
WHO Dihujani Kritik Tangani Covid-19, Layakkah Dapat Nobel?

Jakarta, CNBC Indonesia - Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO telah menghadapi berbagai kritik hingga pujian dalam satu tahun terakhir, sejak pertama kali wabah Covid-19 diumumkan sebagai pandemi.
Berikut adalah sebagian besar kritik dan pujian yang dihadapi badan kesehatan Perserikatan Bangsa-Bangsa sejak wabah Covid-19 pertama kali muncul di China pada Desember 2019.
1. Bertindak Terlalu Lambat
Sejak awal, WHO mendapatkan kritik bahwa mereka salah menangani krisis. Beberapa kritik diantaranya menyebutkan WHO terlalu lama mengenali virus tersebut mudah menular antar manusia.
Namun kebanyakan kritik justru tertuju pada keengganan WHO sejak awal untuk mengumumkan keadaan darurat kesehatan global, khususnya untuk menyebutkan kata "pandemi".
Pada 31 Desember 2019, WHO telah mengetahui tentang wabah pneumonia misterius di Wuhan dan telah menyampaikan berulang kali bersikeras akan segera bertindak. Tetapi baru pada tanggal 30 Januari 2020, kepala WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus menyatakan situasi tersebut sebagai Darurat Kesehatan Masyarakat yang Menjadi Perhatian Internasional - tingkat peringatan tertinggi di bawah aturan kesehatan internasional.
Para ahli WHO telah berkumpul seminggu sebelumnya, namun gagal menyepakati apakah label PHEIC dapat dijamin ketika, di luar China, terdapat kurang dari 100 kasus Covid-19 tanpa kematian.
Adapun, PHEIC secara teknis adalah tingkat kewaspadaan tertinggi. Banyak negara tidak langsung bertindak sampai Tedros akhirnya menggunakan kata "pandemi" pada 11 Maret. Kata, yang tidak ditampilkan dalam sistem peringatan kesehatan internasional resmi, tampaknya lebih tepat untuk menyampaikan urgensi dari situasi, yang membuat sebagian besar planet melakukan lockdown.
2. Berlutut Kepada China
Sejak awal, badan kesehatan PBB mendapat kritik telah memberikan pujian yang berlebihan atas respon Beijing terhadap krisis tersebut. Selain itu, juga dikecam karena membiarkan lebih dari satu tahun berlalu belum berhasil mengirim tim ahli internasional untuk menyelidiki asal-usul virus, dan diklaim mengizinkan China untuk menentukan parameter misi mereka.
Mantan presiden AS Donald Trump mengecam WHO sebagai "boneka" Beijing, yang dituduhkan oleh pemerintahannya dan yang lain dalam menutupi awal munculnya wabah dan membiarkan virus menyebar ke seluruh dunia.
Amerika Serikat - yang secara tradisional merupakan donor terbesar WHO - juga mulai menarik diri dari organisasi tersebut. Namun proses itu segera dibalik ketika penerus Trump, Joe Biden memasuki Gedung Putih pada Januari, dimana pemerintahannya juga telah menyatakan "keprihatinan mendalam" tentang temuan awal misi ahli WHO ke China.
3. Nasihat Yang Serampangan
Banyak kritik yang ditujukkan ke WHO berkisar pada rekomendasi yang tidak sesuai dan berubah-ubah, terutama tentang anjuran memakai masker agar terlindung dari penularan Covid-19.
Pada awal pandemi, ketika persediaan masker bedah sangat sedikit, badan PBB langsung menyerahkan stok yang ada kepada petugas kesehatan dan mereka yang merawat pasien Covid.
Kemudian juga berulang kali menyarankan bahwa masker yang dikenakan oleh masyarakat umum berisiko melakukan lebih banyak kerugian daripada kebaikan, karena mereka menjadi merasa khawatir dan kemungkinan besar menjadi lebih banyak menyentuh wajah mereka.
Pada 6 April 2020, WHO mengulangi bahwa penggunaan masker wajah secara umum tidak dibenarkan kecuali tindakan perlindungan lainnya seperti menjaga jarak. Baru pada tanggal 5 Juni, WHO merekomendasikan penggunaan masker di wilayah yang padat dan yang paling parah terkena Covid-19.
Selain itu, badan kesehatan global juga menghadapi kritik karena tidak memerintahkan penutupan perbatasan atau penghentian perjalanan udara internasional untuk mencegah penyebaran virus.