MARKET DATA

Es Batu Tak Lagi Langka, Ikan Nelayan Bisa Bertahan Lebih Lama

Fergi Nadira,  CNBC Indonesia
20 November 2025 14:48
Kementerian Kelautan dan Perikanan meninjau pembangunan Kampung Nelayan Merah Putih di Pantai Baru, Desa Poncosari, Bantul, Yogjakarta, Kamis (20/11/2025). (CNBC Indonesia/Fergi Nadira)
Foto: Kementerian Kelautan dan Perikanan meninjau pembangunan Kampung Nelayan Merah Putih di Pantai Baru, Desa Poncosari, Bantul, Yogjakarta, Kamis (20/11/2025). (CNBC Indonesia/Fergi Nadira)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nelayan kecil di Pantai Baru, Ponosari, Yogyakarta masih menghadapi masalah lama setiap kali turun melaut. Mereka kesulitan mendapatkan es untuk menjaga mutu ikan, harus mencari BBM dalam jarak yang jauh, dan tidak punya fasilitas penyimpanan layak yang berakibat stok ikan melimpah justru sering terbuang atau dijual murah.

"Selama ini kami cari es dan BBM itu susah. Kalau ikan kelas seperti bawal atau layur gampang dijual, tapi ikan kecil bernilai rendah kadang dibuang karena tidak ada tempat simpan," kata Punidjo, salah satu nelayan di Pantai Baru, Bantul, Yogyakarta kepada CNBC Indonesia, Kamis (20/11/2025).

Kondisi ini membuat nelayan menangkap ikan tidak maksimal sebab khawatir hasil tangkapan tidak terserap pasar. Tanpa fasilitas penyimpanan, kata ia, ikan yang melimpah pada musim tertentu cepat rusak dan harganya jatuh.

Kementerian Kelautan dan Perikanan meninjau pembangunan Kampung Nelayan Merah Putih di Pantai Baru, Desa Poncosari, Bantul, Yogjakarta, Kamis (20/11/2025). (CNBC Indonesia/Fergi Nadira)Foto: Kementerian Kelautan dan Perikanan meninjau pembangunan Kampung Nelayan Merah Putih di Pantai Baru, Desa Poncosari, Bantul, Yogjakarta, Kamis (20/11/2025). (CNBC Indonesia/Fergi Nadira)

Pemerintah melalui Kampung Nelayan Merah Putih (KNMP) tengah membangun sejumlah fasilitas rantai dingin untuk nelayan, termasuk pabrik es, gudang beku portable, coolbox, mobil pendingin, hingga cold storage untuk menampung hasil laut. Kementerian Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sebagai fondasi program KNMP menegaskan fasilitas ini dirancang agar mutu ikan tetap terjaga sejak dari laut, sehingga nilai jualnya tidak jatuh.

"Selama ini mereka menangkap ikan seadanya karena tidak tahu mau disimpan di mana. Dengan rantai dingin, ikan bisa lebih lama disimpan dan dijual dengan mutu yang bagus, dan nelayan di sini mendapatkan pelatihan tentang penggunaannya," ujar Staf Ahli Menteri Kelautan dan Perikanan Bidang Ekonomi Sosial Budaya sekaligus Ketua Tim Pelaksana KNMP, Trian Yunanda kepada media usai meninjau KNMP Bantul di Desa Poncosari, Yogyakarta, Kamis.

Harga es di KNMP juga dihitung lebih murah dibandingkan dengan tempat lain, sehingga nelayan didorong membawa es sejak berangkat melaut agar ikan tetap segar saat kembali ke darat. Selain es, persoalan BBM lama menjadi kendala besar. Nelayan harus menempuh jarak jauh untuk mengisi bahan bakar, membuat biaya operasional meningkat dan durasi melaut berkurang.

Dalam hal ini, pemerintah menyiapkan SPBUN dan fasilitas pendukung lainnya agar nelayan bisa memperoleh BBM dengan lebih mudah. "Kalau ada BBM di sini kan mudah carinya. Selama ini nelayan kesulitan cari BBM," ujar Ketua Koperasi Desa Merah Putih Kelurahan Poncosari, Paijan.

Fasilitas terintegrasi seperti tambatan perahu, bengkel kapal, kios perbekalan, hingga shelter pendaratan ikan diharapkan membentuk ekosistem yang membuat nelayan lebih efisien dan pendapatan lebih stabil. Saat ini pun, banyak warung kuliner di sepanjang Pantai Baru justru membeli ikan dari Cilacap, Brebes, hingga Semarang karena pasokan lokal tidak stabil.

Dalam beberapa kasus, ikan hasil tangkapan nelayan setempat malah tidak terserap di wilayahnya sendiri. Dengan hadirnya KNMP, ikan bernilai ekonomi rendah seperti teri diharapkan bisa ditampung, didinginkan, dan diolah kembali sesuai kebutuhan pasar.

"Selama ini kuliner di sini kadang kekurangan bahan baku, jadi harus beli dari luar. Harapannya semua produksi nelayan bisa terserap," kata Paijan.

Program KNMP tidak hanya membangun sarana dan prasarana, tetapi juga menyiapkan pelatihan teknis, manajerial, dan literasi usaha agar masyarakat siap mengelola fasilitas yang diberikan. Trian bilang, ikan tidak lagi terbuang, harga lebih stabil, dan nelayan bisa melaut tanpa kekhawatiran soal es, penyimpanan, maupun BBM jika ekosistemnya sudah lengkap.

"Tujuannya meningkatkan pendapatan nelayan di sekitar sini. Kalau ekosistem sudah terbentuk, semuanya akan lebih pasti," kata ia.

KNMP Bantul berlokasi di Desa Poncosari, Kecamatan Srandakan dengan alokasi anggaran Rp22 miliar. Pembangunan konstruksi telah mencapai 55 persen dan menjadi yang tercepat nomor tiga secara nasional.

Trian menegaskan program ini tidak hanya fokus pada infrastruktur, tetapi juga penguatan kapasitas SDM nelayan melalui pelatihan teknis, literasi keuangan, hingga diversifikasi usaha. Fasilitas yang disiapkan mencakup tambatan perahu, shelter pendaratan ikan, bengkel mesin kapal, sentra kuliner, kios pemasaran ikan, SPBUN, penyediaan air bersih, hingga sarana rantai dingin berupa gudang beku portable, pabrik es portable, mobil pendingin, 50 coolbox, 10 kapal <5 GT, 100 mesin, dan 320 alat tangkap ikan.

"Program KNMP ini kan menargetkan pembangunan 65 kampung nelayan di tahap pertama tahun 2025, dengan tambahan 35 lokasi sehingga total 100 kampung dapat terbangun tahun ini. Presiden bahkan memiliki niat untuk membangun 1.000 KNMP," kata Trian.

Pemerintah menyiapkan APBN Rp1,34 triliun untuk 65 lokasi awal. Tujuan utama KNMP adalah pemerataan ekonomi pesisir, pengurangan kantong kemiskinan nelayan, serta mendukung visi ekonomi biru dan ketahanan pangan nasional melalui pasokan protein laut yang lebih terjamin.

(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]


Most Popular