Populer Sejak Pandemi, 5 Tanaman Hias Harganya 'Gokil'

Yuni Astuti, CNBC Indonesia
21 November 2020 10:54
Flora dan Fauna Lapangan banteng
Foto: Chandra Gian Asmara

Jakarta, CNBC Indonesia - Koleksi tanaman hias tampaknya makin diminati saat pandemi Covid-19. Ada banyak jenis tanaman hias, mulai dari harga murah hingga yang menguras kantong.

Mengutip Hai Bunda, ada lima jenis tanaman hias dengan harga selangit dan banyak diburu masyarakat. Ada yang baru populer sejak pandemi, namun ada pula yang popularitasnya tidak lekang oleh waktu.


1.Anggrek Hitam Papua
Tanaman ini menjadi salah satu tanaman hias langka, bahkan terancam punah. Anggrek ini hidup di pedalaman hutan dan sulit dibudidayakan di luar habitat aslinya.

Bentuknya yang menarik dengan warna hitam legam dan putik merah cerah tentu membuat banyak kolektor tanaman ingin memilikinya. Tanaman ini pun tampak mencolok dibandingkan jenis tanaman anggrek lainnya.

Tak heran tanaman hias ini harganya selangit. Harganya bisa dibanderol hingga Rp 100 juta.

2.Monstera Obliqua
Yang satu ini menjadi banyak incaran kolektor atau disebut sebagai janda bolong.

Hanya saja, tanaman ini berbeda dengan janda bolong yang biasa ditemui. Tanaman hias monstera obliqua punya ciri khas seperti daun kering dan menggulung.
Bahkan, ada tanaman hias monstera obliqua yang dijual seharga Rp 30 juta per lembar daun. Sehingga total satu tanaman hias bisa mencapai ratusan juta.



3.Bonsai
Pesona bonsai mungkin bisa dibilang tak pernah padam. Tanaman hias ini juga dikenal memiliki harga yang relatif stabil.

Jenis dan bentuk bonsai juga sangat beragam. Untuk tanaman hias bonsai berukuran kecil, tapi biasanya harganya bisa mencapai sekitar Rp 3 juta.

Sementara itu, bonsai yang cukup mahal yakni jenis bonsai kihujan emas, yang dibanderol mulai dari Rp2 juta hingga Rp 4 juta. Untuk bonsai kimeng lebih mahal yakni yakni bisa mencapai Rp 50 juta.

4.Anthurium Veitchii
Tanaman hias Anthurium memang dikenal sebagai salah satu tanaman hias mahal. Salah satu jenis anthurium yang harganya selangit adalah anthurium veitchii.

Tanaman ini memiliki ciri daun berwarna hijau, dengan gelombang daunnya menjulur dan membentuk kerutan.

Di Indonesia, tanaman hias anthurium veitchii ukuran sedang dibanderol dengan harga sekitar Rp 5 juta. Sementara itu, untuk ukuran besar, harga tanaman hias ini bisa mencapai Rp15 juta.

5.Red Aglaonema
Atau dikenal dengan sri rejeki merupakan salah satu tanaman hias paling diminati dan banyak dimiliki masyarakat Indonesia. Seperti namanya, tanaman hias ini dianggap membawa keberuntungan dan mendatangkan rezeki.

Salah satu jenis tanaman hias sri rejeki yang paling dicari adalah red aglaonema, yang memiliki ciri khas daun berwarna merah. Bentuk tanaman hias yang cantik dan cerah ini membuat banyak orang meminatinya.

Tanaman hias yang satu ini dibandrol dengan harga mulai dari Rp 300 ribu hingga Rp1,5 juta di marketplace online.

Hal 2>>



Meski demikian, peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira menyebut bahwa fenomena ini sebagai gelembung ekonomi (bubble economy). Ia meminta masyarakat untuk menyikapi tren tanaman hias ini dengan bijak.

"Fenomena tanaman hias ini disebut sebagai gelembung ekonomi d imana harga suatu barang jauh dari nilai intrinsiknya," katanya menjawab CNBC Indonesia.

"Dalam sejarah bubble economy pertama kali dicatat pada tahun 1637 saat harga bunga Tulip dihargai 3.000 sampai 4.200 gulden di Eropa."

Dia menuturkan bahwa di Indonesia sendiri ini bukan hal baru. Tren sama terjadi berulang pada saat booming ikan louhan, daun anthurium sampai batu akik.

"Ini menunjukkan adanya gejala irasionalitas di pasar," ujarnya.

Sebagai contoh, jelasnya, dulu Anturium pernah dihargai setara mobil. Ternyata ada permainan antar pedagang tanaman hias atau kartel yang menggoreng harga sehingga bisa ratusan juta rupiah.

"Sekarang bisa terjadi lagi ketika tanaman hias seperti monstera atau janda bolong yang harganya selangit. Ini perlu diselidiki, siapa yang bermain dibelakang fenomena ini? yang jelas spekulan selalu menciptakan produk untuk dipermainkan," papar dia.

Hal senada juga dikatakan pengamat lainnya Mirah Midadan Fahmid. Ia menyebut bahwa meningkatnya bisnis ini lantaran permintaan yang meningkat disertai kelangkaan komoditas produk.

"Dalam melihat fenomena bisnis ini, kita bisa kembali lagi ke hukum permintaan. Di mana ketika permintaan meningkat, harganya pasti ikut naik," ujarnya."Apalagi di tambah dengan komoditas yang sedang digandrungi tersebut mengalami kelangkaan, harga belinya pasti meningkat drastis."

Dia menuturkan bahwa bisnis ini bisa tergolong menjadi "business monkey" yang berpotensi merugikan orang lain (konsumen). Meski begitu, ini menguntungkan bagi kelompok orang tertentu (penjual) karena tingginya harga yang ditetapkan.

Sementara itu, akan ada titik di mana tingginya harga beli tersebut tidak akan mendapatkan pembeli lagi. Sehingga akan merugikan penjual yang selama ini menahan atau kelompok orang yang melakukan investasi dengan cara menahan kuantitas komoditas tersebut dan menjual dengan harga tinggi.



(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bunda, 7 Tanaman Hias Ini Tahan Banting Kena Terik Matahari

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular