
Modus Penipu Cinta Tinder Swindler Indonesia: Dolar Kripto!

Jakarta, CNBC Indonesia - Para penipu dengan modus menjalin hubungan asmara melalui aplikasi kencan daring (dating apps) semakin cerdik dan 'canggih'. Terbaru, terdapat kasus penipuan ini menggunakan alat transaksi Crypto.
Penggunaan Crypto untuk aksi penipuan diungkapkan oleh Cinta (bukan nama sebenarnya). Cinta adalah salah satu korban yang mengalami kerugian hingga Rp1 miliar dalam waktu kurang lebih satu bulan setelah menjalin hubungan dengan pria yang ia kenal lewat aplikasi kencan.
Tak perlu waktu lama bagi Cinta untuk masuk dalam jerat cinta Vincent (bukan nama sebenarnya). Pria yang mengaku berasal dari Malaysia itu sangat lihai menampilkan pesona yang membuat wanita luluh.
Cinta menggambarkan Vincent sebagai sosok yang sopan, pandai memperlakukan pasangan dengan baik, tidak pernah menuntut banyak hal, dan memiliki wawasan yang luas.
Tak pernah bertemu tatap muka
Selama menjalin hubungan, Cinta tak pernah bertemu secara langsung dengan Vincent. Bahkan, sekadar berbincang melalui telepon atau video call saja tidak pernah. Selama ini, Vincent hanya mau mengirimkan pesan suara (voice note).
Cinta mengatakan bahwa selama dua bulan, Vincent selalu membicarakan bisnisnya di salah satu marketplace yang diakui berasal dari China. Dalam ceritanya, Vincent mengaku selalu mendapat banyak pesanan dari konsumen. Tidak hanya itu, pria yang tidak diketahui nama aslinya itu juga secara halus 'mencuci otak' Cinta agar tertarik bergabung dengan bisnisnya.
"Dia pernah mengajak dengan tujuan bahwa bisnis online shop ini ingin dijalankan supaya kalau kita menikah bisa punya penghasilan tambahan, tidak hanya bergantung dari satu pekerjaan," kata perempuan berusia 30-an tahun tersebut.
"Saya ngerasa kayak terhipnotis tanpa sadar karena dia ngebahas tentang online shop ini saya jadi berpikir 'Oh, ada baiknya juga ngejalanin bisnis ini, ternyata oke' gitu," imbuhnya.
Mengajak bisnis online
Selama menjalin hubungan secara virtual, Vincent mengaku memiliki bisnis di salah satu marketplace yang diakui berasal dari China. Secara perlahan, pria yang kemungkinan besar menggunakan identitas palsu itu 'mencuci otak' Cinta agar tertarik bergabung dalam bisnisnya. Dia berdalih, memiliki sumber pemasukan lain sangat penting untuk menyiapkan pernikahan mereka di masa depan.
Melihat perilaku Vincent yang sangat baik dan tidak pernah memaksa, Cinta memutuskan untuk masuk dalam bisnis sang kekasih.
![]() |
"Setelah saya pelajari, diceritakan, memang bisnisnya ternyata menarik. Cuma enggak tahu kenapa dari awal saya enggak kepikiran sama sekali untuk nyari info dulu mengenai website itu," ujar Cinta.
Secara sederhana, Cinta membuka toko di salah di salah satu marketplace yang diakui berasal dari China. Berbeda dengan marketplace lainnya, marketplace ini menggunakan USD Coin (USDC) alias Crypto sebagai alat transaksi.
"Nah, itu transaksinya menggunakan dolar, tapi dolar crypto. Jadi pakai USDC gitu," ungkap Cinta.
Sebagai informasi, USDC adalah stablecoin yang dipatok ke dolar Amerika Serikat dengan rasio 1:1, seperti stablecoin pada umumnya. Setiap unit cryptocurrency ini yang beredar didukung oleh US$1 yang disimpan sebagai cadanga dalam bentuk campuran uang tunai dan obligasi Treasury AS jangka pendek.
Sederhananya, mantra USD Coin adalah 'uang digital untuk era digital' dan stablecoin-nya dirancang untuk dunia yang transaksi tanpa uang tunai menjadi lebih umum.
Modus Penipuan
Dalam bisnis tersebut, Cinta dijanjikan akan memperoleh keuntungan sebesar 10 persen dari harga satu barang yang terjual. Namun, Cinta diwajibkan untuk membeli barang yang dipesan melalui pihak ketiga.
"Sistemnya kalau ada pesanan masuk, saya harus bayar dulu ke supplier. Jadi, nanti supplier akan proses pesanannya, baru akan dikirim ke customer," jelas Cinta.
"Nanti setelah customer terima barangnya, uang yang tadinya saya gunakan sebagai modal akan dikembalikan beserta komisi 10 persen," lanjutnya.
![]() Ilustrasi patah hati |
Masih belum sadar sudah jadi korban penipuan, Cinta mengaku bisnisnya selalu dibanjiri pesanan yang jumlah sampai ribuan. Namun, memasuki hampir satu bulan berbisnis, Cinta akhirnya menyadari bahwa bisnisnya memiliki banyak kejanggalan, termasuk tidak bisa menarik uang yang diperoleh dan akun yang sering dibekukan.
Singkat cerita, dia akhirnya menelusuri asal usul marketplace tersebut. Di sinilah dia sadar bahwa platform tersebut ternyata bodong.
"Saya awalnya mencoba untuk ngomong baik-baik dengan Vincent, enggak bisa. Setelah saya kesal lalu mencaci maki pelaku, mendadak akun WhatsApp pelaku hilang dan saya tidak bisa masuk lagi ke akun toko," cerita Cinta.
"Jadi langsung dihapus akun WhatsApp-nya. Bukan di-block lagi," lanjutnya.
Ada puluhan korban lainnya, total kerugian Rp3 miliar
Dari penelusurannya terhadap marketplace bodong tersebut, Cinta menemukan bahwa dia bukanlah satu-satunya korban. Ada 26 perempuan lainnya yang juga bernasib serupa.
Cinta membeberkan, total kerugian yang dialami ke-27 korban termasuk ia adalah Rp3 miliar.
Kemungkinan besar pelaku adalah orang yang sama mengingat kesamaan pola, di mana para korban juga digiring untuk membuka akun jualan di marketplace bodong dan diminta mentransfer sejumlah uang.
Mereka saat ini telah melakukan pelaporan ke pihak kepolisian atas kasus penipuan yang terjadi.
(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kisah Tinder Swindler Indonesia: Baru Dua Bulan Ketipu Rp1 M