
IHSG Secara Meyakinkan Dibuka Positif Pagi Ini
Houtmand P Saragih & Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
01 February 2018 08:58

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan pagi ini dibuka menguat 0,61% ke level 6.645,91 poin. Investor cukup lega dengan keputusan The Fed mempertahankan suku bunga acuan dan investor juga akan menyimak sejumlah rilis yang akan disampaikan emiten hari ini.
Setengah jam sebelum bursa domestik dibuka, Bursa saham Jepang pada perdagangan pagi ini menguat, dimana indeks Nikkei naik 1,04%%. Indeks Shanghai turun 0,21%, indeks Kospi menguat 0,22% dan indeks Strait Time naik 0,22%.
Sementara Wall Street menutup Januari dengan penguatan. Dow Jones naik 0,28% ke 26.149,39, S&P 500 menguat 0,05% ke 2.823,81, dan Nasdaq bertambah 0,12% menjadi 7.411,48.
Keputusan The Fed yang mempertahankan suku bunga acuan menghapus kekhawatiran pasar. Awalnya, investor cemas The Fed akan agresif dalam menaikkan suku bunga acuan, tetapi ternyata sejauh ini hasilnya masih sesuai dengan ekspektasi pasar.
Investor juga menyambut positif perkiraan The Fed bahwa inflasi Negeri Paman Sam akan terakselerasi dalam waktu 12 bulan ke depan. The Fed memperkirakan inflasi akan bergerak stabil kea rah 2% dalam jangka menengah.
Untuk suku bunga acuan, The Fed menegaskan bahwa kenaikan akan bersifat gradual dan dikomunikasikan dengan baik. Tahun ini diperkirakan ada tiga kali kenaikan suku bunga acuan.
Selain hasil rapat The Fed, Wall Street juga didorong oleh perkiraan angka penciptaan lapangan kerja yang dirilis ADP. Pada Januari 2018, ADP memperkirakan ada 234.000 lapangan kerja baru. Melampaui estimasi pasar yang sebesar 186.000.
Untuk perdagangan hari ini, ada sejumlah hal yang bisa mendorong penguatan IHSG lebih lanjut. Pertama, suku bunga acuan AS yang tidak berubah, sentimen yang terbukti ampuh membuat Wall Street menghijau. Investor, terutama asing, bisa kembali melakukan aktivitas dengan tenang.
Kedua, rilis data inflasi domestik periode Januari 2018 yang akan dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini. Konsesus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan inflasi Januari 2018 sebesar 0,71% bulanan (month to month/MtM) dan 3,36% tahunan (year on year/YoY). Untuk inflasi inti, secara tahunan diperkirakan 2,8% YoY.
Apabila data inflasi sesuai dengan ekspektasi pasar, maka bisa menjadi salah satu energi pendorong IHSG. Kinerja saham-saham yang sensitif terhadap suku bunga seperti perbankan, properti, dan barang konsumsi patut untuk disimak.
Ketiga, perkembangan harga minyak dunia juga bisa menjadi sentimen positif bagi IHSG. Setelah terkoreksi selama dua hari berturut-turut, harga minyak mulai rebound meski belum kembali ke level awal.
Kenaikan harga minyak agak anomali, karena terjadi di tengah kenaikan produksi. Pada Januari 2018, produksi emas hitam di negara Asosiasi Pengekspor Minyak (OPEC) diperkirakan naik 100.000 barel per hari dibandingkan bulan sebelumnya menjadi 32.4 juta barel per hari.
Produksi minyak di AS juga naik 384.000 barel per hari menjadi 10,04 barel per hari. Ini merupakan kali pertama produksi minyak AS menembus kisaran 10 juta barel per hari sejak 1970.
Kenaikan harga minyak akan mendorong kinerja emiten sektor migas dan pertambangan. Dalam perdagangan beberapa waktu terakhir, penguatan saham sektor ini mampu menopang kenaikan IHSG.
Keempat adalah perkembangan nilai tukar dolar AS, yang juga bisa menjadi bahan bakar kenaikan IHSG. Dolar AS bergerak cenderung melemah terhadap mata uang dunia. Dollar AS tercatat mengalami koreksi tipis 0,03% menjadi 89,14.
Pelemahan dolar AS dipicu oleh keputusan The Fed yang mempertahankan suku bunga acuan. Pelaku pasar awalnya harap-harap cemas suku bunga acuan akan dinaikkan secara agresif, sehingga cenderung mengamankan asetnya terutama di obligasi pemerintah AS. Ini sempat memicu penguatan dolar AS pada awal pekan.
Namun seiring keputusan The Fed yang masih mempertahankan suku bunga acuan, kini investor bisa mengambil nafas. Dana-dana pun tidak lagi terkonsentrasi ke AS dan lebih menyebar. Dampaknya, dolar AS cenderung terkoreksi.
Sentimen yang berpotensi membuat IHSG terkoreksi adalah ambil untung. IHSG masih mencatatkan penguatan 3,93% sepanjang Januari, sehingga masih ada keuntungan yang bisa direalisasikan investor kapan saja.
Pengumuman perkembangan inflasi inti dalam negeri juga jadi faktor yang akan dicermati. Inflasi inti kemungkinan masih dalam tren melambat, bergerak di bawah 2%. Hal ini bisa menjadi sentimen negatif karena mengindikasikan konsumsi dan daya beli masyarakat relatif lemah.
Ketiga adalah harga baru bara yang melemah cukup dalam, meski harga minyak sedikit menguat. Salah satu pemicu pelemahan ini adalah anjloknya perdagangan batu bara di pasar keuangan.
Catatan lembaga riset energi Prospex menyebutkan, volume perdagangan batu bara melalui instrumen keuangan turun 37% menjadi 3,5 miliar ton pada 2017. Penurunan konsumsi batu bara global menyebabkan sebagian pelaku pasar memutuskan keluar.
Patut dicermati bagaimana dampak penurunan harga batu bara terhadap pergerakan saham-saham pertambangan. Apalagi sepanjang Januari sektor pertambangan sudah menguat 24,97%, sehingga peluang koreksi akibat ambil untung sangat tinggi.
Berikut adalah peristiwa-peristiwa yang akan terjadi hari ini:
(hps/hps) Next Article Bursa RI Merah Padam! Tenang...Asing Tetap Borong Saham
Setengah jam sebelum bursa domestik dibuka, Bursa saham Jepang pada perdagangan pagi ini menguat, dimana indeks Nikkei naik 1,04%%. Indeks Shanghai turun 0,21%, indeks Kospi menguat 0,22% dan indeks Strait Time naik 0,22%.
Sementara Wall Street menutup Januari dengan penguatan. Dow Jones naik 0,28% ke 26.149,39, S&P 500 menguat 0,05% ke 2.823,81, dan Nasdaq bertambah 0,12% menjadi 7.411,48.
Keputusan The Fed yang mempertahankan suku bunga acuan menghapus kekhawatiran pasar. Awalnya, investor cemas The Fed akan agresif dalam menaikkan suku bunga acuan, tetapi ternyata sejauh ini hasilnya masih sesuai dengan ekspektasi pasar.
Investor juga menyambut positif perkiraan The Fed bahwa inflasi Negeri Paman Sam akan terakselerasi dalam waktu 12 bulan ke depan. The Fed memperkirakan inflasi akan bergerak stabil kea rah 2% dalam jangka menengah.
Untuk suku bunga acuan, The Fed menegaskan bahwa kenaikan akan bersifat gradual dan dikomunikasikan dengan baik. Tahun ini diperkirakan ada tiga kali kenaikan suku bunga acuan.
Selain hasil rapat The Fed, Wall Street juga didorong oleh perkiraan angka penciptaan lapangan kerja yang dirilis ADP. Pada Januari 2018, ADP memperkirakan ada 234.000 lapangan kerja baru. Melampaui estimasi pasar yang sebesar 186.000.
Untuk perdagangan hari ini, ada sejumlah hal yang bisa mendorong penguatan IHSG lebih lanjut. Pertama, suku bunga acuan AS yang tidak berubah, sentimen yang terbukti ampuh membuat Wall Street menghijau. Investor, terutama asing, bisa kembali melakukan aktivitas dengan tenang.
Kedua, rilis data inflasi domestik periode Januari 2018 yang akan dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini. Konsesus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan inflasi Januari 2018 sebesar 0,71% bulanan (month to month/MtM) dan 3,36% tahunan (year on year/YoY). Untuk inflasi inti, secara tahunan diperkirakan 2,8% YoY.
Apabila data inflasi sesuai dengan ekspektasi pasar, maka bisa menjadi salah satu energi pendorong IHSG. Kinerja saham-saham yang sensitif terhadap suku bunga seperti perbankan, properti, dan barang konsumsi patut untuk disimak.
Ketiga, perkembangan harga minyak dunia juga bisa menjadi sentimen positif bagi IHSG. Setelah terkoreksi selama dua hari berturut-turut, harga minyak mulai rebound meski belum kembali ke level awal.
Kenaikan harga minyak agak anomali, karena terjadi di tengah kenaikan produksi. Pada Januari 2018, produksi emas hitam di negara Asosiasi Pengekspor Minyak (OPEC) diperkirakan naik 100.000 barel per hari dibandingkan bulan sebelumnya menjadi 32.4 juta barel per hari.
Produksi minyak di AS juga naik 384.000 barel per hari menjadi 10,04 barel per hari. Ini merupakan kali pertama produksi minyak AS menembus kisaran 10 juta barel per hari sejak 1970.
Kenaikan harga minyak akan mendorong kinerja emiten sektor migas dan pertambangan. Dalam perdagangan beberapa waktu terakhir, penguatan saham sektor ini mampu menopang kenaikan IHSG.
Keempat adalah perkembangan nilai tukar dolar AS, yang juga bisa menjadi bahan bakar kenaikan IHSG. Dolar AS bergerak cenderung melemah terhadap mata uang dunia. Dollar AS tercatat mengalami koreksi tipis 0,03% menjadi 89,14.
Pelemahan dolar AS dipicu oleh keputusan The Fed yang mempertahankan suku bunga acuan. Pelaku pasar awalnya harap-harap cemas suku bunga acuan akan dinaikkan secara agresif, sehingga cenderung mengamankan asetnya terutama di obligasi pemerintah AS. Ini sempat memicu penguatan dolar AS pada awal pekan.
Namun seiring keputusan The Fed yang masih mempertahankan suku bunga acuan, kini investor bisa mengambil nafas. Dana-dana pun tidak lagi terkonsentrasi ke AS dan lebih menyebar. Dampaknya, dolar AS cenderung terkoreksi.
Pengumuman perkembangan inflasi inti dalam negeri juga jadi faktor yang akan dicermati. Inflasi inti kemungkinan masih dalam tren melambat, bergerak di bawah 2%. Hal ini bisa menjadi sentimen negatif karena mengindikasikan konsumsi dan daya beli masyarakat relatif lemah.
Ketiga adalah harga baru bara yang melemah cukup dalam, meski harga minyak sedikit menguat. Salah satu pemicu pelemahan ini adalah anjloknya perdagangan batu bara di pasar keuangan.
Catatan lembaga riset energi Prospex menyebutkan, volume perdagangan batu bara melalui instrumen keuangan turun 37% menjadi 3,5 miliar ton pada 2017. Penurunan konsumsi batu bara global menyebabkan sebagian pelaku pasar memutuskan keluar.
Patut dicermati bagaimana dampak penurunan harga batu bara terhadap pergerakan saham-saham pertambangan. Apalagi sepanjang Januari sektor pertambangan sudah menguat 24,97%, sehingga peluang koreksi akibat ambil untung sangat tinggi.
Berikut adalah peristiwa-peristiwa yang akan terjadi hari ini:
- Kementerian Perdagangan menggelar rapat kerja tahunan yang dis&-hadiri sejumlah menteri Kabinet Kerja (08.30 WIB).
- Rilis data inflasi Indonesia periode Januari 2018 (11.00 WIB).
- Rilis data indeks manufaktur China periode Januari 2018 (08.45).
- Rilis data indeks manufaktur Inggris periode Januari 2018 (16.30).
- Rilis data indeks manufaktur AS periode Januari 2018 (22.00).
(hps/hps) Next Article Bursa RI Merah Padam! Tenang...Asing Tetap Borong Saham
Most Popular