
Resesi Seks Melanda Korsel, Populasi Seoul Hilang 1,27 Juta

Jakarta, CNBC Indonesia - Populasi masyarakat Kota Seoul, Korea Selatan mengalami penurunan. Pertama kalinya dalam 35 tahun terakhir, tercatat penurunan populasi di bawah 9,7 juta penduduk pada September 2020.
Menurut data Kementerian Dalam Negeri dan Keselamatan, jumlah penduduk di Seoul mencapai 9,699 juta pada September lalu, turun sebanyak 9.015 (terdiri dari 5.415 pria dan 3.600 wanita) dari 9,708 juta pada Agustus 2020.
Populasi Seoul diperkirakan mencapai puncaknya pada 10.969 juta pada tahun 1992, yang menunjukkan bahwa Ibu Kota ini telah kehilangan 11,5% atau 1,27 juta penduduk dalam waktu kurang dari 30 tahun. Populasinya turun di bawah 10 juta tepat pada Mei 2016.
Setelah mencatat pertumbuhan positif di bulan Januari dan Februari 2020, penghitungan untuk penduduk yang terdaftar turun sebesar 3.307 (Maret), 6.868 (April), 2.291 (Mei), 3.650 (Juni), 5.417 (Juli), dan 7.182 (Agustus).
Di antara sembilan bulan pertama tahun 2020, angka untuk September menandai penurunan paling tajam.
Secara kumulatif, populasi kota menurun sebanyak 29.875 selama sembilan bulan pertama tahun 2020. Ini menunjukkan bahwa kota tersebut akan memimpin era penurunan populasi Korsel pada tahun-tahun mendatang.
Pindah ke Provinsi lain
Selain itu, pengurangan populasi selama dekade terakhir juga ditandai dengan perpindahan penduduk. Diketahui semakin banyak warga Seoul yang pindah ke Provinsi Gyeonggi setelah harga apartemen yang melonjak.
Gyeonggi masih menyerap penduduk dari ibu kota dengan populasinya mencapai angka tertinggi sepanjang masa sebesar 13,38 juta pada September.
Tetapi data demografi tahun 2020 menunjukkan bahwa penurunan populasi juga terlihat di banyak dari 17 kota dan provinsi besar negara itu, selain Seoul. Di antara delapan kota besar, tujuh diantaranya membukukan pertumbuhan negatif bulan lalu.
Daegu mengikuti Seoul dengan berkurang 1.379 penduduk, diikuti oleh Busan (1.323), Ulsan (942), Incheon (938), Daejeon (332), Gwangju (202). Hanya Sejong yang memiliki pertumbuhan positif sebesar 782.
Dari sembilan provinsi di Korsel, empat diantaranya; Gyeongsang Selatan, Gyeongsang Utara, Jeolla Selatan, dan Jeolla Utara mencatat penurunan populasi.
Di luar Provinsi Gyeonggi dan Sejong, 15 kota dan provinsi lainnya mengalami jumlah penduduk yang terhenti atau terus menurun selama beberapa tahun terakhir.
Populasi negara sendiri menurun 8.075 selama sembilan bulan pertama tahun ini. Setelah jatuh selama enam bulan berturut-turut antara Januari dan Juni (dikurangi 10.453 secara kolektif), angka penduduk naik tipis 2.378 antara Juli dan September.
"Angka-angka yang akan datang untuk tiga bulan yang tersisa akan menarik perhatian luas, apakah tahun 2020 akan menandai tahun pertama pertumbuhan demografis negatif di era modern," kata seorang pejabat pemerintah, dikutip dari The Korea Herald.
Adapun satu hal yang patut dicatat adalah bahwa Seoul melihat porsi rumah tangga untuk satu orang terus bertambah, meskipun populasinya menurun. Pada September, jumlah rumah tangga single-person mencapai 1,83 juta atau 41,7% dari total jumlah rumah tangga di Seoul.
Penurunan Populasi Pendudukan Akibat Resesi Seks
Penurunan populasi ini juga diakibatkan oleh resesi seks yang terjadi di Negeri Ginseng. Di Korsel ada persatuan wanita yang menolak sistem sosial patriarki. Mereka bersumpah untuk tidak menikah, hamil, punya anak atau bahkan berkencan dan berhubungan seks. Inilah yang membuat resesi seks mampir ke Korsel, sehingga menurunkan angka populasi di sana.
Kelompok feminis radikal nasional itu bernama Four No's, yang merupakan kepanjangan dari 'no dating, no sex, no marriage, and no child-rearing', yang artinya adalah tidak berkencan, tidak melakukan seks, tidak menikah, dan tidak mengasuh anak.
Menurut laporan sekitar satu dekade lalu, hampir 47% wanita Korea yang lajang dan belum menikah mengatakan bahwa mereka menganggap pernikahan itu perlu. Namun tahun 2019 lalu, jumlahnya turun menjadi 22,4%.
Sementara itu, jumlah pasangan yang menikah merosot menjadi 257.600 pasangan saja, turun dari angka 434.900 pernikahan pada tahun 1996.
Pemerintah memperkirakan populasi Korsel setidaknya akan turun menjadi 39 juta pada tahun 2067. Pada tahun itu, setengah dari populasi negara tersebut akan berusia 62 atau lebih.
Untuk mencegah bencana demografis ini, pemerintah Korsel sudah melakukan berbagai cara untuk mencegahnya. Di antaranya adalah menarik orang dewasa muda agar mau menikah dengan menawarkan tunjangan perumahan dan hipotek berbunga rendah bagi pengantin baru.
(roy/roy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bukan Cuma Resesi Ekonomi, Resesi Seks Hantui Bumi (AS)