Wih..Ada Covid, Kekayaan Miliuner Dunia Malah Tembus US$ 10 T

Jakarta, CNBC Indonesia - Virus corona selama ini jelas terlihat menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat, namun tidak demikian bagi segelintir orang. Adanya pandemi Covid-19 ternyata malah meningkatkan total kekayaan miliuner dunia ke level tertinggi yang pernah ada.
Sejak pandemi dimulai, total kekayaan yang dimiliki oleh miliuner di seluruh dunia telah tumbuh seperempat menjadi lebih dari US$ 10 triliun bila diakumulasikan.
Misalnya, kekayaan bersih Jeff Bezos melampaui angka US$ 200 miliar pada bulan Agustus, menurut studi yang dilakukan oleh bank terbesar Swiss UBS dan raksasa akuntansi PricewaterhouseCoopers (PwC) untuk laporan tahunannya tentang miliarder.
Laporan yang dirilis pada Rabu (07/10/2020) menunjukkan bahwa kekayaan kolektif miliuner telah tumbuh pada tingkat tercepat selama periode apa pun dalam dekade terakhir.
Antara April dan Juli, para miliuner meningkatkan kekayaan mereka sebesar 27% dari US$ 8 triliun pada awal April. Sebagian besar dinilai berkat adanya paket stimulus dari pemerintah.
"Kekayaan miliuner secara besar berkorelasi dengan pasar ekuitas. Mulai akhir Maret, paket pelonggaran fiskal dan kuantitatif pemerintah yang besar mendorong pemulihan di pasar keuangan," tulis laporan 'Riding the Storm' yang diterbitkan bersama oleh UBS dan PwC.
Lebih dari setengah dari total saham yang dimiliki oleh rumah tangga Amerika dipegang oleh 1% orang terkaya, menurut penelitian dari Goldman Sachs GS -0,4% pada bulan Februari. Ketika pasar naik, seperti yang telah mereka lakukan sejak Maret, maka mereka yang terkaya juga melihat keuntungan terbesar.
Sebuah celah dalam Undang-Undang pada Maret memungkinkan para jutawan mendapat keuntungan sekitar US$ 1,7 juta dari pemerintah. Sebanyak 133 perusahaan besar lainnya telah menerima US$ 5 miliar dari Departemen Keuangan.
Di Inggris, paket stimulus pemerintah senilai lebih dari £ 16 miliar (sekitar US$ 20,6 miliar) telah langsung masuk ke perusahaan milik miliuner, data pada bulan Juni mengungkapkan.
"Pandemi ini telah memperbesar setiap ketidaksetaraan yang ada di masyarakat kita," kata seorang miliarder, Melinda Gates, dalam meluncurkan laporan Gates Foundation Goalkeepers bulan lalu.
Tercatat, Miliarder Menyumbang Lebih Banyak
Selain mendongkrak kekayaan mereka, virus corona juga meningkatkan donasi para miliarder. Penelitian UBS dan PwC menemukan bahwa mereka memberi lebih banyak donasi daripada kapan pun sepanjang sejarah.
Lebih dari tiga perempat keluarga kaya lebih suka menyumbang secara diam-diam, menurut penelitian terpisah yang diterbitkan pada Selasa (06/10/2020).
"Preferensi mereka terhadap kebijaksanaan berarti bahwa sejauh mana kontribusi sosial mereka tidak selalu diakui," kata Guy Hudson, mitra dan kepala pemasaran di Stonehage Fleming, sebuah kantor multi-family yang menerbitkan laporan Four Pillars of Capital.
Ketika ditanya, "Apakah Anda mau menyumbang lebih banyak tahun ini, untuk Covid-19, daripada tahun-tahun sebelumnya?" Lantas lebih dari setengah responden studi Stonehage Fleming mengatakan "Tidak".
UBS dan PwC juga menemukan bahwa amal kemungkinan bersifat sementara. Ketika mereka bertanya kepada para miliarder tentang rencana mereka selama 12 bulan ke depan, filantropi berada di puncak dari beberapa agenda.
Sebaliknya, "perencanaan suksesi" adalah tanggapan paling populer saat para miliarder mempertimbangkan nasib mereka. Filantropi berada di tempat keenam, dengan hanya seperempat yang mengatakan mereka berencana untuk memberi lebih banyak selama 12 bulan ke depan.
Bahkan sumbangan Covid-19 senilai US$ 7,2 miliar yang UBS dan PwC berikan terkait 209 miliuner hanya mewakili 0,3% dari total kekayaan mereka yang diperoleh selama periode yang sama.
Statistik seperti ini hanya akan meningkatkan seruan bagi para miliuner untuk berbuat lebih banyak dengan uang mereka atau menekan pemerintah mempertimbangkan pajak kekayaan.
[Gambas:Video CNBC]
Memahami Cara Berpikir Miliuner, Jangan Cuma Mimpi Ya!
(wia)