Makin Banyak Orang Meninggal karena Patah Hati, Ini Faktanya

hsy, CNBC Indonesia
15 August 2022 18:15
iNFOGRAFIS, 3 Penyakit Penyebab Kematian Dini Terbanyak Dunia
Foto: Infografis/ 3 Penyakit Penyebab Kematian Dini Terbanyak Dunia/ Edward Ricardo

Jakarta, CNBC Indonesia - Patah hati memang menyakitkan. Sejumlah studi menunjukkan bahwa sakit yang disebabkan oleh patah hati bisa mengganggu fungsi tubuh, layaknya sakit fisik. Namun, bagaimana dengan dampak yang ditimbulkan? Apakah patah hati juga bisa menyebabkan kematian?

Mengutip Web MD, kematian karena patah hati bukanlah mitos hiperbola yang diabadikan dalam buku dan film. Kematian karena patah hati itu nyata, bahkan dokter mengatakan kasusnya sedang meningkat.

Sindrom patah hati, yang secara medis dikenal sebagai kardiomiopati takotsubo atau kardiomiopati akibat stres, dapat terjadi ketika seseorang mengalami stres ekstrem, termasuk setelah kehilangan seseorang yang dicintai. 

Sebagian besar kasus sindrom patah hati terjadi pada wanita, yaitu sekitar 88%, dan biasanya terjadi selama tahun-tahun pascamenopause.

Gejalanya mirip dengan serangan jantung klasik: muncul tiba-tiba, nyeri dada yang parah, dan sesak napas. Namun, tidak seperti serangan jantung, sindrom patah hati biasanya tidak melibatkan penyumbatan arteri koroner atau kerusakan jantung permanen. Sebaliknya, jumlah stres yang ekstrem membuat jantung syok, yang kemudian menekan otot jantung agar tidak meremas dengan benar, kata Tracy Stevens, dokter ahli jantung di Saint Luke's Mid America Heart Institute di Kansas City.

"Kami melihat lebih banyak [sindrom patah hati] selama beberapa tahun terakhir, mungkin karena pandemi, kami melihat stres di tingkat yang belum pernah kami lihat sebelumnya di negara ini," kata Stevens.

Meskipun tidak ada penelitian tentang stres akibat pandemi dan kaitannya dengan sindrom patah hati, sebuah studi pada tahun 2021 yang diterbitkan dalam Journal of American Heart Association menemukan bahwa antara tahun 2006 dan 2017, diagnosis sindrom patah hati meningkat setidaknya 6 hingga 10 kali lipat. Kenaikan kasus lebih cepat di kalangan wanita dalam kelompok usia 50-ke-74 dibanding kelompok lain.

Sindrom patah hati sangat mungkin berakibat fatal, tetapi cenderung kurang mematikan dibanding serangan jantung, dengan tingkat kematian hanya sekitar 2%, kata Abhijeet Dhoble, profesor kedokteran kardiovaskular di McGovern Medical University of Texas Health Science Center. 

Untuk mengobati sindrom patah hati, dokter biasanya memberikan obat tekanan darah dan pengencer darah. Proses pemulihan bisa memakan waktu hingga seminggu.


(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Inggris Punya Hotel Khusus untuk Traveler Patah Hati

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular