
Ancaman Virus Langya Nyata, Indonesia Diintai Bahaya

Jakarta, CNBC Indonesia - Virus Langya yang ditemukan di China tengah menjadi perhatian para ahli kesehatan dunia. Studi awal menunjukkan bahwa paparan virus tersebut bisa menyebabkan penurunan sel darah putih, jumlah trombosit yang rendah, serta gagal jantung dan ginjal.
Meski baru ditemukan di China, bukan tidak mungkin virus yang ditularkan dari hewan tersebut juga bisa muncul di Indonesia. Apalagi, kontak antara manusia dan hewan liar juga cukup banyak di Indonesia.
"Kita harus sadari Indonesia adalah salah satu wilayah yang memiliki risiko adanya 'new emerging disease', penyakit baru yang mewabah. Karena alam kita luas, kaya, hewan kita juga banyak masih liar, dan perilaku kita dalam mengelola alam ini terutama peternak dan petani ini masih banyak yang tradisional," kata epidemiolog dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman, seperti dikutip dari detikcom, Senin (15/8/2022).
"Potensi ini, situasi alam yang mirip ini, pasti ada, bukan hanya Langya virus, tapi juga virus-virus lain yang serupa atau bahkan berbeda," sambungnya.
Virus Langya pertama kali dilaporkan dalam sebuah studi berjudul "A Zoonotic Henipavirus in Febrile Patients in China" yang dirilis pada Kamis (4/8/2022). Studi itu membahas soal Henipavirus baru yang berhubungan dengan penyakit penyebab demam pada manusia yang teridentifikasi di China.
Menurut laporan Pusat Pengendalian Penyakit (CDC) Taiwan, para peneliti menemukan dugaan bahwa virus ini berasal dari tikus. Wakil Direktur Jenderal CDC Taiwan, Chuang Jen-hsiang mengungkapkan, berdasarkan hasil tes pada 25 spesies hewan liar ditemukan bahwa tikus mungkin merupakan reservoir alami dari Langya henipavirus, karena virus itu ditemukan di 27 persen subjek tikus.
![]() Ilustrasi asal-usul virus Langya. |
Selain tikus, mengutip laporan Taipei Times, hewan lain yang juga positif virus Langya adalah kambing (2 persen) dan anjing (5 persen).
Sebanyak 35 pasien yang positif dilaporkan memiliki riwayat kontak dengan hewan dalam beberapa waktu terakhir. Para pasien, yang kebanyakan berprofesi sebagai petani, melaporkan gejala berupa kelelahan, batuk, kehilangan nafsu makan dan nyeri, dengan beberapa kelainan sel darah dan tanda-tanda kerusakan hati dan gagal ginjal.
(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Waspada Virus Langya Ditemukan di China, Ini Gejalanya