Blak-blakan Menkes Budi Soal Lonjakan Kasus Gagal Ginjal Akut

Muhammad Iqbal, CNBC Indonesia
21 October 2022 12:25
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin memberi keterangan pers Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2023 di Aula Chakti Budhi Bhakti (CBB), Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak, Jakarta, Selasa, (16/8/2022). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin buka-bukaan perihal lonjakan pasien penderita gangguan gagal ginjal akut progresif atipikal yang terjadi di tanah air beberapa waktu belakangan. Dalam acara FMB9, Jumat (21/10/2022), BGS, sapaan akrab Budi Gunadi Sadikin, mengungkapkan kalau pemerintah sudah memantau situasi ini sejak Agustus lalu.

"Memang biasanya kematian gagal ginjal ini sebulan satu atau dua gitu ya. Di bulan Agustus naik jadi 36. Kita sudah melihat ini ada warning, kita melakukan penelitian," ujarnya.

"Di bulan September kita menduga ini penyebabnya adalah patogen. Patogen itu virus bakteri atau parasit. Karena pengalaman kita sebelumnya di hati seperti itu. Kita nggak ketemu secara jujur di bulan September," lanjutnya.



Kemudian, lanjut BGS, peneliti WHO di Gambia per September 2022 menemukan kasus yang sama disebabkan toksikologi dari tiga jenis zat kimia yang ada di beberapa obat-obatan. Ketiga zat itu adalah ethylene glycol (EG), diethylene glycol (DEG), dan ethylene glycol butyl ether (EGBE).

"Sehingga kita lakukan review kembali di awal Oktober dan kita sudah menemukan pasien-pasien yang meninggal ini di atas 50% dari yang sakit. Jadi yang sakit 78 di bulan September, Oktober belum selesai sudah 75 yang masuk," ujar BGS.



Menurut mantan wakil menteri BUMN itu, pemerintah sangat berhati-hati menyikapi fenomena ini. Anak-anak penderita gagal ginjal akut progresif atipikal yang meninggal lantas dicek ginjalnya.

"Betul ada dampak dari senyawa bahan kimia tersebut, kita datangi rumahnya dari pasien-pasien ini kita menemukan ada beberapa obat-obatannya harus kita jaga. Kita sudah umumkan secara preventif, konservatif, kita tahan dulu obat-obatan yang berisiko membahayakan. Jadi akan ada gejolak sedikit, tapi gak apa-apa," kata BGS.

Lebih lanjut, dia mengaku sudah berbicara dengan para pemangku kepentingan terkait seperti GP Farmasi maupun Ikatan Apoteker Indonesia. Pemerintah menjelaskan alasan di balik pelarangan penjualan obat sirop.

"Karena kita mau konservatif menyelamatkan anak-anak yang meninggalnya 35-40 sebulan. Yang tidak terdeteksi 3-5 kali lipat. Sambil kemudian kita teliti dengan cepat mana yang benar mengandung berbahaya," ujar BGS.


(miq/hsy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Menkes Bongkar Hasil Uji Coba Obat Gagal Ginjal, Manjur?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular