Studi: AI Jadi Biang Kerok 10.000 PHK, Sektor Ini Paling Parah

Fergi Nadira, CNBC Indonesia
06 August 2025 09:30
Ilustrasi PHK (Freepik)
Foto: Ilustrasi PHK (Freepik)

Jakarta, CNBC Indonesia - Lonjakan penggunaan kecerdasan buatan (AI), khususnya generative AI, mulai menunjukkan dampak nyata terhadap pasar kerja Amerika Serikat (AS). Dalam tujuh bulan pertama 2025, lebih dari 10.000 pekerja kehilangan pekerjaan akibat otomatisasi berbasis AI oleh perusahaan swasta.

Data tersebut dirilis oleh firma outplacement Challenger, Gray & Christmas dalam laporan terbarunya. Laporan itu menyebut AI sebagai salah satu dari lima penyebab utama gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) tahun ini.

Secara keseluruhan, jumlah PHK di sektor swasta mencapai lebih dari 806.000 kasus sepanjang Januari hingga Juli 2025, yang merupakan angka tertinggi untuk periode tersebut sejak 2020. Salah satu sektor paling terdampak adalah industri teknologi, yang mencatat lebih dari 89.000 PHK, naik 36% dibanding tahun lalu.

Sejak 2023, tercatat setidaknya 27.000 PHK secara langsung dikaitkan dengan penerapan teknologi AI.

"Industri teknologi sedang mengalami restrukturisasi besar akibat kemajuan AI dan ketidakpastian seputar visa kerja, yang memperburuk pengurangan tenaga kerja," tulis Challenger, Gray & Christmas dalam laporannya dikutip CBS News, Rabu (6/7/2025).

Dampak AI juga terlihat jelas pada pekerja muda. Menurut platform pencari kerja Handshake, jumlah lowongan pekerjaan tingkat pemula atau yang biasanya ditujukan untuk lulusan baru turun 15% dalam setahun terakhir. Dalam dua tahun terakhir, penggunaan kata "AI" dalam deskripsi pekerjaan melonjak hingga 400%, menandakan pergeseran besar dalam ekspektasi perusahaan terhadap keterampilan kandidat.

Namun, AI bukan satu-satunya faktor penyebab PHK massal. Lebih dari 292.000 posisi kerja turut terdampak oleh program efisiensi pemerintah AS bertajuk Department of Government Efficiency (DOGE), yang digagas oleh miliarder Elon Musk. Program ini bertujuan memangkas pengeluaran negara, namun ikut memukul sektor nirlaba dan layanan kesehatan.

"Pemangkasan anggaran federal lewat DOGE telah mempengaruhi sektor pemerintah, non-profit, hingga layanan kesehatan," ujar Andrew Challenger, Wakil Presiden Senior Challenger, Gray & Christmas.

Sektor ritel juga ikut terhantam. Kenaikan tarif dan ketidakpastian ekonomi telah mendorong gelombang PHK dan penutupan toko. Sepanjang 2025, sektor ini mencatat lebih dari 80.000 PHK, melonjak hampir 250% dibanding periode yang sama tahun lalu.

"Jika konsumsi masyarakat terus menurun, sektor ritel berpotensi mengalami PHK tambahan dalam waktu dekat," tambah laporan tersebut.


(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Wapres Gibran: Pakai AI Boleh tapi Berpikir Kritis Tetap Penting

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular