Internasional

Jangan Kanget! Penyebab Terbaru 'Resesi Seks' di Singapura

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
18 October 2021 14:05
Lonjakan kasus Covid-19 di Singapura. (REUTERS/EDGAR SU)
Foto: Lonjakan kasus Covid-19 di Singapura. (REUTERS/EDGAR SU)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sebuah penelitian baru yang dirilis oleh lembaga medisĀ Singapura mulai membongkar penyebab "resesi seks" yang terjadi di negara itu. Hal ini disebut-sebut berkaitan dengan disfungsi seksual para wanita Singapura.

Dalam laporan khusus media setempat Channel News Asia (CNA),studi yang dipimpin oleh Rumah Sakit Wanita dan Anak KK (KKH) mengatakan bahwa hampir 60% wanita Singapura yang disurvei memiliki fungsi seksual yang rendah. Ini berimplikasi pada penurunan peluang untuk hamil dalam satu tahun sebesar 27%.

"Hasil penelitian menunjukkan bahwa 58,6% wanita Asia di Singapura menunjukkan skor kurang dari 22. Ini menunjukkan bahwa mereka berisiko mengalami disfungsi seksual," ungkap penelitian tersebut.

Hal ini kemudian dikaitkan dengan kurang bersemangatnya para wanita melakukan hubungan seks. Rata-rata mendapat pengalaman yang tidak menyenangkan dan sulitnya merasakan momen keintiman.

Tekanan psikologis juga memicu ketidakseimbangan hormon para wanita. Ini menganggu ovulasi dan dengan demikian membuat kehamilan tertunda secara alami.

"Di antara enam item gangguan seksual yang diperiksa, hasrat seksual yang rendah dan jarang mencapai orgasme lebih sering dilaporkan pada wanita ini," tegas laporan itu.

Lebih lanjut, penelitian itu mengungkapkan bahwa bentuk paling umum dari disfungsi seksual wanita adalah vaginismus. Ini merupakan kondisidi mana otot-otot di dalam vagina mengencang tanpa sadar dan mencegah benda apapun masuk ke dalam vagina.

Hal ini juga mempengaruhi hubungan seksual dan perawatan ginekologi dan kesuburan. Klinik Kesehatan Seksual di KKH bahkan mencatat 100 kasus baru vaginismus, melonjak 60% dari angka tahun 2017.

Dr Kelly Loi, seorang dokter kandungan dan ginekolog, dan direktur medis di Mount Elizabeth Fertility Centre, mengatakanvaginismus telah menjadi permasalahan serius di antara pasangan. Pasalnya, ini membuat pasangan enggan melakukan hubungan seks karena bayangan rasa sakit yang akan ditimbulkan.

"Dengan dispareunia, seks mungkin dilakukan tetapi menyakitkan dan tidak nyaman. Namun, dengan vaginismus, seks penetrasi sama sekali tidak mungkin karena ada ketakutan psikologis akan rasa sakit," kata Dr Loi.

"Rasa sakit yang dihasilkan dari vaginismus"sangat menyedihkan dan dalam kasus yang parah, dapat menyebabkan perkawinan tidak tercapai", tambahnya.

Sebelumnya, dalam catatan otoritas setempat, angka pernikahan di Singapura turun terendah sejak 1986. Di mana, hanya ada 19.430 pernikahan, "jatuh" dari 12,3% tahun sebelumnya yang sekitar 22.165.

Bukan hanya pernikahan, kebanyakan warga juga menunda keputusan menjadi orang tua. Hanya ada 31.816 kelahiran di negeri itu di 2020 atau 3,1% lebih rendah dibanding sebelumnya, 32.844.

Pandemi menjadi salah satu penyebab. Selain itu ekonomi yang makin mahal juga jadi faktor lain.




(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 'Resesi Seks' Landa 4 Negara Asia, Kenapa pada Ogah Kawin?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular