Menakar Fundamental Saham Grup Bakrie

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
12 January 2018 18:54
Volume dan frekuensi transaksi yang besar dalam beberapa hari terakhir.
Foto: ist
Jakarta, CNBC Indonesia – Saham-saham grup Bakrie kembali mendominasi perdagangan di Bursa Efek Indonesia. Saham dari kelompok usaha Bakrie ini tampaknya memang masih banyak di pegang para investor, yang tampak dari jumlah volume dan frekuensi transaksi yang besar dalam beberapa hari terakhir.

Hari ini, saham PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG), PT Darma Henwa Tbk (DEWA), PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS), dan PT Bumi Resources Tbk (BUMI). Tercatat sebagai saham-saham dengan volume transaksi terbesar.

Pemicunya adalah kenaikan harga komoditas dunia telah mengerek harga-harga saham keempat emiten tersebut, mengingat keempat emiten tersebut bergerak pada lini bisnis pertambangan. ENRG memiliki lini bisnis pertambangan minyak. DEWA dan BUMI fokus pada kegiatan usaha pertambangan batu bara. Sementara BRMS merupakan perusahaan pertambangan tembaga, emas, seng, biji besi, dan berbagai komoditas pertambangan lainnya.

Bagaimana kondisi fundamental dari masing-masing emiten tersebut? Mari kita simak table di bawah ini.
Menakar Fundamental Saham Grup BakrieFoto: Aristya Rahadian Krisabella

Dari sisi fundamental, dapat dilihat bahwa hanya DEWA dan BUMI yang mammpu mencatatkan laba bersih setelah pajak, sementara ENRG dan BRMS mencatatkan kerugian. Namun, yang perlu diperhatikan adalah laba bersih setelah pajak BUMI datang sebagai hasil dari pendapatan bunga/investasi yang tidak berkaitan dengan kegiatan operasional perusahaan.

Bedasarkan laporan keuangan perseroan tercatat, rugi operasional BUMI pada kuartal III-2017 sebesar US$ 10,8 juta USD. Jadi, laba bersih setelah pajak yang dicatatkan oleh BUMI tidak dapat diartikan sebagai sesuatu yang benar-benar positif.

Satu-satunya diantara empat emiten Bakrie yang mampu mencatatkan pendapatan operasional dan laba bersih setelah pajak adalah DEWA. Hal ini tentu merupakan sesuatu yang positif, terlebih rasio utang terhadap ekuitas (debt to equity ratio/DER) DEWA hanya sebesar 0,18, jauh dibawah rata-rata industri yang sebesar 0,4.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa investasi di ENRG, BRMS, dan BUMI masih mengandung resiko yang cukup tinggi. Selain itu, emiten-emiten ini memilikiĀ ketidakmampuan untuk mencatatkan pendapatan operasional dan laba bersih setelah pajak secara bersamaan.

Namun, kenaikan harga komoditas serta restrukturisasi utang yang dilakukan oleh ENRG dan BUMI dapat menjadi titik balik dari kinerja perusahaan emiten-emiten tersebut. Inilah tampaknya yang memicu investor mentransaksikan saham-saham grup Bakrie.

Namun ada risiko yang harus diperhitungkan investor, jika rally minyak dan harga batu bara terhenti. Ada potensi kinerja emiten-emiten tersebut tidak sesuai dengan ekspektasi.

TIM RISET CNCB INDONESIA


(hps/hps) Next Article Perhatian! Keluarga Bakrie Tak Lagi Jadi Pengendali BUMI

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular