
Catat! Ini Perbedaan Hepatitis 'Misterius' dengan yang Biasa

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia telah melaporkan temuan 3 kasus meninggal dunia diduga hepatitis akut 'misterius' alias tanpa penyebab yang diketahui. Sebenarnya apa yang membedakan hepatitis misterius dengan hepatitis biasa?
Kasus hepatitis akut sudah tersebar di 20 negara di dunia, termasuk Indonesia. WHO menetapkan kasus ini sebagai kejadian luar biasa atau Disease Outbreak News (DONs). Kasus hepatitis akut ini juga disebut misterius karena belum diketahui penyebabnya.
Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, Tjandra Yoga Aditama menjelaskan, status DONs ditetapkan agar masyarakat waspada, namun juga tidak perlu panik berlebihan.
"Negara perlu mengambil langkah antisipasi yang diperlukan, dan masyarakat melakukan langkah kewaspadaan pada keluarga kita. Sementara itu kita terus ikuti bukti-bukti ilmiah yang tersedia dalam hari-hari mendatang ini," jelas Tjandra kepada CNBC Indonesia, dikutip Kamis (5/5/2022).
Laporan dari berbagai negara menunjukkan kasus ini terjadi pada anak usia 1 bulan sampai dengan 16 tahun. Gejala klinis pada kasus yang teridentifikasi hepatitis akut adalah peningkatan enzim hati, sindrom jaundice (penyakit kuning) akut, dan gejala gastrointestinal (nyeri abdomen, diare dan muntah-muntah). Sebagian besar kasus tidak ditemukan adanya gejala demam.
Penyebab dari penyakit tersebut masih belum diketahui. Pemeriksaan laboratorium di luar negeri telah dilakukan dan virus hepatitis tipe A, B, C, D dan E, tidak ditemukan sebagai penyebab dari penyakit tersebut.
Dihubungi terpisah, Epidemiolog dari Universitas Griffith, Dicky Budiman, menjelaskan hepatitis akut artinya suatu infeksi dari hati yang sifatnya sebentar, sekira 2 minggu, dan paling lama sebulan sudah pulih. Entah itu pulih sendiri atau dengan terapi. Ada pula hepatitis kronis yang infeksinya bisa merusak hati.
"Sekarang hepatitis yang disebut misterius itu belum diketahui dengan pasti penyebabnya, termasuk mekanisme atau patofisiologi-nya," jelas Dikcy kepada CNBC Indonesia, Kamis (5/5/2022).
"Apakah hepatitis akut ini lebih bahaya atau tidak, kita belum bisa menjawab," imbuh Dikcy.
Kendati demikian, dengan adanya temuan kasus di bawah 250 kasus di dunia, sudah kurang dari 20 pasien harus ditransplantasi dan satu orang meninggal. Ini, menurut Dikcy, sudah menunjukkan indikator bahaya.
"Itulah sebabnya harus jadi perhatian dunia dan negara-negara. Karena umumnya, di tengah situasi seperti ini apalagi penyakit baru, maka yang terdeteksi adalah puncak gunung es," jelas Dikcy.
(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Apa Itu Adenovirus? Biang Kerok Kasus Hepatitis MIsterius