MARKET DATA

Mulai 2026 Traveling ke Singapura Makin Mahal, Ada Pajak Baru

Linda Hasibuan,  CNBC Indonesia
19 November 2025 19:20
People walk past an indoor waterfall at Jewel Changi Airport in Singapore October 7, 2021. REUTERS/Edgar Su
Foto: Bandara Jewel Changi di Singapura, (7/10/2021). (REUTERS/Edgar Su)

Jakarta, CNBC Indonesia - Singapura akan menjadi negara pertama yang mengenakan pajak bahan bakar hijau (green fuel levy) kepada penumpang pesawat. Langkah ini merupakan bagian dari upaya dekarbonisasi yang sedang berlangsung.

Mengutip Independent, Otoritas Penerbangan Sipil Singapura (CAAS) akan memberlakukan biaya bahan bakar penerbangan berkelanjutan (SAF) bagi penumpang yang berangkat dari negara tersebut. Kebijakan ini mulai berlaku 1 Oktober 2026.

Retribusi SAF akan berlaku untuk semua tiket atau layanan yang dijual mulai 1 April 2026, termasuk pengiriman kargo dan penerbangan bisnis.

Besaran tarif akan bervariasi berdasarkan jarak tempuh penumpang udara dan kabin perjalanan. 

Pajak ini juga akan dikategorikan berdasarkan empat wilayah geografis. Kelompok satu meliputi Asia Tenggara; kelompok dua meliputi Asia Timur Laut, Asia Selatan, Australia, dan Papua Nugini; Afrika, Asia Tengah dan Barat, Eropa, Timur Tengah, Kepulauan Pasifik, dan Selandia Baru berada dalam kelompok tiga, dan kelompok empat meliputi Amerika.

Misalnya, penumpang kelas ekonomi akan membayar S$1 untuk penerbangan ke Bangkok, S$2,80 untuk perjalanan ke Tokyo, S$6,40 untuk penerbangan ke London, dan S$10,40 ke New York.

Harga akan dicantumkan oleh maskapai sebagai item baris terpisah pada tiket pesawat yang dijual. Meski demikian, retribusi ini tidak akan berlaku bagi penumpang yang hanya transit melalui Singapura.

Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO) telah menetapkan target emisi karbon nol bersih untuk penerbangan internasional pada 2050. Singapura menyatakan berkomitmen untuk mencapai target tersebut.

"Pengenalan Retribusi SAF menandai langkah signifikan dalam upaya Singapura untuk membangun pusat udara yang lebih berkelanjutan dan kompetitif," kata Han Kok Juan, Direktur Jenderal CAAS.

"Kita perlu memulai. Kita telah melakukannya secara terukur, dan kita memberi waktu bagi industri, bisnis, dan publik untuk beradaptasi," tambahnya.


(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini Alasan Warga RI Ramai-Ramai Berobat ke Malaysia & Singapura

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular