaan tak menutup peluang untuk melebarkan penjualannya ke pasar Korea Selatan karena jenis batu bara yang diproduksi juga sesuai dengan kebutuhan pasar di negara tersebut. Namun hal ini masih diwacanakan perusahaan mengingat kapasitas produksi perusahaan saat ini masih digukan untuk mencukupi kebutuhan pasar sat ini.
Direktur Keuangan perusahaan Widodo Nurly Sumadi mengatakan bahwa dari total pendapatan di tahun ini diperkirakan perusahaan akan memperoleh laba 25% atau sebesar US$ 15 juta (Rp 202,05 miliar).
Belanja Modal
Tahun ini perusahaan menganggarkan belanja modal (capital expenditure/capex) dikisaran Rp 60 miliar-Rp 70 miliar. Dana capex ini berasal dari dana yang diperoleh perusahaan saat melepaskan sahamnya ke publik dengan total raihan dana sebesar Rp 160 miliar.
"Tahun ini belanja modalnya lebih besar dari kemarin yang harga batu bara turun, kita bakal bangun konsesi baru dan infrastruktur jadi butuh dana lebih besar sekitar Rp 60 miliar-Rp 70 miliar," jelas Freddy.
Belanja modal akan digunakan perusahaan untuk membiayai pembangunan konsesi baru yang ditargetkan akan dapat beroperasi tahun ini, pembangunan infrastruktur pertambangan seperti jalan sepanjang 16 kilometer dan pelabuhan (jetty).
Menurut dia, dengan pembangunan pelabuhan ini nantinya perusahaan akan dapat menghemat biaya pengangkutan hingg US$ 5-US$ 6 dolar per ton.
(hps)
Direktur Utama perusahaan Freddy Tedjasasmita mengatakan kenaikan target pendapatan tahun ini ditopang peningkatan produksi yang ditargetkan mencapai 800 ribu ton per tahun. Faktor lain yang memperngaruhi peningkatan pendapatan adalah perbaikan harga baru bara sejak awal tahun lalu.
"Tahun ini produksi akan kami tingkatkan sampai tiga kali lipat, didukung sama pembukaan lahan baru yang akan dijalankan sama PT Pratama Bersama, selama ini yang masih produksi hanya satu konsesi," kata Freddy di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (15/2).
Menurut dia, hasil produksi perusahaan selama ini sebesar 50% diekspor ke Jepang, jumlah yang sama juga digunakan untuk penjualan kepada konsumen tetap perusahaan. Menurut dia dengan adanya peningkatan produksi ini perusahaan akan bisa memberikan suplai yang lebih besar kepada dua pasar utamanya ini.
"Permintaan dari pasar utama kita ini sebenarnya cukup tinggi dan terus meningkat jadi kita belum akan mencari pasar baru, fokus pemenuhan ke pasar ini saja," jelas dia.
Meski demikian perusahaan tak menutup peluang untuk melebarkan penjualannya ke pasar Korea Selatan karena jenis batu bara yang diproduksi juga sesuai dengan kebutuhan pasar di negara tersebut. Namun hal ini masih diwacanakan perusahaan mengingat kapasitas produksi perusahaan saat ini masih digukan untuk mencukupi kebutuhan pasar sat ini.
Direktur Keuangan perusahaan Widodo Nurly Sumadi mengatakan bahwa dari total pendapatan di tahun ini diperkirakan perusahaan akan memperoleh laba 25% atau sebesar US$ 15 juta (Rp 202,05 miliar).
Belanja Modal
Tahun ini perusahaan menganggarkan belanja modal (capital expenditure/capex) dikisaran Rp 60 miliar-Rp 70 miliar. Dana capex ini berasal dari dana yang diperoleh perusahaan saat melepaskan sahamnya ke publik dengan total raihan dana sebesar Rp 160 miliar.
"Tahun ini belanja modalnya lebih besar dari kemarin yang harga batu bara turun, kita bakal bangun konsesi baru dan infrastruktur jadi butuh dana lebih besar sekitar Rp 60 miliar-Rp 70 miliar," jelas Freddy.
Belanja modal akan digunakan perusahaan untuk membiayai pembangunan konsesi baru yang ditargetkan akan dapat beroperasi tahun ini, pembangunan infrastruktur pertambangan seperti jalan sepanjang 16 kilometer dan pelabuhan (jetty).
Menurut dia, dengan pembangunan pelabuhan ini nantinya perusahaan akan dapat menghemat biaya pengangkutan hingg US$ 5-US$ 6 dolar per ton.
Artikel Selanjutnya
Beli Alat Berat, BOSS Bidik Target Produksi 500 Ribu Ton
(hps)