Internasional

H&M Diboikot China, Penjualan Terjun Bebas

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
02 July 2021 14:20
FILE - In this March 26, 2021, file photo, a man carrying an umbrella walks past an H&M clothing store at a shopping mall in Beijing. Chinese regulators on Friday, April 2, 2021, said H&M has agreed to change a “problem map” online following government criticism, adding to pressure on the Swedish retailer amid a conflict with Western governments over Chinese policies in its Xinjiang region. (AP Photo/Mark Schiefelbein, File)
Foto: H&M (AP/Mark Schiefelbein)

Jakarta, CNBC Indonesia - Peritel mode raksasa asal Swedia, H&M, mengalami penurunan penjualan di China setelah beberapa bulan menjadi target boikot Negeri Tirai Bambu. H&M termasuk di antara beberapa merek yang menyuarakan keprihatinan atas dugaan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) terhadap Muslim Uighur di provinsi Xinjiang, China.

Pernyataannya membuat selebriti China memutuskan hubungan dengan mereka dan platform e-commerce, seperti platform ritel online China Tmall dan toko aplikasi pembuat telepon domestik, mendepak H&M. Bahkan, penurunan penjualan terjadi saat bisnis global H&M kembali untung karena dampak pandemi mereda.

Tahun lalu, China menyumbang sekitar 5% dari penjualan H&M dan merupakan salah satu pemasok terbesarnya. Penjualan H&M di China turun 23% dalam mata uang lokal untuk kuartal kedua tahun 2021, dibandingkan dengan waktu yang sama tahun lalu.

"Sehubungan dengan China, situasinya tetap kompleks. Di luar itu, kami merujuk pada apa yang telah kami katakan sebelumnya," kata Kepala Eksekutif Helena Helmersson ketika H&M menghitung untuk pertama kalinya dampak boikot tersebut, dikutip dari BBC International.

Penurunan juga terjadi terjadi ketika pengecer mode terbesar kedua di dunia melaporkan laba sebelum pajak US$ 420 juta yang lebih besar dari perkiraan untuk kuartal tersebut, setelah kerugian pada periode yang sama pada tahun 2020.

Tak hanya H&M, merek Nike dan lainnya juga menghadapi reaksi keras dari pembeli China setelah perusahaan tersebut menyatakan keprihatinannya tentang dugaan penggunaan tenaga kerja paksa Uighur dalam produksi kapas.

Setelah mendapatkan boikot pada Maret, H&M mengatakan bahwa pihaknya berdedikasi untuk mendapatkan kembali kepercayaan pelanggan dan mitra China dan bahwa komitmennya terhadap negara itu tetap kuat.

Pada Maret, sekelompok negara Barat memberlakukan sanksi terhadap pejabat di China atas pelanggaran hak terhadap Uighur. Sanksi tersebut diperkenalkan sebagai upaya terkoordinasi oleh Uni Eropa, Inggris, Amerika Serikat (AS) dan Kanada.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Nike sampai H&M Kena Amuk & Diboikot China, Ada Apa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular