
Generasi Baby Boomers Lebih Kebal Cacar Monyet, Kok Bisa?

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) mengonfirmasi tiga kasus penyakit cacar monyet atau monkeypox di Indonesia. Tiga temuan kasus tersebut pun langsung menjadi sorotan. Sebab, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sempat menetapkan penyakit cacar monyet sebagai Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) atau darurat kesehatan masyarakat pada 2022 lalu.
Namun, penyakit zoonosis langka yang disebabkan oleh infeksi virus monkeypox ini disebut tidak mudah menjangkit manusia yang lahir sebelum 1980. Bagaimana penjelasannya?
Pada 2022 lalu, Menteri Kesehatan (Menkes RI), Budi Gunadi Sadikin, menyebutkan bahwa masyarakat yang lahir sebelum tahun 1980 berpeluang memiliki proteksi yang lebih tinggi terhadap penularan penyakit cacar monyet jika dibandingkan dengan kelahiran setelah 1980.
Budi mengatakan, masyarakat kelahiran sebelum 1980 umumnya telah mendapatkan vaksinasi cacar yang berlaku seumur hidup. Dengan demikian, tubuh menjadi lebih kebal terhadap ancaman penyakit cacar, termasuk cacar monyet.
"Jadi, buat teman-teman yang lahirnya di 1980 ke bawah, seperti saya ini yang sudah tua-tua, itu terproteksi [dari cacar monyet]. Mungkin tidak 100 persen, tapi terproteksi," papar Budi, dikutip Jumat (20/10/2023).
Menkes menyebutkan, kondisi Indonesia dan beberapa negara Asia berbeda dengan negara-negara di Eropa. Di sejumlah negara Asia, umumnya vaksin yang diberikan kepada masyarakat berlaku seumur hidup.
Sementara itu di negara-negara Eropa, proses vaksinasi tidak dilakukan secara menyeluruh karena penyakit cacar air cepat menghilang.
"Kalau teman-teman, seperti saya, itu kalau dilihat lengannya ada goresannya, kalau saya itu masih ada. Bedanya dengan vaksinasi Covid-19 yang berlakunya enam bulan, ini (vaksin cacar) sekali divaksin berlakunya seumur hidup," jelas Budi.
Dengan demikian, Budi memprediksi bahwa pasien cacar monyet di Indonesia tidak akan mengalami gejala parah hingga menyebabkan kondisi fatal. Hal ini juga yang menimbulkan dugaan bahwa prevalensi penyakit cacar monyet di Asia tidak separah di Eropa atau wilayah lainnya.
![]() |
Seiring dengan pernyataan Menkes pada 2022 tersebut, pasien cacar monyet yang ditemukan pada 14 Oktober 2023 tidak mengalami kondisi yang buruk, tetapi hanya mengalami demam dan lesi di kulit.
"Pasien dirawat kondisi baik tetapi memang ada demam dan lesi seperti keropeng, papula, vesikel lesi seperti cacar yang cukup banyak," ujar Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI, dr. Siti Nadia Tarmizi, dikutip dari CNN Indonesia, Jumat (20/10/2023).
"Penyakit monkeypox sudah bukan penyakit PHEIC dari WHO. Jadi sudah merupakan penanganan penyakit biasa," sambung dr. Nadia.
Sebagai informasi, cacar monyet adalah penyakit zoonosis langka yang disebabkan oleh infeksi virus monkeypox. Virus monkeypox tergolong ke dalam genus Orthopoxvirus dalam famili Poxviridae.
Gejala penyakit cacar monyet
Menurut WHO, tanda dan gejala penyakit cacar monyet umumnya muncul dalam waktu tujuh hari, tetapi dapat muncul mulai satu sampai 21 hari setelah terpapar.
"Biasanya gejala berlangsung selama dua hingga empat minggu, tetapi bisa berlangsung lebih lama pada seseorang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah," sebut WHO.
Berikut gejala umum penyakit cacar monyet.
Ruam
Demam
Sakit tenggorokan
Sakit kepala
Nyeri otot
Nyeri punggung
Lemas
Pembengkakan kelenjar getah bening
Umumnya, ruam dimulai sebagai luka yang kemudian melepuh dan berisi cairan. Luka melepuh berisi cairan itu akan terasa gatal atau menyakitkan. Setelah ruam sembuh, lesi akan mengering, membentuk kerak, dan hilang.
Adapun, lesi kulit bisa muncul di telapak tangan atau telapak kaki, wajah, mulut, tenggorokan, selangkangan, area genital, dan anus.
"Beberapa orang juga dapat mengalami pembengkakan yang menyakitkan di sekitar rektum atau rasa sakit dan kesulitan saat buang air kecil," papar WHO.
(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kasus Cacar Monyet Muncul Lagi, Lakukan Ini Agar Tak Tertular