Kinerja ETF

Return Lebih Rendah dari Indeks Acuan

Anthony Kevin & Shuliya Ratanavara, CNBC Indonesia
09 January 2018 13:14
Manajer investasi lokal optimisitis, produk ETF akan semakin popular dan lebih banyak masyarakat yang akan berinvestasi di produk ini
Foto: Muhammad Sabki
  • Mayoritas kinerja ETF dengan aset dasar saham-saham Indonesia lebih rendah dibanding indeks acuannya.
  • Jumlah investor ETF sudah mencapai kisaran 300-400 investor untuk retail dan suadh ada sekitar 100 investor
Jakarta, CNBC Indonesia – Kinerja exchange trade fund (ETF) yang diterbitkan manajer investasi lokal tercatat lebih rendah dibandingkan indeks acuan. Manajer investasi lokal optimisitis, produk ETF akan semakin popular dan lebih banyak masyarakat yang akan berinvestasi di produk ini.

Empat produk ETF yang diterbitkan PT Indo Premier Investment Manajemen tercatat membukukan kinerja positif meskipun tingkat imbal hasilnya masih lebih rendah dibandingkan indeks acuannya. Sepanjang 2017, Premier ETF LQ-45 tercatat membukukan return 21,87% lebih rendah dibandingkan indeks LQ45 yang tercatat naik 22,02%.

Produk lainnya Dana Syariah Premier ETF JII return hanya 8,03% lebih rendah dibandingkan Jakarta Islamic Index yang menjadi acuannya, yang tercatat naik 9,36%. Premier ETF SMinfra18 membukukan return 2,87% dan indeks acuannya Indek Infra18 naik 9,08%. Return Dana Premier ETF Indonesia Consumer mencapai 15,91%, sementara kinerja sektor barang konsumsi pada 2017 naik 23,11%.

Return Lebih Rendah dari Indeks AcuanFoto: Aris


Presiden Direktur Indopremier Investment Diah Sofiyanti mengatakan, selain return yang bisa dilihat dari indeks acuannya, ETF memiliki beberapa keuntungan dibanding dengan reksa dana saham biasa. “Reksa dana harus bertransaksi sebelum jam 12 dan harus setor uang dulu, tapi ETF settlement nya T+3. Kemudian reksa dana hanya bisa transaksi dengan satu harga akhir hari, ETF setiap saat selama jam bursa. Selain itu, ETF lebih transparan,” jelas Diah kepada CNBC Indonesia (08/01).

Di Wall Street, bursa saham Amerika Serikat (AS), ada dua ETF yang menggunakan saham-saham Indonesia, dua produk itu yaitu iShares MSCI Indonesia ETF (EIDO) yang mengacu pada MSCI Indonesia Index dan VanEck Vectors Indonesia Index ETF (IDX) yang mengacu pada MVIS Indonesia Index.

Kinerja kedua ETF tersebut juga positit tetapi masih lebih rendah dari indeks acuannya. Kinerja ETF berkode EIDO return-nya sebesar 19,76% sampai akhir tahun 2017 dibandingkan dengan return indeks acuannya sebesar 22,18%. Sementara ETF berkode IDX milik VanEck Vectors mempunyai timbal hasil sebesar 17,99%, tidak jauh berbeda dengan timbal hasil indeks acuannya sebesar 19,34%.

Direktur Indopremier Investment Management Ernawan R Salimsyah mengatakan, saat ini belum banyak manajer investasi yang membuat produk ETF karena fee yang didapat kecil, terkesan sebagai bisnis yang tidak menjanjikan. “Karena management fee nya masih sangat kecil, sementara mereka bisa mengelola reksa dana dengan management fee yang lumayan,” kata Ernawan.

Diah menambahkan, sampai Desember 2017 jumlah investor ETF sudah mencapai kisaran 300-400 investor untuk retail dan sudah ada sekitar 100 investor institusi dengan dana kelolaan sebesar Rp 4,5 triliun sampai Desember 2017. Targetnya pada tahun 2018, dana kelolaan tersebut bisa meningkat sebesar Rp 2 triliun menjadi Rp 6,5 triliun.

Sebagai pemain utama dalam industri ETF, beberapa hal yang dilakukan oleh Indopremier untuk mempromosikan bisnis ialah dengan melakukan media workshop dan edukasi investor.
(hps) Next Article Kinerja ETF Tahunan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular