
Sadis! Kapal Pesiar Mewah Jadi Rongsokan, Besi Dipereteli

Jakarta, CNBC Indonesia - Di masa awal pandemi virus corona (Covid-19), terdapat banyak kapal pesiar tertambat di lepas pantai dan tidak dapat berlabuh. Peristiwa itu menjadi simbol awal penyebaran global virus corona.
Puluhan dan bahkan ratusan dari ribuan penumpang dan karyawan, harap-harap cemas menunggu untuk diizinkan turun dan pulang. Kala itu, wabah corona menyebar baik di atas kapal maupun di darat.
Bahkan pada April 2020 lalu, banyak staf yang terjebak di kapal karena perbatasan berbagai negara ditutup. Dari semua yang terkena dampak di sektor perjalanan, industri kapal pesiar mewah senilai US$ 150 miliar (Rp 2.108 triliun) mungkin menjadi yang sangat terpukul.
Dahulu, industri kapal pesiar dapat selamat dari wabah penyakit Legiuner, norovirus, SARS, dan MERS. Tetapi wabah Covid-19 mengancam untuk 'menenggelamkannya' selama berbulan-bulan.
Kapal-kapal kolosal yang lengkap dengan kolam renang, teater, dan restoran kelas atas, kini sedang dibongkar karena tidak lagi bisa berlayar. Besi-besinya dipreteli setidaknya terjadi di Turki, sebagaimana ditulis Reuters.
"Sebelum pandemi, pekarangan pembuat kapal Turki secara tradisional menangani pembongkaran dan daur ulang kapal kargo," kata Ketua Asosiasi Industrialis Daur Ulang Kapal Turki Kamil Onal dikutip Selasa (10/11/2020).
Tetapi pada bulan Juni semuanya berubah. Bukan kargo melainkan kapal pesiar.
Pekarangan di Aliaga dekat Izmir di pantai barat Turki telah melucuti lima kapal pesiar yang dinonaktifkan. Itu berasal dari sejumlah negara sepertiĀ Inggris, Italia, dan Amerika Serikat (AS).
Ini menjadi tanda betapa buruknya industri tersebut terkena dampak corona. Bahkan pada Juli 2020, operator kapal pesiar Carnival mengumumkan 13 kapal akan dikeluarkan dari armadanya.
Industri global terdiri dari lebih dari 50 jalur pelayaran dan lebih dari 270 kapal. Meskipun sektor ini cenderung didominasi segelintir pemain namun dampak pandemi tidak hanya mengancam masa depan pemilik dan operator kapal.
Banyak negara kecil, terutama pulau, mengandalkan pendapatan yang diperoleh dari para tamu kapal pesiar termasuk restoran, atraksi, dan tur.
Industri ini dikatakan menyumbang US$ 2 miliar ke Karibia setahun. Di St Kitts dan Nevis saja misalnya, total kontribusi ekonomi pariwisata kapal pesiar adalah US$ 149 juta pada tahun 2017-2018.
Ditulis World Economic Forum, krisis yang sedang berlangsung telah menyebabkan banyak penyeberangan atau pelayaran dibatalkan hingga 2021 mendatang. Meskipun beberapa kapal pesiar sungai sudah ada yang berlayar.
Jika industri ini dapat dimulai lagi nantinya, segala sesuatunya akan terlihat sangat berbeda. Salah satunya adalah keamanan saat berlayar seperti pelanggan harus tes virus corona, melakukan jarak sosial, dan membersihkan tangan setiap waktu.
(sef/sef) Next Article Ramai-ramai Ritel Fesyen Tutup Toko di 2020
