
Dear Crazy Rich, Sekarang Saat yang Tepat untuk Berbagi

Jakarta, CNBC Indonesia - Para orang super kaya atau crazy rich dunia sudah sejak lama diketahui memiliki nilai kekayaan gabungan yang sangat fantastis. Di mana jumlah kekayaan gabungan dari 15 kepala eksekutif (CEO) dengan bayaran tertinggi di sektor teknologi saja, adalah senilai lebih dari US$ 83 miliar atau sekitar RP 1.162 triliun.
Total itu lebih besar dari produk domestik bruto (PDB) salah satu dari ratusan negara dunia, menurut laporan The Guardian, Senin (10/8/2020).
Di saat pandemi virus corona (COVID-19) asal Wuhan, China melanda dunia, jumlah harta dari beberapa orang-orang super kaya justru terus meningkat. Misalnya saja harta dari Mark Zuckerberg, pendiri dan CEO Facebook.
Minggu lalu, kekayaan Zuckerberg melampaui US$ 100 miliar untuk pertama kalinya. Akibat itu ia kini masuk ke klub eksklusif sentibiliuner dunia. Kekayaan Zuckerberg bertambah setelah saham Facebook melonjak pasca perusahaan asal Amerika Serikat (AS) itu mengumumkan akan meluncurkan saingan untuk aplikasi berbagi video asal China, TikTok.
Sementara di sisi lain, pandemi COVID-19 justru menjadi musibah bagi orang-orang yang memiliki pendapatan rendah. Di mana akibat wabah itu jutaan orang menjadi pengangguran dan ekonomi mengalami kekacauan di mana-mana. Hal ini membuat kesenjangan di antara si kaya dan si miskin kian melebar.
Kesenjangan serupa bahkan sudah jelas terjadi di Inggris. Di mana data Bank of England menunjukkan bahwa sejak krisis virus corona hadir, penerapan penguncian (lockdown) dan jarak sosial telah membuat banyak orang menghemat uang - terutama pekerja yang lebih tua, berpendidikan tinggi, dan bergaji tinggi yang dapat bekerja dari rumah. Secara agregat, simpanan rumah tangga di rekening bank telah meningkat hampir £ 70 miliar sejak dimulainya pandemi, menurut lembaga itu.
Namun demikian, tabungan rumah tangga yang lebih miskin, terutama dengan orang dewasa yang kehilangan pekerjaan, justru tidak ada bertambah sama sekali. Selain itu, angka peningkatan kekayaan juga terus naik, mencapai rekor £ 14,6 triliun pada penghitungan resmi terbaru oleh Kantor Statistik Nasional.
"Tetapi jumlah itu sangat tidak merata, dengan 10% orang terkaya teratas mengendalikan hampir setengahnya. 30% termiskin memiliki sedikitnya 2% dari semua kekayaan." Jelas media tersebut.
Untuk mengurangi ketidaksetaraan itu dan juga meredam dampak pandemi pada mereka yang memiliki ekonomi lemah, ekonom Stephen Machin dan Lee Elliot Major di London School of Economics telah mengajukan rencana pembayaran satu kali pajak kekayaan progresif atas kekayaan bersih 1% orang terkaya di Inggris.
Menurut mereka langkah itu akan bisa membantu memperbaiki keuangan pemerintah yang dilanda resesi, sambil mendorong pertumbuhan inklusif untuk masa depan, seperti yang terjadi di Jerman setelah perang dunia kedua.
"Pajak kekayaan seperti itu akan cukup untuk membayar semua hutang pemerintah tambahan yang ditimbulkan oleh pandemi setelah 10 tahun. Namun, kegagalan untuk mengambil tindakan akan memastikan bahwa krisis virus corona mengantarkan era kegelapan untuk mobilitas sosial." jelas para ekonom dalam laporan mereka yang diterbitkan musim panas ini.
(res/res)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Melihat Sensasi Makan Steak Emas Seharga Puluhan Juta
