Penting Nih! Yang Sudah Divaksin Masih Bisa Tertular Corona

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
26 February 2021 07:10
Vaksinasi wartawan. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Vaksinasi wartawan. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Gerakan untuk melakukan vaksinasi kian gencar dilakukan di banyak negara. Sembilan vaksin dari berbagai perusahaan di dunia mulai disuntikkan untuk mencegah penularan corona lebih lanjut.

Namun, belum diketahui dengan pasti seberapa baik suntikan vaksin dapat mencegah orang dari infeksi tanpa gejala atau menularkan virus corona tersebut ke orang lain. Menurut laporan yang ditulis oleh Bloomberg, orang yang sudah divaksin Covid-19 sejauh ini tidak memiliki jaminan bahwa tidak akan secara diam-diam terinfeksi SARS-CoV-2 dan menularkannya dan masih berpotensi membuat orang tidak memiliki imunitas sakit. 

Menurut sebuah studi, mereka yang sudah divaksin dan kemudian terinfeksi, bertanggung jawab atas 24% penularan. "Semakin banyak SARS-CoV-2 bersirkulasi, semakin besar kesempatan virus untuk bermutasi dengan cara yang meningkatkan kemampuannya untuk menyebar, membuat sakit dan membunuh orang," tulis Washington Post mengutip laporan itu.

Karena SARS-CoV-2 menyebar melalui partikel pernapasan dari tenggorokan dan hidung orang yang terinfeksi, vaksin hanya mengurangi durasi infeksi, jumlah virus di saluran pernapasan (viral load), atau seberapa sering orang yang terinfeksi batuk mengurangi kemungkinan itu ditularkan ke orang lain. Selain itu, vaksin memang dirancang untuk membantu masalah yang lebih mendesak, yakni mencegah seseorang terpapar gejala parah dari penyakit Covid-19 dan ini dapat membantu sistem medis di dunia yang kewalahan akan pandemi.

Data awal dari Inggris, negara barat pertama yang menyuntikkan vaksin Covid-19 ke warga, inokulasi dari vaksin Pfizer Inc/BioNTech mengurangi risiko infeksi lebih dari 70% setelah satu dosis dan 85% setelah dosis kedua sebagaimana dipaparkan Public Health England.

Sebuah analisis di Israel, yang telah menginokulasi persentase populasinya yang lebih tinggi daripada negara lain, menunjukkan vaksin Pfizer-BioNTech mengurangi risiko infeksi hingga 89%. Meskipun beberapa ilmuwan mengatakan metodologi laporan tersebut mungkin 'melebih-lebihkan' efeknya.

Data lain dari Israel menunjukkan bahwa vaksin Pfizer-BioNTech dapat mengurangi penularan meskipun tidak melindungi dari infeksi. Setelah lebih dari 75% orang berusia 60 atau lebih telah menerima satu dosis vaksin dan hanya 25% dari mereka yang berusia antara 40 dan 60 tahun.

Bagi mereka yang dites positif SARS-CoV-2, ada perbedaan mencolok antara kedua kelompok usia tersebut dalam jumlah rata-rata virus yang ditemukan dalam tes usap. Para peneliti memperkirakan bahwa vaksinasi mengurangi viral load sebanyak 1,6 hingga 20 kali lipat pada individu yang terinfeksi meskipun telah disuntik.

Penelitian lain di Israel, mengikuti orang yang terinfeksi setelah inokulasi, menemukan vaksin mengurangi viral load mereka empat kali lipat.

Hingga kini, sebanyak sembilan vaksin sudah dapat digunakan. Vaksin Gamaleya dari Rusia efektif mencegah gejala Covid-19 hingga 92%, Sinovac (China) 50%, CanSino (China) 66%, Sinopharm (China) 79%, AstraZeneca (Inggris-Swedia) 70%, Novavax (Amerika Serikat) 89%, Moderna (Amerika Serikat) 95%, Pfizer-BioNTech (Amerika Serikat-Jerman) 95%, dan Johnson & Johnson (Amerika Serikat) 66%.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Gawat, Tolak Vaksinasi Corona? Siap-siap Dipecat Bos!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular