
Saham Barang Konsumsi akan Terpengaruh Pelemahan Penjualan
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
07 February 2018 19:07

Jakarta, CNBC Indonesia – Kinerja saham barang konsumsi perlu diwaspadai, pasalnya ada kencenderungan ekspektasi terhadap penjualan ritel turun. Hal tersebut berpotensi mendorong kinerja emiten dari sektor barang konsumsi tertekan.
Penjualan tertekan pada akhirnya berdampak pada kinerja keuangan emiten-emiten sektor barang konsumsi, termasuk yang berada pada sub sektor makanan dan minuman.
Sepanjang sembilan bulan pertama tahun 2017, tercatat tiga dari empat emiten terbesar di sub sektor tersebut mencatatkan pelemahan pertumbuhan laba bersih. Keempat emiten tersebut adalah PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Mayora Indah Tbk (MYOR), dan PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk (ULTJ).
Kinerja keuangan yang tertekan tidak terlalu berdampak pada kinerja harga saham keempat emiten tersebut tetap naik sepanjang 2017 kecuali saham PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF). Saham-saham seperti PT Indofood CBP Sukses Mamur Tbk (ICBP) naik 3,8%, saham PT Mayora Indah Tbk (MYOR) naik 22,8%, dan saham PT Ultra Milk Industry Tbk (ULTJ) yang naik 13,3%.
Nampaknya, besarnya bobot dari sektor barang konsumsi telah mempengaruhi kinerja harga sahamnya. Per akhir 2016, saham-saham sektor barang konsumsi berkontribusi sebesar 22,42% dari kapitalisasi pasar IHSG, hanya kalah dari kontribusi saham-saham sektor jasa keuangan yang mencapai 25,4%.
Akibatnya, ketika IHSG diharapkan akan bullish seperti pada tahun lalu, saham-saham sektor barang konsumsi akan diburu oleh pelaku pasar supaya tidak ‘ketinggalan kereta’ ketika IHSG benar-benar melaju kencang, sampai performa keuangan pun dikesampingkan.
Bahkan pada hari ini, terlepas dari proyeksi penurunan penjualan barang-barang ritel, sektor barang konsumsi naik 1,32% dan menjadi sektor dengan penguatan terbesar.
Tetap harus waspada
Namun, pelaku pasar tetap harus waspada terhadap proyeksi penurunan penjualan barang-barang ritel. Terlebih, potensi kenaikan IHSG pada tahun ini mungkin dapat dikatakan sudah tidak besar lagi. Mayoritas pelaku pasar yang diwawancarai oleh CNBC Indonesia memprediksi IHSG hanya akan mencapai level sekitar 6.800.
Jika dihitung dari posisi hari ini, maka upsidenya hanya sekitar 4% lagi. Ketika IHSG sudah mencapai puncaknya, investor biasanya akan meninggalkan saham-saham berkapitalisasi pasar besar dan beralih ke saham-saham lapis dua dan tiga.
Selain itu, penjualan barang-barang ritel berpotensi turun setidaknya sampai paruh pertama tahun ini, merujuk pada survei indeks penjualan ritel bulan Desember yang dilakukan oleh Bank Indonesia.
Indeks ekspektasi penjualan periode 3 bulan (sampai dengan Maret) turun menjadi 118,7, dari 134,6 pada bulan November. Angka ini merupakan yang terendah sepanjang tahun 2017. Sementara itu, indeks penjualan periode 6 bulan (sampai dengan Juni), nilainya turun menjadi 149, dari yang sebelumnya 151.
Hal ini menunjukkan bahwa tekanan terhadap daya beli masyarakat Indonesia belum usai. Pada tahun 2017, diketahui bahwa penjualan ritel hanya naik tipis sebesar 2,9%, jauh melambat dibandingkan capaian tahun 2016 yang mampu tumbuh hingga 11%.
Lebih lanjut, penjualan dari pos makanan, minuman & tembakau hanya naik sebesar 7% pada tahun lalu, turun dibandingkan capaian tahun 2016 sebesar 20%.
(hps/hps) Next Article Daya Beli Membaik Saham Barang Konsumsi Menarik
Penjualan tertekan pada akhirnya berdampak pada kinerja keuangan emiten-emiten sektor barang konsumsi, termasuk yang berada pada sub sektor makanan dan minuman.
Sepanjang sembilan bulan pertama tahun 2017, tercatat tiga dari empat emiten terbesar di sub sektor tersebut mencatatkan pelemahan pertumbuhan laba bersih. Keempat emiten tersebut adalah PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Mayora Indah Tbk (MYOR), dan PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk (ULTJ).
![]() |
Nampaknya, besarnya bobot dari sektor barang konsumsi telah mempengaruhi kinerja harga sahamnya. Per akhir 2016, saham-saham sektor barang konsumsi berkontribusi sebesar 22,42% dari kapitalisasi pasar IHSG, hanya kalah dari kontribusi saham-saham sektor jasa keuangan yang mencapai 25,4%.
Akibatnya, ketika IHSG diharapkan akan bullish seperti pada tahun lalu, saham-saham sektor barang konsumsi akan diburu oleh pelaku pasar supaya tidak ‘ketinggalan kereta’ ketika IHSG benar-benar melaju kencang, sampai performa keuangan pun dikesampingkan.
![]() |
Bahkan pada hari ini, terlepas dari proyeksi penurunan penjualan barang-barang ritel, sektor barang konsumsi naik 1,32% dan menjadi sektor dengan penguatan terbesar.
Tetap harus waspada
Namun, pelaku pasar tetap harus waspada terhadap proyeksi penurunan penjualan barang-barang ritel. Terlebih, potensi kenaikan IHSG pada tahun ini mungkin dapat dikatakan sudah tidak besar lagi. Mayoritas pelaku pasar yang diwawancarai oleh CNBC Indonesia memprediksi IHSG hanya akan mencapai level sekitar 6.800.
Jika dihitung dari posisi hari ini, maka upsidenya hanya sekitar 4% lagi. Ketika IHSG sudah mencapai puncaknya, investor biasanya akan meninggalkan saham-saham berkapitalisasi pasar besar dan beralih ke saham-saham lapis dua dan tiga.
Selain itu, penjualan barang-barang ritel berpotensi turun setidaknya sampai paruh pertama tahun ini, merujuk pada survei indeks penjualan ritel bulan Desember yang dilakukan oleh Bank Indonesia.
Indeks ekspektasi penjualan periode 3 bulan (sampai dengan Maret) turun menjadi 118,7, dari 134,6 pada bulan November. Angka ini merupakan yang terendah sepanjang tahun 2017. Sementara itu, indeks penjualan periode 6 bulan (sampai dengan Juni), nilainya turun menjadi 149, dari yang sebelumnya 151.
Hal ini menunjukkan bahwa tekanan terhadap daya beli masyarakat Indonesia belum usai. Pada tahun 2017, diketahui bahwa penjualan ritel hanya naik tipis sebesar 2,9%, jauh melambat dibandingkan capaian tahun 2016 yang mampu tumbuh hingga 11%.
Lebih lanjut, penjualan dari pos makanan, minuman & tembakau hanya naik sebesar 7% pada tahun lalu, turun dibandingkan capaian tahun 2016 sebesar 20%.
(hps/hps) Next Article Daya Beli Membaik Saham Barang Konsumsi Menarik
Most Popular