
Pasar Obligasi Tertekan Dipicu Kenaikan Yield di AS
Shuliya Ratanavara, CNBC Indonesia
06 February 2018 19:01

Jakarta, CNBC Indonesia - Kalangan pelaku pasar mengatakan obligasi pemerintah tekanan karena posisi yield yang sudah cukup rendah. Apalagi yield obligasi Amerika Serikat tenor 10 tahun mengalami kenaikan hingga sempat mencapai 2,88%.
"Kuncinya memang US Treasury yield seperti apa arah ke depan dan ada kemungkinan naik, tentunya ini bisa berdampak negatif ke pasar obligasi," jelas Head of Fixed Income Research Mandiri Sekuritas Handi Yunianto kepada CNBC Indonesia, Selasa (06/02/2018).
Oleh karena itu, ia memprediksi yield SUN dengan tenor 10 tahun akan ada pada posisi 6,36%. Sementara, menurut Handi, dengan yield 6,4% saja timbal hasil yang bisa diharapkan oleh investor hanya sebesar 7,2%. Angka tersebut berada jauh di bawah imbal hasil yang bisa didapatkan dari SUN pada 2017 yaitu sebesar 17,6%.
Lebih lanjut, ia menjelaskan perlu ada andil dari investor domestik untuk menyerap obligasi pemerintah. Terutama oleh perbankan sebab berdasarkan data Mandiri Sekuritas, dua pemain utama dalam penyerapan SUN adalah investor asing dan perbankan meskipun pembeliannya tak akan sebesar pada 2017.
Tercatat pada 2017 perbankan melakukan pembelian SUN senilai Rp 84 triliun atau naik 22% dibandingkan Rp 27 triliun pada 2016. Sementara, investor asing masih menjadi pembeli utama SUN dengan total nilai Rp 167 triliun pada 2017 atau naik 40% dari sebelumnya Rp 107 triliun pada 2016.
Sementara pada 2018, ia menargetkan total pembelian SUN oleh perbankan akan hanya akan mencapai Rp 60 triliun. "(Padahal) Domestik juga penting, dengan global yang kurang kondusif, diharapkan dari domestik harus terus menunjukan perbaikan," kata Handi.
Di sisi lain, ia juga masih mengharapkan stimulus dari eksternal berupa peningkatan rating dari Moodys yang akan bisa menurunkan yield obligasi pemerintah. "Dan seandainya INDOGB masuk ke global agregat indeks akan lebih bagus lagi," tutup Handi.
(hps) Next Article Keperkasaan Rupiah Dukung Pasar SUN, Asing Makin Deras Masuk
"Kuncinya memang US Treasury yield seperti apa arah ke depan dan ada kemungkinan naik, tentunya ini bisa berdampak negatif ke pasar obligasi," jelas Head of Fixed Income Research Mandiri Sekuritas Handi Yunianto kepada CNBC Indonesia, Selasa (06/02/2018).
Oleh karena itu, ia memprediksi yield SUN dengan tenor 10 tahun akan ada pada posisi 6,36%. Sementara, menurut Handi, dengan yield 6,4% saja timbal hasil yang bisa diharapkan oleh investor hanya sebesar 7,2%. Angka tersebut berada jauh di bawah imbal hasil yang bisa didapatkan dari SUN pada 2017 yaitu sebesar 17,6%.
Tercatat pada 2017 perbankan melakukan pembelian SUN senilai Rp 84 triliun atau naik 22% dibandingkan Rp 27 triliun pada 2016. Sementara, investor asing masih menjadi pembeli utama SUN dengan total nilai Rp 167 triliun pada 2017 atau naik 40% dari sebelumnya Rp 107 triliun pada 2016.
Sementara pada 2018, ia menargetkan total pembelian SUN oleh perbankan akan hanya akan mencapai Rp 60 triliun. "(Padahal) Domestik juga penting, dengan global yang kurang kondusif, diharapkan dari domestik harus terus menunjukan perbaikan," kata Handi.
Di sisi lain, ia juga masih mengharapkan stimulus dari eksternal berupa peningkatan rating dari Moodys yang akan bisa menurunkan yield obligasi pemerintah. "Dan seandainya INDOGB masuk ke global agregat indeks akan lebih bagus lagi," tutup Handi.
(hps) Next Article Keperkasaan Rupiah Dukung Pasar SUN, Asing Makin Deras Masuk
Most Popular