
Negara Asia Ini Menang dari Corona, Apa Rahasianya?

Jakarta, CNBC Indonesia - Jumlah kasus baru virus corona (COVID-19) terus bertambah setiap harinya. Per Selasa (19/5/2020), angka kasus corona global sudah mendekati 4,9 juta kasus dan tersebar di 213 negara dan teritori di seluruh dunia dan 2 alat angkut internasional.
Namun demikian, pertumbuhan kasus tidak terjadi di semua negara. Beberapa negara, seperti di Asia, ada yang tidak melaporkan kasus baru sama sekali, bahkan dalam waktu yang lama. Negara-negara itu juga terbilang cukup sukses menangani wabah, di mana angka kasus infeksi total mereka cukup rendah.
Beberapa negara yang sukses menangani wabah asal Wuhan, China itu di antaranya yaitu Taiwan, Hong Kong daerah khusus China, dan Vietnam. Lalu, apa sebenarnya rahasia negara-negara ini sehingga mampu mengendalikan wabah?
Menurut para ahli, alasan keberhasilan itu karena pemerintah mereka umumnya cepat untuk memberlakukan tindakan pencegah dan juga karena mereka telah belajar dari pengalaman sebelumnya saat menangani wabah SARS yang merebak pada 2002-2003.
Sindrom pernafasan akut parah (SARS) adalah penyakit menular mirip COVID-19 yang juga pertama kali muncul di China pada tahun 2002. Penyakit ini kemudian menyebar ke hampir 30 negara dan wilayah, sebagian besar di Asia, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Selain upaya-upaya di atas, berikut rahasia sukses lainnya yang dilakukan negara-negara itu untuk menekan wabah COVID-19.
Taiwan
Jumlah populasi: sekitar 24 juta jiwa
Kasus COVID-19: 440 kasus yang dikonfirmasi, 398 sembuh dan tujuh meninggal
Taiwan yang merupakan sebuah pulau yang terletak dekat dengan daratan China, menjadi salah satu negara yang berhasil menghindari wabah besar COVID-19.
Menurut CNBC International, salah satu cara sukses Taiwan untuk menekan wabah COVID-19 di dalam negeri adalah dengan memanfaatkan penggunaan big data dan teknologi, sebagaimana dijelaskan dalam sebuah laporan yang dimuat dalam Journal of American Medical Association pada Maret lalu.
![]() taipe (Taipe) |
Negara yang diklaim China sebagai provinsinya itu menggunakan teknologi dalam berbagai hal, seperti mengintegrasikan asuransi kesehatan nasional dan database imigrasi dan bea cukai. Langkah ini memungkinkan pihak berwenang untuk mengidentifikasi kasus-kasus potensial berdasarkan riwayat perjalanan dan gejala klinis mereka.
Taiwan juga mengharuskan para pelancong yang datang untuk mengisi formulir pernyataan kesehatan online sebelum keberangkatan atau pada saat kedatangan mereka, sehingga mereka dapat dipisahkan berdasarkan risiko infeksi di imigrasi.
Pemerintah juga telah menutup perbatasan, melarang ekspor masker dan meningkatkan produksi masker di dalam negeri sebagai bentuk antisipasi. Pihak berwenang mengeluarkan imbauan untuk menggunakan masker untuk mengurangi penularan beberapa bulan sebelum negara lain dan WHO menganjurkan hal yang sama.
Akibat langkah-langkah itu, Taiwan bisa terhindar dari mengunci (lockdown) ekonominya, sehingga bisnis sebagian besar masih bisa beroperasi seperti biasa.
Jumlah populasi: sekitar 7,5 juta jiwa
Kasus COVID-19: 1.056 kasus yang dikonfirmasi, 1.025 sembuh dan empat meninggal
Pemerintah Hong Kong relatif cepat dalam memperketat kontrol perbatasan, menerapkan karantina yang ketat, dan memperkenalkan langkah-langkah sosial yang luas seperti menutup kantor pemerintah, menutup sekolah dan membatalkan acara skala besar.
Tindakan-tindakan itu diperketat ketika kota itu mengalami lonjakan kasus pada bulan Maret. Pihak berwenang pusat keuangan Asia itu juga memperluas kapasitas pengujian sembari menutup tempat-tempat umum seperti pusat kebugaran dan restoran. Pemerintah juga mengeluarkan imbauan untuk tinggal di rumah bagi warganya.
Hong Kong memiliki salah satu tingkat pengujian tertinggi di Asia. Kota ini diperkirakan telah melakukan 168.291 tes atau sekitar 22.448 tes per 1 juta orang, menurut Worldometers.
Namun, beberapa ahli berpendapat bahwa keberhasilan Hong Kong tidak lepas dari peran warganya yang patuh. Warga Hong Kong telah rela melakukan pencegahan, seperti mengenakan masker, jauh sebelum pemerintah mengeluarkan anjuran resmi untuk melakukannya.
"Para peneliti yang mempelajari pendekatan Hong Kong telah menemukan bahwa tindakan pengawasan yang cepat, karantina dan sosial, seperti penggunaan masker dan penutupan sekolah, membantu mengurangi transmisi virus corona," menurut sebuah artikel yang diterbitkan dalam jurnal ilmiah Nature.
Awal bulan ini, kota ini telah mulai membuka kembali sekolah dan tempat-tempat umum lain seperti pusat kebugaran, bioskop, dan bar serta pub. Pemerintah juga telah mengurangi batas pertemuan publik yang sebelumnya hanya diperbolehkan empat orang, menjadi delapan orang.
Vietnam
Jumlah populasi: lebih dari 97 juta jiwa
Kasus COVID-19: 324 kasus yang dikonfirmasi, 263 sembuh dan tidak ada kematian
Sebagai negara yang memiliki perbatasan langsung dengan China, keberhasilan Vietnam dalam membendung wabah patut diacungi jempol, kata para ahli.
Vietnam termasuk negara yang paling awal memperketat kontrol perbatasan, yaitu melakukannya pada Januari. Pemerintah juga memberlakukan karantina skala besar, serta menutup sekolah dan sebagian bisnis seperti pusat kebugaran dan restoran sejak dini.
Para ahli juga mengatakan bahwa Vietnam merupakan negara dengan pengawasan menyeluruh yang juga menerapkan budaya informan. Hal itu memungkinkan pihak berwenang untuk secara efektif memantau, mengidentifikasi dan mengisolasi kasus-kasus potensial tanpa harus menghabiskan sumber dayanya yang terbatas untuk program pengujian massal seperti yang dilakukan Korea Selatan maupun Singapura.
Meskipun jumlah infeksi yang rendah, pemerintah Vietnam telah memerintahkan penguncian (lockdown) sebagian negara pada 1 April. Aturan itu mengharuskan orang untuk tinggal di dalam rumah, menangguhkan transportasi umum dan pertemuan terbatas. Semua upaya ini memungkinkan Vietnam menjadi negara Asia Tenggara pertama yang bisa melonggarkan pembatasan. Vietnam telah melonggarkan pembatasan mulai akhir bulan lalu.
(sef/sef) Next Article Percaya atau Tidak, Negara-negara Ini Klaim Bebas COVID-19