Dibuka Menguat, Profit Taking Membayangi IHSG

Houtmand P Saragih & Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
22 January 2018 09:06
Ada potensi aksi profit taking akan terjadi hari ini di bursa saham domestik, setelah pekan lalu tercatat pecah rekor dalam lima hari berturut.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Luthfi Rahman
  • IHSG pekan lalu naik 1,90%, dan setiap hari selama sepekan ditutup di level tertinggi baru atau pecah rekor
  • Investor akan menyimak laporan dari beberapa emiten yang akan menyampaikan keterbukaan informasi hari ini
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di buka menguat 0,03% ke level 6.492,94 poin, meskipun pasar saham Asia cenderung bervariasi merespons perkembangan politik AS. Ada potensi aksi profit taking akan terjadi hari ini di bursa saham domestik, setelah pekan lalu tercatat pecah rekor dalam lima hari berturut.

Pasar saham Asia pagi ini dibuka bervariasi, indeks Nikkei menguat 0,35%. Indeks Hang Seng saat pembukaan menguat 0,41%, indeks Shanghai menguat 0,38%, indeks Kospi terkoreksi 1,03% dan indeks Straits Times koreksi tipis 0,02%.

Pasar saham AS, akhir pekan lalu ditutup menguat. “Government Shutdown” tidak mengganggu kinerja indeks Dow Jones yang ditutup menguat 0,21% ke 26.071,72 poin. Indeks S&P 500 naik 0,44% ke 2810,30 poin, dan indeks Nasdaq juga ditutup menguat 0,55% menjadi 7336,38 poin.
 
Investor masih tidak terlalu terpengaruh oleh prospek shutdown pemerintahan AS karena hal ini sudah sering terjadi di AS. Investor nampaknya masih lebih tertarik kepada kuatnya fundamental perusahaan-perusahaan di AS, seiring dengan rilis laporan keuangan yang mayoritas menunjukkan performa yang melebihi ekspektasi.

Pada hari Kamis waktu setempat, House of Representatives AS pun masih meloloskan persetujuan anggaran pemerintah AS, untuk kemudian dibawa ke Senat di mana 60 suara dibutuhkan. Sebagai catatan, Partai Republik hanya memegang 51 kursi di Senat.
 
Setelah melewati deadline hari Jumat dengan masih mentoknya persetujuan anggaran, akhirnya pemerintahan AS resmi dinyatakan shutdown. Dalam voting pada Jumat malam waktu setempat, target mayoritas 60 suara gagal dicapai Republikan. Lebih dari 40 Senator telah memilih tidak meloloskan rencana anggaran Persiden Donald Trump tersebut.
 
Tidak tercapainya kesepakatan dipicu oleh perdebatan isu imigrasi di kalangan Demokrat dan Republikan. Kalangan Demokrat ingin agar rencana anggaran yang diajukan pemerintah Trump juga mencakup anggaran untuk melindungi 700 ribu imigran ilegal yang terancam dideportasi di bawah pemerintahannya. Kalangan Republikan menolak mentah-mentah tuntutan itu.
 
Hingga kini, para Senator AS masih terus berunding di Capitol Hill, Washington DC. Berbagai lobi dan upaya dilakukan agar kesepakatan bisa dicapai dalam pembahasan rencana anggaran AS. Tidak diketahui pasti berapa lama pemerintah AS akan tutup. Terakhir pada tahun 2013, pemerintah AS tutup selama 16 hari di bawah Presiden Barack Obama.
 
Akan tetapi, analis memperkirakan hal ini tidak akan berdampak pada pasar modal Indonesia selama peristiwa ini tidak direspon negatif oleh pelaku pasar Amerika, malah justru akan membuat nilai tukar rupiah semakin kuat.
 
Berkaca dari shutdown sebelumnya yang berlangsung pada tahun 2013, tiga indeks utama pasar saham AS justru menguat, walaupun sempat terkoreksi. Sementara itu, IHSG pada periode tersebut juga mengalami penguatan hingga 4%.
 
Berikut adalah peristiwa-peristiwa yang akan terjadi hari ini:
  • Bank Indonesia dan pemerintah menggelar rapat Tim Pengendalian Inflasi Daerah (09.00 WIB)
  • Menko Perekonomian Darmin Nasution dan sejumlah menteri Kabinet Kerja menggelar rapat koordinasi membahas penggunaan karet sebagai material pembangunan jalan (13.30 WIB).
  • Menteri Keuangan, Gubenrur Bank Indonesia, Ketua Otoritas Jasa Keuangan, dan Ketua Lembaga Penjamin Simpanan mengadakan rapat dalam lingkup Komite Stabilitas Sektor Keuangan (19.00 WIB).
  • Rilis data pembacaan awal indeks keyakinan konsumen AS periode Januari 2018 (22.00).

(hps) Next Article Bursa RI Merah Padam! Tenang...Asing Tetap Borong Saham

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular