RI Makin Dekati Akhir Pandemi Covid, Waspada 2 Risiko Ini

Linda Hasibuan, CNBC Indonesia
06 October 2022 11:20
Seorang wanita mengenakan masker untuk mencegah penyebaran virus corona saat berjalan melewati poster kampanye kesehatan dari One NGO di sebuah underpass menuju stasiun kereta bawah tanah Westminster di London, Kamis (27/1/2022).  Sebagian besar pembatasan virus corona termasuk wajib wajah Masker dicabut di Inggris pada hari Kamis, setelah pemerintah Inggris mengatakan peluncuran booster vaksinnya berhasil mengurangi penyakit serius dan rawat inap COVID-19. Mulai Kamis, penutup wajah tidak lagi diwajibkan oleh hukum di mana pun di Inggris. (AP Photo/Matt Dunham)
Foto: Seorang wanita mengenakan masker untuk mencegah penyebaran virus corona saat berjalan melewati poster kampanye kesehatan dari One NGO di sebuah underpass menuju stasiun kereta bawah tanah Westminster di London, Kamis (27/1/2022). (AP Photo/Matt Dunham)

Jakarta, CNBC Indonesia - Situasi pandemi Covid-19 di Indonesia sudah mulai membaik yang indikasinya terlihat dari penurunan jumlah kasus harian, kasus aktif, hingga kasus meninggal.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengirimkan sinyal soal berakhirnya pandemi yang sudah di depan mata. Begitu juga, Presiden RI Joko Widodo yang mengungkap kemungkinan pandemi COVID-19 di Indonesia akan berakhir sebentar lagi.

Seiring optimisme transisi menuju endemi, Guru Besar Mikrobiologi di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI) Prof dr Amin Soebandrio menegaskan pengamatan terhadap kondisi pandemi COVID-19 masih harus terus dijalankan. Sebab, meski nantinya status pandemi telah dicabut, masyarakat belum sepenuhnya bebas dari risiko kemunculan turunan COVID-19.

"Intinya bahwa yang harus mempersiapkan diri terhadap perubahan pandemi ke endemi itu tidak hanya pemerintah, tapi juga masyarakat serta fasilitas dan tenaga kesehatan," ujarnya dalam konferensi pers virtual BNPB Indonesia, Rabu (5/10/2022).

Amin menyebut ada dua risiko yang harus diwaspadai semua pihak meski pandemi Covid dinyatakan berakhir. Pertama, kemungkinan munculnya virus baru. 

"Karena mungkin pandemi COVID-19 akan berakhir, tapi ada satu kemungkinan patogen atau virus lain serupa. Artinya, turunannya Omicron atau misalnya mutasi dan sebagainya, yang kemudian menyebabkan istilahnya 'muncul kembali'," sambung Prof Amin.

Risiko kedua, kasus COVID-19 mungkin sudah tidak bertambah, namun muncul patogen lain bersamaan. Prof Amin menyinggung, sejumlah pengamatan menyoroti kasus 'berat mendadak' dengan hasil tes PCR sudah negatif COVID-19, namun pasien masih mengalami gejala berat.

Terkait hal ini, Amin menyebut bahwa para ahli kesehatan masih terus meneliti kemungkinan kondisi post-Covid yang parah serta kemungkinan koinfeksi dengan mikroba lain yang menyebabkan kerusakan jaringan dan kerusakan organ yang lebih parah. 


(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Akhir Pandemi COVID di Depan Mata, Masih Perlu Pakai Masker?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular