Kesemutan Memanjang Bisa Jadi Tanda Kena Covid-19

Tommy Sorongan, CNBC Indonesia
27 March 2022 20:20
Registered nurse Jessalynn Dest fills out records while treating a COVID-19 patient in the acute care unit of Harborview Medical Center, Friday, Jan. 14, 2022, in Seattle. Washington Gov. Jay Inslee is deploying 100 members of the state National Guard to hospitals across the state amid staff shortages due to an omicron-fueled spike in COVID-19 hospitalizations. Inslee announced Thursday that teams will be deployed to assist four overcrowded emergency departments at hospitals in Everett, Yakima, Wenatchee and Spokane, and that testing teams will be based at hospitals in Olympia, Richland, Seattle and Tacoma. (AP Photo/Elaine Thompson)
Foto: AP/Elaine Thompson

Jakarta, CNBC Indonesia - Terinfeksi virus Covid-19 rupanya menampilkan bermacam gejala yang dialami penderitanya. Mulai dari sistem pernapasan maupun otak.

Ada satu gejala lagi yang ditunjukkan penelitian baru menunjukkan bahwa virus itu juga bisa menimbulkan gejala neuropati hingga berbulan-bulan.

Dari studi baru yang dilakukan peneliti di Washington, mereka menemukan bahwa orang yang terinfeksi virus Corona kemungkinan bisa mengalami neuropati perifer tiga kali lebih besar. Dikutip dari Harvard Health, neuropati perifer merupakan kerusakan pada saraf perifer di seluruh tubuh.

Gejala yang muncul bisa berupa berkurangnya sensitivitas, kesemutan, kelemahan, hingga muncul nyeri pada tangan dan kaki.

"Kami menemukan bahwa hampir 30 persen pasien yang dites positif COVID-19 juga melaporkan masalah neuropati pada saat diagnosis mereka," beber pemimpin peneliti sekaligus penyelidik senior Washington University Pain Centre, Simon Haroutounian.

"Untuk enam hingga tujuh persen dari mereka, gejalanya bertahan setidaknya selama dua minggu, dan hingga tiga bulan, menunjukkan bahwa virus ini mungkin memiliki efek yang bertahan lama pada saraf perifer," jelasnya yang dikutip dari Express UK, Minggu (27/3/2022).

Baca juga: Bukan Paru-paru, Ini Area Tubuh yang Paling 'Diserang' Varian BA.2
Berdasarkan penelitian tersebut, mayoritas pasien yang diteliti melaporkan gejala neuropati yang ringan.

Selain COVID-19, ternyata gejala neuropati juga bisa disebabkan oleh infeksi virus lainnya. Misalnya seperti HIV dan herpes zoster, sebab virus dalam merusak saraf.

"Penting untuk memahami apakah infeksi virus dikaitkan dengan peningkatan risiko neuropati. Dalam kasus HIV, kami tidak menyadari bahwa itu menyebabkan neuropati selama beberapa tahun setelah epidemi AIDS dimulai," kata Haroutounian.

"Akibatnya, banyak orang tidak terdiagnosis dengan neuropati dan tidak diobati untuk rasa sakit yang terkait dengan masalah tersebut."


(hps/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Menkes BGS Bakal Temui WHO Bulan Ini, Mau Bahas Apa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular