5 Fakta Covid Centaurus: Asal-Usul, Gejala, Hingga Penyebaran
Jakarta, CNBC Indonesia - Para ahli kesehatan menemukan subvarian COVID terbaru yang disebut BA.2.75. Subvarian yang dijuluki "Centaurus" ini merupakan turunan dari Omicron.
BA.2.75 sudah terdeteksi di setidaknya 10 negara, termasuk Inggris, AS, India, Australia, dan Jerman. Negara tetangga RI, yakni Singapura, juga telah mendeteksi 2 kasus impor Centaurus dari India.
Berikut adalah 5 fakta Covid Centaurus yang perlu Anda ketahui:
1. Pertama kali ditemukan di India
Centaurus Pertama kali terdeteksi di India pada bulan Mei 2022. Sejumlah data dari India menunjukkan bahwa BA.2.75 mungkin sudah mencapai puncaknya. Meski begitu, belum ada peningkatan dalam jumlah rawat inap atau kematian di India akibat BA.2.75.
Tak hanya di India, subvarian ini juga telah menyebar ke negara-negara di Asia, Eropa, Amerika Utara dan Australia. Singapura, negara tetangga RI, melaporkan dua kasus impor pertama dari varian tersebut pada Kamis lalu (14 Juli).
2. Julukan "Centaurus" diberikan pengguna Twitter
Subvarian BA.2.75 dijuluki "Centaurus", tetapi ini bukan nama resminya. Nama tersebut diduga berawal dari seorang pengguna Twitter, @xabitron1, yang kerap menggunakan akunnya untuk berbagi berita tentang COVID-19.
Julukan tersebut merujuk pada sebuah galaksi yang juga merupakan nama bapak Centaurus dalam mitologi Yunani.
3. Bisa terobos kekebalan dari vaksin
Kekhawatiran seputar BA.2.75 adalah karena varian ini telah mengalami sejumlah mutasi sehingga dapat menerobos kekebalan, baik yang didapatkan dari vaksin maupun antibodi alami dari infeksi Covid sebelumnya.
Centaurus juga diperkirakan menyebar pada tingkat yang lebih cepat daripada kerabat Omicron varian BA.5 dan BA.2.
"Kami melihat varian baru ini menggantikan semua varian yang sebelumnya kami anggap sangat menular, namun kami tidak tahu persis mengapa varian ini menjadi begitu dominan," ujar Dr Eleanor Gaunt, ahli virologi di University of Edinburgh, dikutip dari Euronews Next.
4. Gejala Centaurus
Gejala Centaurus mirip dengan gejala Omicron pada umumnya, seperti batuk, kelelahan, dan hidung meler.
"Gejalanya mungkin jauh, jauh, jauh lebih ringan, terutama untuk orang yang sudah divaksinasi," kata Jasmine Plummer, asisten profesor di Cedars Sinai Medical Center, seperti dikutip dari Health. "Jadi gejalanya lebih seperti versi ringan, menurut saya, dari COVID masa lalu."
Meski gejalanya cenderung ringan, para ahli mengatakan subvarian BA.2.75 memiliki tambahan mutasi. Fakta ini membuat para ahli khawatir bahwa subvarian tersebut bisa menerobos antibodi dan menyebabkan penularan yang cepat.
5. Diklasifikasikan sebagai variant of interest
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengklasifikasikan BA.2.75 sebagai varian yang diperhatikan (variant of interest), bukan varian yang menjadi kekhawatiran (variant of concern). Ini berarti BA.2.75 sedang dipantau, tetapi belum ada bukti bahwa subvarian itu akan menyebabkan ancaman serius.
(hsy/hsy)