Internasional

Waspada, Peneliti Sebut Covid-19 Bisa Menyebar di Pesawat

Lynda Hasibuan, CNBC Indonesia
21 September 2020 08:55
Hong Kong Terkena Corona. (AP Photo/Ng Han Guan)
Foto: Hong Kong Terkena Corona. (AP Photo/Ng Han Guan)


Jakarta, CNBC Indonesia - Selama ini industri penerbangan telah digembar-gemborkan sebagai aktivitas "berisiko rendah" selama pandemi virus corona (Covid-19). Namun siapa sangka, dua studi internasional terbaru menemukan kenyataan baru.

Covid-19 dapat ditularkan terutama pada penerbangan jarak jauh. Studi pertama datang dari Institut Nasional Higiene dan Epidemiologi (NIHE) Vietnam yang muncul di jurnal Emerging Infectious Diseases edisi November 2020.

"Meskipun industri penerbangan internasional menilai risiko penularan dalam penerbangan sangat rendah, penerbangan jarak jauh khususnya, telah menjadi masalah. Yang semakin mengkhawatirkan karena banyak negara mulai mencabut pembatasan penerbangan meskipun transmisi SARS-CoV-2 (corona) sedang berlangsung," tulis para peneliti dilansir dari Forbes, Senin (21/9/2020).

Para ilmuwan NIHE menyelidiki sekelompok kasus di antara penumpang dalam penerbangan komersial Vietnam Airlines selama 10 jam dari London ke Hanoi pada 2 Maret 2020. Para peneliti melacak 217 penumpang, anggota awak dan kontak dekat (siapa saja yang datang dalam jarak dua meter untuk lebih dari 15 menit).

Semua orang, termasuk kontak, diwawancarai, diuji, dan dikarantina selama dua minggu. Selama masa karantina, setiap orang diperiksa dua kali sehari untuk gejala dan demam dan diberikan tes PCR tiga kali pada hari pertama karantina, setelah 3-5 hari, dan pada hari ke-13.


Para peneliti mengidentifikasi ada 16 orang yang terinfeksi virus corona baru. Sekitar 12 dari mereka (75%) adalah penumpang yang duduk di kelas bisnis bersama dengan Kasus 1, satu-satunya orang yang bergejala di dalam penerbangan.

"Kedekatan tempat duduk sangat terkait dengan peningkatan risiko infeksi," tulisnya.

Empat orang yang terinfeksi lainnya termasuk saudara perempuan Kasus 1 adalah kontak pribadi yang berdekatan dengan penumpang yang terinfeksi antara kedatangan penerbangan dan periode karantina.

"Kami menyimpulkan bahwa risiko penularan SARS-CoV-2 di dalam pesawat selama penerbangan panjang adalah nyata dan berpotensi menyebabkan kelompok Covid-19 berukuran besar," tulis laporan lagi.

"Bahkan dalam pengaturan seperti kelas bisnis dengan pengaturan tempat duduk yang luas jauh di luar jarak yang ditentukan digunakan untuk menentukan kontak dekat di pesawat."


Studi kedua muncul dalam edisi Emerging Infectious Diseases yang sama dilakukan oleh para ilmuwan dari kelompok lembaga multinasional termasuk London School of Hygiene & Tropical Medicine, University of Hong Kong, dan lainnya.

Para peneliti menyelidiki empat penumpang dengan infeksi virus corona yang telah melakukan perjalanan dalam penerbangan 15 jam yang sama dari Boston ke Hong Kong pada 9 Maret 2020.

Kluster tersebut terdiri dari dua penumpang dan dua awak kabin. Semuanya di antaranya tidak menunjukkan gejala pada saat penerbangan tetapi kemudian dinyatakan positif Covid-19 dalam lima hingga 11 hari kemudian.

Pasien A dan B adalah pasangan suami istri yang sama-sama duduk di kursi dekat jendela kelas bisnis. Keduanya mengalami gejala beberapa hari setelah penerbangan dan dirawat di rumah sakit pada 14 Maret, di mana mereka dinyatakan positif.

Pasien C dan D merupakan pramugari pada penerbangan yang sama. Salah satunya pernah melayani pasien A dan B selama penerbangan.

Untuk membuktikan bahwa penularan terjadi di antara empat pasien, para peneliti mengurutkan virus mereka. Dari situ mereka menemukan genom virus yang hampir lengkap dari keempat pasien itu 100% identik.

"Mengingat riwayat kasus dan hasil urutan, urutan kejadian yang paling mungkin adalah bahwa satu atau kedua penumpang A dan B tertular corona di Amerika Utara dan menularkan virus ke pramugari C dan D selama penerbangan," tulis laporan.

"Satu-satunya lokasi di mana keempat orang berada dalam jarak dekat untuk waktu yang lama adalah di dalam pesawat."

"Hasil kami menunjukkan bahwa SARS-CoV-2 dapat ditularkan di pesawat. Untuk mencegah penularan virus selama perjalanan, tindakan pengendalian infeksi harus dilanjutkan."


Perlu dicatat bahwa tidak ada peran masker wajah di sini. Di bulan Maret, penumpang dari daerah yang terinfeksi Covid-19 menerima pemeriksaan suhu tubuh dan diminta untuk menyatakan sendiri gejala Covid-19 tetapi masker tidak wajib di pesawat atau di bandara.

Ada banyak bukti lain bahwa penerbangan dapat menyebarkan virus. Belum lama ini, Washington Post melaporkan bahwa Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) telah mengidentifikasi hampir 11.000 orang yang berpotensi terpapar virus corona dalam penerbangan.

Dan sejak 1 Maret, lebih dari 1.876 petugas Administrasi Keamanan Transportasi (TSA), sebagian besar dari mereka adalah petugas pemeriksaan pos pemeriksaan bandara, telah dinyatakan positif Covid-19. Saat ini ada 215 karyawan TSA dengan infeksi Covid-19 aktif, menurut catatan badan tersebut.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bayi Lahir saat Pandemi Berpotensi Miliki IQ Lebih Rendah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular