Pandemi, Permintaan Operasi Plastik di Korea Malah Melesat!

Linda Hasibuan, CNBC Indonesia
05 January 2021 17:05
A mannequin with the cervical spine immobilization device is displayed at China Medical Beauty and Plastic Surgery Equipment Exhibition in Shanghai, China, Wednesday, June 5, 2013. (AP Photo/Eugene Hoshiko)
Foto: AP/Eugene Hoshiko

Jakarta, CNBC Indonesia - Operasi plastik untuk mempercantik wajah dan anggota tubuh kini sudah menjadi tren tersendiri. Bahkan, di Korea Selatan tindakan operasi plastik semakin tinggi peminatnya meski di tengah pandemi Covid-19.

Kenapa demikian? Pasalnya, selama pandemi orang-orang diwajibkan bermasker, sehingga saat yang tepat untuk melakukan operasi plastik pada bagian yang tertutup masker.

Umumnya, mereka melakukan operasi pada bagian yang tertutup dari masker yakni hidung dan bibir.

Seperti dikutip dari Reuters, hal ini juga dilakukan oleh seorang mahasiswa bernama Ryu Han-na yang berusia 20 tahun. Ia menjalani operasi plastik untuk hidungnya pada pertengahan Desember lalu.

Adapun alasan Ryu melakukan operasi plastik saat Covid-19 begitu sederhana, yakni dia ingin melakukannya secara diam-diam sebelum orang-orang mulai melepas masker pada tahun ini saat vaksin didistribusikan.

Ryu, yang telah mengikuti kursus online sepanjang 2020 mengatakan bahwa kemampuan memulihkan diri di rumah dan mengenakan masker di depan umum tanpa menarik perhatian adalah faktor penentu.

"Saya selalu ingin melakukan operasi hidung. Saya pikir itu akan menjadi yang terbaik untuk mendapatkannya sekarang sebelum orang mulai melepas masker ketika vaksin tersedia pada tahun 2021," katanya sambil bersiap untuk prosedur operasi plastik seharga 4,4 juta won (Rp 56,4 juta)," kata dia, dikutip dari Reuters.

"Akan ada memar dan bengkak akibat operasi, tapi karena kita semua akan memakai masker, saya pikir itu bisa membantu," tambahnya.

Mengutip Reuters, sikap tersebut lah yang memicu permintaan untuk operasi plastik di Korea Selatan semakin meningkat pada 2020 lalu.

Seperti diketahui, negara ini telah menjadi pusat bedah kosmetik dunia, bahkan sebelum masa pandemi. Industri ini diperkirakan meraup sekitar US$ 10,7 miliar (Rp 148,6 triliun) pada 2020, naik 9,2% dibandingkan tahun sebelumnya dan diperkirakan akan naik lagi mencapai sekitar US$ 11,8 miliar (Rp 164 triliun) pada 2021 ini, menurut Gangnam Unni, platform bedah plastik online terbesar di Korea Selatan.

Ahli bedah mengatakan bahwa pasien tertarik pada semua bagian wajah yang dapat dengan mudah disembunyikan di balik masker, seperti hidung dan bibir, serta bagian yang tidak ditutupi oleh penutup wajah, yang beberapa menganggap kriteria kecantikan baru selama pandemi corona ini.

"Pertanyaan bedah dan non-bedah tentang mata, alis, batang hidung, dan dahi - satu-satunya bagian yang terlihat - pasti meningkat," kata Park Cheol-woo, seorang ahli bedah di Klinik Bedah Plastik WooAhIn, yang bertanggung jawab atas operasi Ryu.

Ahli bedah Shin Sang-ho, yang mengoperasikan Klinik Bedah Plastik Krismas di pusat distrik Gangnam, mengatakan banyak orang telah menghabiskan pembayaran stimulus darurat mereka dari pemerintah di rumah sakit dan klinik, meningkatkan pendapatan pada kuartal ketiga dan keempat 2020.

"Saya merasa ini semacam pembalasan dendam. Saya merasakan bahwa pelanggan mengekspresikan emosi terpendam mereka (dari virus corona) dengan melakukan prosedur kosmetik," kata Shin.

Data pemerintah menunjukkan bahwa dari 14,2 triliun won (Rp 182 triliun) bantuan tunai pemerintah, 10,6% digunakan di rumah sakit dan apotek, segmen terbesar ketiga menurut klasifikasi di belakang supermarket dan restoran, meskipun rincian jenis rumah sakit tidak diungkapkan.

Data Gangnam Unni menunjukkan bahwa penggunanya melonjak 63% dari tahun sebelumnya menjadi sekitar 2,6 juta pada 2020. Mereka meminta 1 juta sesi konseling, dua kali lipat jumlah dari tahun sebelumnya.

Pandemi membuat lebih sulit untuk mempromosikan layanan kepada klien asing, sehingga pada tahun lalu fokus pemasaran lebih ke warga lokal dan regional.

Tetapi gelombang ketiga virus corona di dalam negeri tetap menjadi perhatian karena negara itu melaporkan kasus harian yang memecahkan rekor.

"Kami telah melihat semakin banyak pembatalan dalam janji konsultasi baru-baru ini karena orang lebih banyak menahan diri untuk pergi keluar, terutama pelanggan dari pinggiran kota yang sebagian besar menunda operasi mereka hingga 2021," kata Park.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Daebak! Ini Dia Chaebol Kelas Kakap Korsel

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular