
Belajar dari Tinder Swindler, Ini 4 Cara Hindari Penipu Cinta

Jakarta, CNBC Indonesia - The Tinder Swindler adalah salah satu film dokumenter terlaris di Netflix yang menceritakan kasus penipuan cinta di aplikasi kencan daring, Tinder. Dokumenter itu mengikuti cerita tiga wanita di Eropa yang menjadi korban penipuan dari seorang pria asal Israel yang memakai identitas palsu sebagai putra dari seorang miliuner.
Tidak hanya di luar negeri, kisah The Tinder Swindler ternyata juga sudah terjadi di Indonesia dan merugikan banyak korban hingga miliaran rupiah.
Melansir dari The Washington Post, pencari jodoh senior dan wakil presiden Three Day Rule, Erika Kaplan, mengungkapkan bahwa penipuan kerap terjadi karena ada banyak pengguna aplikasi kencan daring bersikap pasif. Dengan demikian, seseorang yang tampil kuat dan agresif akan terlihat lebih menarik.
Asisten dekan dan asisten profesor keuangan di Maryville University, Jaime Peters, mengungkapkan bahwa para pelaku penipuan sudah semakin cerdik dalam menjalankan aksinya, yakni dengan memainkan perasaan calon korban terlebih dahulu.
"Mereka (pelaku penipuan) tidak memulai aksi penipuan dengan meminta uang. Hal ini dimulai dengan membuat korban merasa istimewa untuk mengenal mereka," kata Peters, dikutip Kamis (31/8/2023).
"Mereka akan mulai dengan membayar sesuatu dan membangun narasi bahwa mereka mampu memenuhi gaya hidup tertentu," lanjut Peters.
Menurut sejumlah ahli, ada beberapa tanda-tanda bahaya dari pelaku 'penipuan cinta' yang harus diwaspadai serta cara menghindarinya. Apa saja? Berikut rangkumannya.
![]() |
1. Jangan Terbuai Cerita 'Too Good to be True'
Awal mula kasus penipuan di aplikasi kencan daring adalah para korban yang terpana dengan 'dongeng kehidupan' para pelaku. Biasanya, para pelaku menceritakan hal-hal luar biasa tentang kehidupannya untuk mendapatkan kepercayaan dari korban.
"Para korban adalah sosok yang menginginkan sebuah hubungan. Pelaku yang menceritakan kehidupan seperti dongeng dan memperlakukan korban dengan sangat luar biasa membuat korban sulit memisahkan logika dari emosi," kata profesor sistem informasi di Maryland University, Jui Ramaprasad.
"Dia (pelaku) dapat melakukan ini dengan banyak perempuan dari asal yang berbeda-beda dan tidak mengenal satu sama lain," lanjut Ramaprasad.
Kasus serupa pernah terjadi di Indonesia, Cinta(bukan nama sebenarnya) adalah salah satu korban yang mengalami kerugian hingga Rp1 miliar akibat ulah penipu yang mengaku berasal dari Malaysia.
Sebelum menjadi korban penipuan, Cinta bercerita bahwa pelaku yang bernama Vincent (bukan nama sebenarnya) adalah sosok duda dan anak tunggal dari orang tua kaya raya yang luar biasa.
"Dia (Vincent) mengaku sebagai orang Chinese-Malaysia, duda yang enggak punya anak, dan anak tunggal dari orang tua kaya yang punya bisnis di Malaysia," ungkap Cinta kepada CNBC Indonesia, Rabu (23/8/2023).
Selama dua bulan berbincang secara intens, Cinta menggambarkan Vincent sebagai sosok yang luar biasa, seperti bertutur kata sopan, mampu memperlakukan Cinta dengan baik, tidak pernah menuntut banyak hal, mampu membangun percakapan yang berkualitas, hingga memiliki visi dan misi masa depan yang matang.
Cinta mengaku, hal-hal luar biasa tersebutlah yang membuat ia percaya untuk menjalankan bisnis bersama Vincent. Naasnya, bisnis tersebut ternyata adalah modus penipuan yang membuatnya merugi hingga Rp1 miliar.
2. Jangan Terbuai Janji Manis
Bom cinta atau love bombing adalah teknik manipulasi yang biasa dilakukan oleh para pelaku penipuan untuk menjerat korban. Sebagai sosok yang pasif, para korban umumnya akan langsung terpikat dengan seseorang yang agresif dan kerap memberikan janji manis.
"Jika seseorang sering mengatakan "Aku mencintaimu", "Kamu adalah orang terbaik yang pernah aku temui", menjanjikan tinggal bersama, menikah, atau memiliki anak, padahal baru berkencan selama beberapa minggu, segera menjauh," kata konselor kesehatan mental, Joanne Frederick.
Frederick menyarankan setiap individu untuk tidak percaya dengan janji manis dari siapapun, termasuk pasangan yang sudah bertemu secara langsung, sebelum menjalin hubungan lebih dari tiga bulan.
"Tiga bulan adalah 'masa percobaan'. Anda harus melihat apakah pernyataan-pernyataan ini tulus. Jika segala sesuatu berjalan terlalu cepat, katakanlah. Seseorang yang menghormati Anda akan mendengarkan dan menyesuaikan diri," kata Frederick.
"Jika mereka terus memaksa dan melakukanlove bombingsecara konsisten, segera menjauh dari orang tersebut," tegas Frederick.
3. Jangan Abaikan Firasat Buruk
Dalam film The Tinder Swindler, salah satu korban penipuan, Cecilie Fjellhoy, sempat mengatakan kepada teman-temannya bahwa dia akan naik jet pribadi bersama pelaku ke Bulgaria.
Mendengar hal tersebut, teman-teman Fjellhoy berfirasat buruk dan meminta Fjellhoy untuk berwaspada terhadap potensi diculik. Namun, Fjellhoy tetap melanjutkan kencan dengan pelaku, Hayut, hingga mengalami kerugian akibat ditipu sebesar US$200 ribu atau sekitar Rp3 miliar (asumsi kurs Rp15.232/US$).
Belajar dari pengalaman tersebut, Frederick meminta setiap orang untuk selalu mendengarkan teman dan keluarga jika mereka memperingatkan tentang suatu hubungan yang bergerak terlalu cepat.
"Teman dan keluarga mungkin melihat tanda bahaya yang tidak Anda lihat," kata Frederick.
4. Minta Jaminan
Menurut Peters, awal mula modus penipuan oleh pelaku adalah meminta bantuan keuangan dari jumlah yang sangat kecil dan masuk akal. Biasanya, modus ini dilakukan dengan alasan kartu kredit bermasalah.
"Pelaku selalu punya alasan masuk akal untuk menjalankan modus penipuannya. Banyak orang yang tidak sadar bahwa ini adalah awal dari penipuan karena telah memiliki kepercayaan dan perasaan romantis," kata Peters.
Peters menyarankan, buatlah perjanjian tertulis dan peroleh jaminan jika Anda akan memberikan pinjaman kepada siapapun, termasuk teman dan pasangan. Menurut Peters, hal tersebut dapat melindungi Anda jika hal buruk terjadi.
(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kisah Tinder Swindler Indonesia: Baru Dua Bulan Ketipu Rp1 M