
'Broken Heart Syndrome' Merajalela karena Pandemi Corona

Jakarta, CNBC Indonesia - Sebuah studi baru yang dirilis oleh Journal of American Medical Association. Studi ini mengatakan bahwa makin banyak orang terkena 'broken heart syndrome' selama pandemi corona terjadi.
Yang dimaksud bukan patah hati dalam bercinta. Tapi penyakit kardiomiopati takotsuno atau kardiopati stres alias kelainan pada otot jantung.
Penyakit ini muncul seiring stres emosional yang melanda seseorang. Apalagi karena tekanan hidup yang dirasakan semenjak adanya pandemi corona yang membatasi gerak dan merusak perekonomian.
Di mana dari 1.914 pasien di Klinik Cleveland Ohio AS, ada sekitar 250 di antaranya menunjukkan gejala sindrom koroner akut yang ternyata kardiomiopati stres. Studi ini juga menemukan jumlah penderita meningkat sebesar 7,8% selama puncak pandemi kemarin di Maret-April.
"Hubungan antara kardiomiopati stres dengan peningkatan tingkat stres dan kecemasan telah lama terjalin. Tekanan psikologis, sosial dan ekonomi yang menyertai pandemi ... adalah faktor yang lebih mungkin terkait dengan peningkatan kasus kardiomiopati stres," tulis laporan itu dikutip dari New York Post.
Meski demikian, para peneliti mengatakan penelitian ini masih memiliki beberapa keterbatasan. Termasuk soal minimnya sampel.
"Hasilnya harus ditafsirkan dengan hati-hati ketika diterapkan ke negara bagian atau negara lain. Penelitian lebih lanjut harus dilakukan."
Sejak pandemi dimulai, pejabat kesehatan telah memperingatkan tentang dampak virus corona pada kesehatan mental. Menurut Pusat Statistik Kesehatan Nasional dan Survei Rumah Tangga Biro Sensus AS, diperkirakan 23,5% orang Amerika melaporkan merasakan gejala gangguan depresi antara 23 April dan 5 Mei atau naik 25,1% antara 11 Juni dan 16 Juni.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Inilah 5 Gejala Awal Penularan Covid-19 yang Jarang Terjadi
