Pengembang Hunian Mewah Diminta Waspada di Tahun Politik

Arys Aditya, CNBC Indonesia
07 February 2018 18:07
Konsultan properti internasional JLL menyebut tingkat serapan kondominium masih berada di bawah 63%
Foto: Apartemen
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar residensial atau hunian dinilai masih stabil, baik untuk hunian mewah berupa kondominium maupun apartemen. Konsultan properti internasional JLL menyebut tingkat serapan kondominium masih berada di bawah 63%, tetapi harus waspada memasuki tahun politik.

Luke Rowe, Head of Residential JLL, mengatakan permintaan terbesar pasar kondominium datang dari kelas menengah. Adapun, sepanjang 2017 pengembang masih tetap aktif untuk meluncurkan proyek – proyek terbarunya terutama di kelas menengah kebawah dengan konsentrasi proyek yang berada di area Jakarta Barat dan Timur.

"Selain itu, produk apartemen yang berdekatan dengan infrastruktur pendukung seperti LRT dan MRT yang juga akan menjadi nilai tambah dan daya tarik tersendiri bagi konsumen dalam menentukan pilihan,” ungkap Luke, Rabu (7/2).

Head of Advisory JLL Vivin Harsanto mengemukakan pertumbuhan ekonomi memainkan peran yang sangat berpengaruh dalam bisnis properti. Hal ini, lanjutnya, dapat terlihat erat kaitannya terhadap tingkat permintaan pasar perkantoran.

Dengan asumsi pertumbuhan di atas 5% pada tahun ini, dia memaparkan pengembang bisnis properti harus semakin cermat dalam melihat peluang dan membaca permintaan pasar. Vivin mengatakan faktor pembangunan infrastruktur dan perbaikan kemudahan peringkat bisnis Indonesia juga layak ditilik.

"Namun, pengembang juga perlu tetap waspada menjelang memasuki tahun politik," tuturnya.

Country Head JLL Indonesia Todd Lauchlan menyebutkan Indonesia mencatatkan rekor dari segi pasokan pada tahun lalu. Dia memandang sejumlah investor, seperti Jepang, China, Hong Kong dan Singapura masih menunjukkan minat yang cukup tinggi untuk berinvestasi pada sektor properti di Indonesia, khususnya sektor logistik dan residensial.

"Menjelang tahun politik, diharapkan realisasi investasi tidak terganggu sehingga tetap stabil," ungkapnya.


Berdasarkan riset JLL, tingkat permintaan untuk kawasan niaga (central business district/CBD) kurang lebih 240,000 sqm dan 115,000 sqm untuk Non-CBD, sedangkan tingkat hunian masih belum membaik dikarenakan jumlah pasokan yang signifikan sepanjang tahun.

Tingkat hunian rata-rata CBD yang saat ini berada di angka 80% dan Non-CBD yang berada di 76% diyakini akan mengalami lanjutan penurunan pada tahun yang akan datang.

(hps) Next Article Masuk Bisnis Properti, Saham RMBS Naik 20,65% Jadi Rp 376

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular