Internasional

Jangan Kaget! 5 Crazy Rich Asia Tadinya Rakyat Jelata

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
01 October 2021 16:40
Jack Ma. (AP/Firdia Lisnawati)
Foto: Jack Ma. (AP/Firdia Lisnawati)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menjadi seorang figur yang kaya raya bukanlah sebuah proses yang mudah. Seringkali menjadi pribadi yang berada dalam puncak kekayaan itu membutuhkan usaha yang tekun dan giat.

Tak ayal, banyak tokoh-tokoh miliarder besar dunia yang dulunya hidup dalam kondisi kemiskinan. Kekayaan yang besar itu mereka dapatkan dari kerja keras dan tekad yang kuat.

Berikut adalah lima figur terkaya di Asia yang sebelumnya hidup dalam kondisi kesulitan ekonomi mengutip Channel News Asia (CNA), Jumat (1/10/2021).

1. Jack Ma

Jack Ma dikenal sebagai miliarder pendiri Alibaba dan Ant Group. Namun siapa sangka, pria yang lahir di kota Hangzhou itu harus mengalami pahitnya kemiskinan dalam awal kehidupannya.

Semasa masih anak-anak, Ma akan mengunjungi hotel tempat turis asal Amerika Serikat (AS) menginap untuk belajar bahasa Inggris dengan imbalan memberi mereka tur keliling kota. Ia gagal ujian masuk universitas dua kali, sebelum akhirnya lulus dan melanjutkan belajar bahasa Inggris di Institut Guru Hangzhou.

Setelah lulus, ia melamar beberapa pekerjaan, termasuk pekerjaan di KFC, tetapi akhirnya ditolak. Ma akhirnya mendapatkan pekerjaan sebagai guru bahasa Inggris dan dibayar hanya US$ 12 atau setara Rp 170 ribu per bulan.

Di tahun 1995, Ma akhirnya diperkenalkan dengan platform online dalam perjalanannya ke AS. Terpikat dengan hal itu, ia bermimpi untuk membangun sesuatu yang akan menempatkan China di peta Internet dunia. Dengan tekad yang kuat, ia mendirikan Alibaba yang saat ini merajai pasar China.

FILE - In this Wednesday, Jan. 24, 2018 file photo, Alibaba founder Jack Ma listens during a session of the annual meeting of the World Economic Forum in Davos, Switzerland. Jack Ma defended trade at a World Trade Organization seminar Tuesday, Oct. 2, 2018 in Switzerland. (AP Photo/Markus Schreiber)Foto: AP/Markus Schreiber
FILE - In this Wednesday, Jan. 24, 2018 file photo, Alibaba founder Jack Ma listens during a session of the annual meeting of the World Economic Forum in Davos, Switzerland. Jack Ma defended trade at a World Trade Organization seminar Tuesday, Oct. 2, 2018 in Switzerland. (AP Photo/Markus Schreiber)

2. Li-Ka Shing

Miliarder asal Hong Kong, Li-Ka Shing juga memulai hidup dengan kondisi serba kesusahan.Keluarganya melarikan diri dari China daratan ke Hong Kong saat Perang Dunia II masih berlangsung.

Hidupnya jadi semakin sulit saat ayahnya meninggal tiba-tiba karena TBC. Dengan kondisi itu, Li harus meninggalkan sekolah untuk menghidupi keluarga.

Pada usia muda 16 tahun, ia bekerja di pabrik plastik, bekerja keras selama 16 jam sehari. Dia kemudian menjadi salesman top pabrik dan akhirnya dipromosikan menjadi manajer pabrik.

Pada usia 22 tahun, ia membuka pabriknya sendiri, Cheung Kong Industries, menandai awal dari perjalanan kewirausahaannya. Li mengubah Cheung Kong Industries menjadi perusahaan investasi real estat terkemuka dan mendaftarkannya di Bursa Efek Hong Kong pada tahun 1972.

Li Ka-ShingFoto: Reuters/Tyrone Siu
Li Ka-Shing

Halaman 2>>>

3. Kim Beom-Soo

Kim Beom-soo, juga dikenal sebagai Brian Kim, adalah seorang miliarder Korea Selatan dan pendiri serta pemimpin perusahaan Internet terkemuka, Kakao. Saat ini perusahaannya merupakan perusahaan pemesanan makanan terbesar di Negeri Ginseng itu.

Kim sendiri juga tumbuh dalam kemiskinan.Keluarganya yang terdiri dari delapan orang berbagi satu kamar tidur di lingkungan miskin di Seoul. Orang tuanya diketahui bekerja serabutan untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Kim adalah orang pertama di keluarganya yang kuliah. Ia membiayai kuliahnya itu dengan menawarkan les privat. Setelah lulus, ia menghabiskan lima tahun dalam pekerjaan pertamanya sebagai pengembang layanan komunikasi online di unit layanan teknologi informasi milik Samsung.

Pada tahun 1998, ia memulai Hangame, sebuah bisnis warnet yang kemudian menjadi portal game online. Hangame kemudian bergabung dengan mesin pencari Naver dan menjadi portal web dominan Korea Selatan, NHN. Ia memulai KakaoTalk pada tahun 2010.

Kim Beom SooFoto: Kim Beom Soo
Kim Beom Soo

4. Kim Bong-Jin

Kim Bong-jin adalah pendiri dan direktur utama operator aplikasi pengiriman Korea Selatan, Woowa Brothers. Tahun ini, pria berusia 44 tahun dan istrinya menandatangani Giving Pledge yang mengatakan bahwa ia akan menyumbangkan lebih dari setengah kekayaan untuk kegiatan sosial.

Dalam sebuah pernyataan, Kim menulis tentang permulaannya yang sederhana. Ia dibesarkan di sebuah pulau kecil di Korea Selatan dan tidur di restoran yang dikelola oleh keluarganya.

"Selama sekolah menengah saya harus menunggu sampai tamu meninggalkan restoran keluarga kami karena tidak ada kamar tidur yang layak untuk saya," katanya.

Menurutnya, bisa menduduki bangku perkuliahan merupakan anugerah yang luar biasa. Ia menyebut bahwa Tuhanlah yang membuatnya berhasil untuk bisa berkuliah dan menamatkan studinya di sebuahperguruan tinggi seni.

Kim Bong JinFoto: Kim Bong Jin
Kim Bong Jin

5. Zhang Xin

Zhang Xin merupakan miliarder asal China yang merupakan pemilik dari perusahaan pengembang properti SOHO China. Wanita kaya itu dibesarkan di Beijing untuk beberapa saat sebelum ia dan ibunya dikirim ke pedesaan oleh program revolusi kebudayaan Partai Komunis.

Pada usia 15 tahun, Zhang dan keluarganya pindah ke Hong Kong. Untuk mencari nafkah, dia bekerja di pabrik selama lima tahun dan menabung cukup untuk pergi ke Inggris untuk belajar. Setibanya di Negeri Ratu Elizabeth,Zhang bekerja di toko ikan dan keripik tradisional Inggris yang dikelola oleh pasangan asal China.

Dia melanjutkan bekerja untuk Goldman Sachs di London, kemudian sebentar di Hong Kong dan New York. Akhirnya, ia pindah kembali ke Beijing di mana dia bertemu suaminya. Bersama-sama, mereka mendirikan SOHO China, sebuah perusahaan pengembang real estate yang kemudian menjadi pengembang properti terbesar di negara tersebut.

Zhang Xin (Dok: World Economic Forum)Foto: Zhang Xin (Dok: World Economic Forum)
Zhang Xin (Dok: World Economic Forum)



Next Page
Halaman 2
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular