
Riset Terbaru Omicron BA.5: Ada Risiko Gejala Berat!

Jakarta, CNBC Indonesia - Sebuah penelitian terbaru mengungkap fakta bahwa subvarian Omicron BA.5 kemungkinan lebih memicu reinfeksi, ketimbang subvarian Omicron BA.2 yang mendominasi kala puncak gelombang pandemi Covid-19 beberapa waktu lalu.
Penelitian dari Portugal itu menunjukkan, 10% dari kasus BA.5 adalah pasien reinfeksi. Sementara pada kasus BA.2, reinfeksi hanya dilaporkan sebanyak 5,6% dari total kasus yang dianalisis.
Para peneliti mempelajari 15.396 orang dewasa yang terinfeksi varian BA.2 dan 12.306 terinfeksi BA.5. Namun, para ilmuwan menemukan vaksin Covid-19 dua dosis tampaknya kurang efektif mengurangi risiko Covid-19 gejala berat pada kasus Omicron BA.5 dibandingkan Omicron BA.2.
"Di antara mereka yang terinfeksi BA.5, vaksinasi booster dikaitkan dengan masing-masing 77 peren dan 88 persen pengurangan risiko rawat inap dan kematian COVID-19, sementara pengurangan risiko yang lebih tinggi ditemukan untuk kasus BA.2, dengan 93 persen cegah kasus rawat inap dan 94 persen kematian," tulis para peneliti.
Kendati demikian, para peneliti menyebut vaksinasi Covid-19 booster masih memberikan perlindungan yang kuat untuk mencegah kasus Covid-19 gejala berat akibat BA.5.
Merusak Sel Otot Jantung
Spike protein di permukaan yang digunakan virus untuk menginfeksi, juga masuk ke sel otot jantung dan memicu serangan yang merusak sistem kekebalan tubuh. Peneiitian baru ini juga menyoroti speike protein SARS-CoV-2 berinteraksi dengan protein lain dalam miosit jantung yang menyebabkan peradangan.
Para peneliti dalam presentasi di Sesi Ilmiah Ilmu Kardiovaskular Dasar Asosiasi Jantung Amerika 2022, Rabu (27/7), melakukan percobaan dengan jantung tikus. Membandingkan efek spike protein SARS-CoV2 dan spike protein dari virus corona yang berbeda dan relatif tidak berbahaya.
Tidak hanya itu, peneliti juga menemukan bahwa hanya spike protein SARS-CoV-2 yang menyebabkan disfungsi jantung, pembesaran, dan peradangan.
Dalam sel otot jantung yang terinfeksi, hanya spike SARS-CoV-2 yang berinteraksi dengan protein TLR4 (reseptor seperti Toll-4), yakni protein yang mengenali penyerbu dan memicu respons inflamasi atau peradangan.
Sementara itu, pada pasien yang meninggal dengan peradangan COVID-19, para peneliti menemukan spike protein SARS-CoV-2 dan protein TLR4 di kedua sel otot jantung dan jenis sel lainnya. Keduanya tidak hadir dalam biopsi jantung manusia yang sehat.
"Itu berarti begitu jantung terinfeksi SARS-CoV-2, itu akan mengaktifkan pensinyalan TLR4," kata Zhiqiang Lin dari Masonic Medical Research Institute di Utica, New York dalam sebuah pernyataan.
"Kami memberikan bukti langsung bahwa protein lonjakan beracun bagi sel-sel otot jantung dan mempersempit mekanisme yang mendasarinya karena protein lonjakan secara langsung mengobarkan sel-sel otot jantung," katanya kepada Reuters.
"Lebih banyak pekerjaan sedang dilakukan di lab saya untuk menguji apakah dan bagaimana protein lonjakan membunuh sel-sel otot jantung," paparnya
(cha/cha)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ciri-ciri Covid-19 Omicron BA.4 & BA.5, Waspadai Gejala Ini
