Sudah Mahalkah Harga Saham di Bursa Kita?

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
24 January 2018 10:38
Rally panjang IHSG sejak awal tahun telah menghantarkan kinerja pasar saham domestik naik 4,4%.
Foto: ist
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sempat berada di level 6.600 poin pada perdagangan kemarin sempat membuat pelaku pasar sedikit khawatir. Rally panjang IHSG sejak awal tahun telah menghantarkan kinerja pasar saham domestik naik 4,4%.

Kinerja IHSG yang naik pesat tersebut memunculkan pertanyaan, sudah mahalkah IHSG saat ini? Apalagi kenaikan IHSG tercatat terbesar ketiga pada tahun 2017 jika dibandingkan dengan pasar saham negara lainnya di Asia Tenggara sebesar 19,99%.
Sudah Mahalkah Harga Saham di Bursa Kita ?Foto: CNBC Indonesia

Ukuran yang biasa digunakan untuk menentukan mahal-murahnya suatu saham maupun indeks saham adalah price to earnings ratio (PER), dimana rasio ini dapat dihitung dengan membagi harga saham dengan pendapatan per lembarnya. Semakin tinggi, maka dapat dikatakan saham tersebut semakin dihargai tinggi oleh investor (mahal).

Mengutip Reuters, saat ini PER gabungan dari seluruh saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) tercatat di level 19,19 kali. IHSG lantas masih relatif lebih murah jika dibandingkan dengan indeks saham Filipina, Vietnam, Serta India, namun lebih mahal jika dibandingkan dengan Malaysia, Thailand, dan China.
Sudah Mahalkah Harga Saham di Bursa Kita ?Foto: CNBC Indonesia

Melihat PE IHSG yang masih relatif murah, maka tentu masih terdapat ruang penguatan, asalkan optimisme dari investor dapat dijaga.

Sebelumnya, para pelaku pasar memang memproyeksi IHSG masih akan membukukan tren positif pada tahun 2018. Wisnu Karto, manajer investasi dari BNI Asset Management menargetkan IHSG bisa mencapai 6.860 poin pada tahun ini. Tidak jauh berbeda, manajer investasi dari Insight Asset management, Camar Remoa, memproyeksi IHSG menyentuh level 6.800.

Bahkan, salah satu sekuritas Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yakni PT Bahana Sekuritas memproyeksi IHSG akan menembus level 7.000 pada tahun ini. ''Tahun ini pasar akan mencari keseimbangan antara stabilitas makro ekonomi yang terjaga dengan beberapa faktor risiko yang membayangi yakni tren kenaikan harga minyak dunia, perhelatan pilkada serentak di dalam negeri serta kebijakan investasi pemerintah China,'' kata Andri dalam keterangan tertulis yang diterima CNBC Indonesia beberapa waktu lalu.

Hal positif yang akan berdampak pada pasar dan perekonomian sepanjang 2018 adalah berlanjutnya belanja infrastruktur, dana subsidi untuk sosial, serta dana - dana kampanye yang biasanya meningkat menjelang Pilkada dan Pilpres. Harga komoditas global yang stabil meningkat khususnya harga batu bara juga diharapkan memberi multiplier effect terhadap perekonomian.
(hps/hps) Next Article Bursa RI Merah Padam! Tenang...Asing Tetap Borong Saham

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular