Jepang Umumkan 'Perang' Penyakit Ini, Ribuan Pohon Ditebang

Muhammad Azwar, CNBC Indonesia
02 June 2023 10:00
Pohon Cedar  (Foto : Анна Ленская via Pixabay)
Foto: Pohon Cedar (Foto : Анна Ленская via Pixabay)

Jakarta, CNBC Indonesia -Pemerintah Jepang mengumumkan kebijakan komprehensif untuk atasi rhinitis alergi atau yang biasa dikenal sebagai 'hay fever. Alergi tersebut' disebabkan oleh paparan serbuk sari dari pohon cedar dan cypress.

Tujuan dari kebijakan ini adalah untuk mengurangi dampak musim "hay fever". Kebijakan tersebut akan mencakup pengurangan hutan cedar sebesar 20% dalam 10 tahun dengan tujuan mengurangi emisi serbuk sari di negara ini setengahnya dalam 30 tahun ke depan.
Ribuan pohon Cedar diperkirakan akan ditebang untuk mengurangi persoalan hay fever.

Kebijakan ini bermula dari kekhawatiran Perdana Menteri Fumio Kishida terkait permasalahan musim hay fever yang mempengaruhi lebih dari 40% populasi Jepang.

Untuk mengurangi dampak alergen serbuk sari yang memicu gejala seperti hidung berair, bersin, dan mata gatal terutama selama musim semi, lebih dari 90% pohon cedar muda akan diganti dalam 10 tahun dengan spesies yang melepaskan lebih sedikit serbuk sari.

"Diperlukan fokus yang kuat pada masalah ini dan implementasi kebijakan secara bertahap, karena ini bukanlah sesuatu yang dapat diselesaikan dalam semalam," kata Perdana Menteri Fumio Kishida dalam pertemuan menteri mengenai hay fever yang diadakan di kantornya pada hari Selasa (30/5/2023).

Tiga Pilar Utama Atasi Hay Fever

Terdapat tiga parameter yang menjadi pilar utama langkah penanggulangan hay fever ini.
Pertama, pengurangan produksi serbuk sari itu sendiri. P
emerintah Jepang akan memperluas area penebangan pohon cedar yang ditanam secara artifisial selama 10 tahun, dari 50.000 hektar per tahun menjadi 70.000 hektar.
Namun, hal ini hanya akan menimbulkan dilema baru yaitu deforestasi. Penebangan tutupan hutan dapat menjadi ancaman bagi satwa dan tumbuhan, terlebih daerah resapan air akan menurun.

Untungnya, para stakeholders telah menyiapkan dua solusi terkait hal tersebut. Yakni kegiatan replant hutan dengan pohon yang berasal dari varietas dengan tingkat produksi polen yang lebih sedikit dan pemanfaatan hasil tebangan secara domestik serta memastikan ketersediaan tenaga kerja yang memadai di industri kehutanan.

Langkah ini dilakukan dengan cara meningkatkan peralatan kehutanan dan mengundang lebih banyak pekerja dari luar negeri, sesuai dengan rancangan proposal tersebut.

Kedua,pemanfaatan supercomputer dan artificial intelligence (AI).
U
ntuk meminimalisasi paparan serbuk sari bagi mereka yang memiliki alergi, Badan Meteorologi Jepang akan meningkatkan kualitas ramalan serbuk sari dengan menggunakan super komputer dan kecerdasan buatan.

Langkah ini membuat penduduk memiliki pemahaman yang lebih baik tentang daerah-daerah yang harus dihindari di Negara Sakura tersebut.

Di saat yang bersamaan, badan kehutanan akan berupaya untuk mengkomersialisasikan semprotan kimia atau jamur untuk menghentikan penyebaran serbuk sari dari pohon-pohoncedartersebut.

Terakhir, membangun imunitas penduduk.

Jepang akan meningkatkan dukungan untuk perawatan dan pencegahan hay fever dengan mengoptimalkan ketersediaan imunoterapi sublingual, dimana pasien mencoba membangun kekebalan dengan meletakkan tablet yang mengandung alergen spesifik di bawah lidah mereka sekali sehari selama tiga tahun atau lebih.

Perencanaan, Implementasi dan Komitmen adalah Kunci

Pemerintahan Kishida berkomitmen untuk mengambil langkah-langkah guna meningkatkan produksi tahunan obat imunoterapi untuk meredakan gejala alergi, sehingga pasokannya mencukupi untuk 1 juta orang, dibandingkan dengan 250.000 orang saat ini.

Perusahaan-perusahaan juga akan didorong untuk menerapkan praktik kerja yang fleksibel seperti kerja jarak jauh (teleworking) untuk mengurangi paparan serbuk sari bagi karyawan mereka, sesuai dengan proposal tersebut.

Pemerintah juga berjanji untuk mendorong pembangun rumah agar menggunakan lebih banyak kayu dari pohon cedar dalam negeri dan mendorong komunitas bisnis untuk mempromosikan bekerja dari rumah guna mengurangi paparan serbuk sari.

Sejumlah besar pohon cedar ditanam selama periode pertumbuhan ekonomi yang pesat setelah berakhirnya Perang Dunia II untuk kegiatan reboisasi.

Meskipun belum ada data resmi yang tersedia, sebuah survei yang dilakukan oleh sekelompok spesialis THT (Telinga, Hidung, Tenggorokan) menunjukkan bahwa pada tahun 2019, 42,5 persen orang di Jepang menderita hay fever, naik dari 29,8 persen pada tahun 2008 dan 19,6 persen pada tahun 1998.

Dengan langkah-langkah ini, Tokyo berharap dapat mengurangi dampak hay fever yang signifikan bagi masyarakatnya, meningkatkan kualitas hidup, dan melindungi kesehatan warganya dari gejala yang mengganggu akibat serbuk sari pohon cedar dan cypress.

Hay Fever dalam Perspektif Biologi

Dalam sebuah studi disebutkan bahwa Penyakit alergi (AD) merupakan masalah kesehatan masyarakat global yang meningkat sebesar 50% setiap 10 tahun, menurut para ahli dari World Allergy Organization dan diprediksi akan ada sekitar 4 miliar orang akan menderita alergi pada tahun 2050.

Serbuk sari tanaman merupakan salah satu sumber utama alergen yang menyebabkan penyakit alergi seperti rinitis alergi, asma, konjungtivitis, dan dermatitis.

Rinitis alergi yang disebabkan oleh serbuk sari terbukti menjadi patologi alergi yang paling umum di sebagian besar negara termasuk Jepang.

Serbuk sari yang mengandung alergen berasal dari tiga kelompok utamaregnumtumbuhan-pohon, rumput, dan gulma.Dari ketiga kelompok tersebut, kebanyakan yang menderita hay fever disebabkan paparan serbuk sari dari pohon.

Secara sederhana, serbuk sari dapat menyebabkan penyakit alergi dalam beberapa tahapan yang mencakup produksi allergen, paparan serbuk sari, pengenalan allergen, respon alergi, respon imun, reaksi IgE, dan hay fever.

Pohon cedar menghasilkan protein alergen dalam serbuk sari mereka. Alergen ini dapat memicu respons alergi pada individu yang peka terhadap mereka.

Ketika serbuk sari pohon cedar tersebar di udara, individu yang sensitif dapat menghirupnya. Partikel serbuk sari yang mengandung alergen dapat masuk ke saluran pernapasan, terutama melalui hidung dan mulut.

Alergen dalam serbuk sari cedar berinteraksi dengan sel-sel khusus dalam sistem kekebalan tubuh yang disebut sel mast dan sel dendritik. Sel mast mengandung zat kimia yang disebut histamin, yang berperan dalam merespons alergen.

Ketika alergen berikatan dengan sel mast, ini memicu pelepasan histamin dan zat kimia lainnya, seperti leukotrien dan prostaglandin.

Histamin menyebabkan peradangan dan pelebaran pembuluh darah, serta menyebabkan gejala seperti gatal-gatal, bersin, hidung tersumbat, dan mata berair. Sel dendritik, yang bertindak sebagai penghubung antara sistem kekebalan dan alergen, mengambil alih alergen dan mempresentasikannya kepada sel T (sel kekebalan). Kemudian sel T mengaktifkan sistem kekebalan tubuh untuk merespons alergen dengan memproduksi antibodi, terutama antibodi jenis IgE.

 

IgE (imunoglobulin E) merupakan jenis antibodi yang khusus terkait dengan respons alergi.

Ketika IgE berikatan dengan alergen cedar, mereka memicu pelepasan lebih lanjut dari sel mast dan merangsang peradangan yang lebih intens, menghasilkan gejala yang lebih parah.

Respon imun dan pelepasan histamin yang berlebihan menyebabkan gejala hay fever seperti hidung berair, gatal-gatal pada mata, mata berair, bersin-bersin, dan hidung tersumbat.

Inilah mekanisme molekuler dasar yang terjadi ketika serbuk sari pohon cedar memicu alergi hingga hay fever. Respons imun yang berlebihan terhadap alergen dalam serbuk sari menyebabkan gejala alergi yang tidak menyenangkan pada individu yang peka terhadapnya.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]


(mae)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Gegara Ini, Jepang Naikkan Usia Legal Berhubungan Seks

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular