
Bagaimana Cara Jelaskan Perang di Ukraina pada Anak?

Jakarta, CNBC Indonesia - Serangan yang dilakukan Rusia di Ukraina tengah menjadi perhatian internasional. Orang-orang di seluruh dunia merasa stres dan takut menyaksikan kekerasan, termasuk anak-anak.
Sebagian orang tua mungkin merasa takut dan akhirnya menjauhkan topik perang dari anak-anak. Meski begitu, bukan berarti anak tidak mengetahui apa yang terjadi. Sebab, mereka bisa saja mendapat informasi dari sumber lain. Lalu, bagaimana sebaiknya orang tua menjelaskan perang Rusia-Ukraina pada anak?
Psikolog Klinik Anak dari Empathinc Psychology Centre, Aryani Rahmah Utami, menjelaskan ada setidaknya tiga aspek yang harus diperhatikan orang tua sebelum berbicara mengenai perang pada anak. Pertama, orang tua wajib memahami dan memproses informasi dari berita yang ada, termasuk konteks di balik perang. Ini penting untuk memastikan bahwa Anda tidak memberikan informasi yang keliru pada anak.
Kedua, tentukan pesan yang ingin disampaikan pada anak. Sesuaikan pesan dengan usia anak. Sebab, setiap tahapan usia memiliki perbedaan kemampuan untuk memahami informasi yang orang tua sampaikan.
Ketiga, perlu diingat bahwa sangat wajar jika anak memiliki banyak pertanyaan setelah mendapat penjelasan tentang perang, namun Anda tidak perlu selalu memiliki jawaban dari pertanyaan anak. Tidak apa-apa untuk menunda memberikan jawaban pada anak.
"Jangan khawatir jika tema perang, pertengkaran, moralitas, keadilan, kebaikan versus kejahatan, kekuasaan dan kontrol, serta kematian muncul dalam permainan anak. Gunakan kesempatan ini untuk mengamati dan mempelajari lebih lanjut tentang anak, apa yang ia pahami dari tema-tema tersebut. Ingat, ini adalah cara mereka berkomunikasi dan menjelaskan dunianya pada orang tua," ujar Aryani, melalui keterangan tertulis.
Berikut adalah cara menyampaikan perang sesuai tahapan usia anak:
1. Toddler (2-3 tahun)
Di usia ini, perkembangan kognitif anak belum siap untuk menerima informasi tentang konsep perang, namun mereka dapat memahami perasaan orang tuanya dari reaksi emosi yang ditampilkan saat menonton berita. Ungkapkan secara jujur pada anak tentang apa yang dirasakan orang tua mengenai perang, misalnya "mama/papa sedih lihat banyak yang terluka karena ada perang. Bersyukur kita di sini aman."
Sebaiknya hindari toddler terpapar berita perang.
2. Preschooler (4-6 tahun) - 8 tahun
Anak di tahapan usia ini sudah mulai mengerti konsep perang. Anda bisa menjelaskan dengan mendefinisikan perang menggunakan bahasa yang sederhana. Misalnya, "Perang itu lagi berantem. Enggak ada yang mau mengalah."
Kemudian, orang tua juga bisa menjelaskan dampak dari perang, misalnya "Gara-gara perang jadi banyak yang terluka. Bersyukur kita di sini aman. Rasanya takut ya lihat di televisi banyak bom yang meledak. Sedih banyak yang terluka. Kalau adek bagaimana perasaannya saat lihat itu di tv?"
Perlihatkan peta dunia. Tunjukkan di mana perang terjadi dan di mana Anda tinggal. Jelaskan dan pastikan bahwa lokasi perang sangat jauh dari lokasi anak Anda saat ini, dan karena itu efek dari perang seperti rumah yang hancur tidak terjadi di sini. Ini penting karena yang menjadi fokus utama anak adalah tentang keselamatan dan keamanan.
Berikan fakta sederhana dalam kalimat pendek, misalnya "Karena ada yang melempar bom, jadi banyak yang terluka, rumah-rumah hancur."
Berhenti menjelaskan tentang perang dan biarkan anak bertanya.
"Untuk anak usia 4-6 tahun, penjelasan mengenai perang dapat dilakukan berulang-ulang. Karena pada usia ini anak masih belum memahami bahwa perang tidak sepenuhnya akan terus terjadi dan anak bisa memiliki pikiran bahwa perang akan hilang secara ajaib," kata Ariyani lagi.
"Setelah itu tetap pantau anak melakukan rutinitasnya seperti biasa. Pastikan tidak terjadi perubahan yang signifikan saat makan, tidur, dan bermain," pungkasnya.
(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Maskapai Ramai-ramai Batalkan Penerbangan ke Ukraina