Drama 3 Grup Konglomerat Korea: Samsung, Lotte, & Korean Air

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
21 January 2020 12:48
Drama 3 Grup Konglomerat Korea: Samsung, Lotte, & Korean Air
Foto: Infografis/Daftar Konglomerat se-Korea Selatan/Edward Ricardo
Jakarta, CNBC Indonesia - Tidak sedikit tayangan drama Korea Selatan yang mengisahkan kehidupan keluarga besar konglomerat, atau biasa disebut dengan istilah chaebol. Banyak yang berfikir jika kisah-kisah tersebut fiktif, nyatanya tidak. Beberapa kisah mengenai chaebol dalam drama benar terjadi di dunia nyata. Berikut deretan kisah-kisah skandal chaebol Korea Selatan.

Chaebol Samsung
Putra pertama pendiri Samsung, Lee Jae-Yong atau Jay Y. Lee, dijatuhi hukuman lima tahun penjara pada 2017 lalu. Hukuman tersebut dianggap sebagai salah satu hukuman paling keras yang diberikan kepada eksekutif chaebol Korea Selatan.

Wakil ketua Samsung Group itu melakukan tindakan suap guna mendapatkan kontrol yang lebih besar terhadap kerajaan Samsung yang didirikan oleh orang tuanya. Namun Lee membantah tuduhan itu. Meskipun dia ditangkap, hukuman penjara 5 tahun ditangguhkan dan ia dibebaskan.

Jaksa berpendapat bahwa Lee menyuap melalui sumbangan mendekati US$ 40 juta untuk yayasan nirlaba yang dioperasikan oleh Choi Soon-Sil, seorang teman dari mantan Presiden Park Geun-Hye.

Drama 3 Grup Konglomerat Korea: Samsung, Lotte, & Korean Air Foto: Lee Jae-yong, pewaris Samsung Group (dok.Reuters)


[Gambas:Video CNBC]




Lee memanfaatkan Choi. Hal ini ia lakukan demi menjadi penerus dari Grup Samsung. Meskipun Lee mengaku telah memberi anak tunggal perempuan Choi, Chung Yoo-Ra seekor kuda seharga US$ 900.000 serta mendanai karir berkudanya, ia membantah hal itu dilakukan dalam mencari bantuan.

Chung Yoo-Ra disponsori oleh Samsung dan diterima di universitas top di Korea Selatan. Namun, Chung tidak pernah menghadiri kelas meskipun menerima nilai tertinggi. Bahkan ia mengklaim bahwa dia sendiri tidak tahu jurusan yang diambilnya.

Kementerian Pendidikan kemudian menemukan bahwa proses penerimaan Chung dimanipulasi. Kemarahan publik terjadi ketika Chung memposting, "Salahkan orang tuamu sendiri karena tidak memiliki apa yang diperlukan. Jangan meminta orang tua kaya untuk melakukan ini dan itu untuk Anda. Uang juga merupakan bentuk daya saing."

Ada juga kasus kematian adik bungsu Lee, Lee Yoon-Hyung yang bunuh diri pada 2005 di apartemen di New York City. Media Amerika dan Korea Selatan telah mengumumkan kematiannya sebagai akibat dari kecelakaan mobil tetapi The Korea Times mengungkapkan sebaliknya.

Adapun penyebab kematiannya yang sebenarnya telah dikonfirmasi dan diyakini telah dipalsukan karena persepsi jelek terhadap kasus bunuh diri. Namun pihak Samsung membantah tuduhan tersebut.



Yoon-Hyung dianggap sebagai salah satu dari lima wanita terkaya di Korea Selatan bersama ibu dan saudara perempuannya saat itu. Tidak seperti saudara-saudaranya yang lain, Yoon-Hyung mengumpulkan banyak popularitas lewat situs blogging kehidupan pribadinya yang boros yang dia beri judul, Pretty Yoon-Hyung.

Namun, karena Yoon-Hyung tidak menikah, menurut kebiasaan Korea, tak satu pun dari orang tuanya menghadiri pemakamannya saat itu.




Chaebol Korean Air

Perusahaan penerbangan Korean Air juga memiliki kasus. Salah satunya disebut "Nutgate", yakni skandal yang melibatkan putri ketua dan CEO Korean Air, Cho Yang-Ho (Grup Hanjin), Heather Cho yang saat itu menjabat sebagai Wakil Presiden Korean Air.

Kasus "Nutgate" terjadi saat seorang pramugari menyajikan Heather Cho kacang macadamia dalam kemasannya, bukan di atas piring porselen. Cho kemudian memanggil kepala kabin, Park Chang-Jin, dan memerintahkannya untuk berlutut di hadapannya dan memohon pengampunan kepadanya.

Park dipecat, dan Cho kemudian memerintahkan Park untuk dikeluarkan dari pesawat. Pesawat terpaksa kembali ke gerbang bandar udara internasional John F. Kennedy (JFK), New York. Tentu hal ini menyebabkan penundaan, dan termasuk aktivitas ilegal serta melanggar hukum penerbangan.

Pramugari diberhentikan dari posisinya dan maskapai telah menekan Park untuk memberi tahu pihak berwenang bahwa ia telah secara sukarela mengundurkan diri. Setelah peristiwa itu, dibentuk tim investigasi independen melibatkan mantan karyawan Korean Air.


Drama 3 Grup Konglomerat Korea: Samsung, Lotte, & Korean Air Foto: Infografis/Daftar Konglomerat se-Korea Selatan/Edward Ricardo



Park yang awalnya setuju untuk menahan diri dengan tidak membuat pernyataan atas kasus itu, mulai berubah pikiran ketika Cho menyebarkan desas-desus fitnah tentang hubungan seksual antara dia dan seorang pramugari. Park kemudian mengajukan keluhan resmi.


Ketika kasus "nutgate" dipublikasikan, terungkap bahwa ini bukan pertama kali Cho semena-mena dengan karyawannya. Nyatanya insiden sebelumnya ia tutupi dengan baik, sehingga Cho masih bisa membantah.



Sayangnya, seorang penumpang kelas satu membenarkan kejadian itu dan memberikan kesaksian saksi yang menambahkan bahwa Cho telah melemparkan kacang dan secara fisik menyerang para karyawannya.


Kemarahan publik membuat Cho mengumumkan bahwa dia akan mengundurkan diri dari semua jabatannya tetapi nyatanya itu hanya sandiwara, sebab Cho menjalani hukuman 5 tahun penjara hanya dalam satu tahun.

Setelah kasus "nutgate", muncul kasus "water-rage" yang melibatkan Emily Cho, adik Heather Cho. Emily diduga telah menghina seorang eksekutif periklanan selama pertemuan bisnis dan menyiramkan air ke wajah eksekutif tersebut. Tentu Emily membantah kasus ini.


Serikat buruh menuntut Emily mundur dari Korean Air, namun ia malah ditangguhkan dan semua tuduhan terhadapnya dibatalkan. Emily kemudian mengeluarkan permintaan maaf resmi setelah The Korea Times menyatakan bahwa dia menghabiskan waktunya di luar negeri untuk berlibur.


Sebelumnya Emily juga menjadi headline berita utama karena menyerang senior berusia 77 tahun setelah dia memarahinya karena mengemudi sembarangan.


Chaebol Lotte Group
Belum lama, pendiri raksasa ritel asal Korea Selatan (Korsel) Lotte Group, Shin Kyuk-Ho tutup usia dalam usia 98 tahun pada Minggu (19/1/2020) waktu setempat. Sayangnya, bisnis Lotte berkembang bukan tanpa masalah. Di tahun-tahun terakhir hidupnya, masalah keluarga justru membuat bisnisnya terguncang bak drama Korea.

Pada 2011, Kyuk-Ho secara resmi menyerahkan operasi sehari-hari Grup Lotte kepada putra keduanya, Shin Dong-Bin. Namun 4 tahun kemudian, Kyuk-Ho dan putra sulungnya, Shin Dong-Joo memimpin kudeta ruang dewan yang gagal melawan Shin Dong-Bin.

Anak ketiganya, Dong-Bin sebenarnya mengambil alih perusahaan. Namun ia dan Kyuk-Ho didakwa menyebabkan kerugian hingga US$ 72 juta (Rp 982,8 miliar). Kerugian itu diakibatkan mereka menyewakan Lotte Cinema di bawah standar dengan diskon.

Kasus ini pun melibatkan wanita simpanan Kyuk-Ho. Di tahun 2017, Kyuk-Ho juga tersandung kasus penggelapan yang menyebabkannya dihukum empat tahun penjara. Namun karena masalah kesehatan, ia tidak jadi dipenjara.

Kemudian dikabarkan kedua putranya berebut kendali perusahaan pada tahun 2015. Mereka saling tuduh soal miss-management dan manipulasi yang melibatkan Kyuk-Ho.

Drama di Lotte makin meningkat ketika, pada tahun 2016, jaksa Korea Selatan memulai penyelidikan yang mengarah pada dakwaan anggota keluarga Shin. Putri pertama sang pendiri ditangkap atas tuduhan penggelapan.


Shin Dong-Bin kemudian dipenjara karena kasus suap terkait skandal yang mengakibatkan keberangkatan dari kantor mantan Presiden Park Geun-Hye. Dong-Bin yang waktu itu menjadi ketua miliarder konglomerat Lotte Group, dijatuhi hukuman dua setengah tahun penjara setelah ia dinyatakan bersalah atas penyuapan pada 2018 lalu.


Persidangan Dong-Bin mengikuti skandal pengaruh besar-besaran yang mencengkeram negara dan menjatuhkan pemerintah mantan Presiden Park Geun-Hye.


Dong-Bin dinyatakan bersalah menyuap orang kepercayaan Park Geun-Hye. Jaksa penuntut mengatakan Lotte menyumbangkan 7 miliar won (US$ 6,4 juta) kepada sebuah yayasan yang terkait dengan teman Park dan menerima lisensi pemerintah untuk bisnis bebas bea sebagai imbalannya.


Sekarang dia menjadi contoh terbaru dari ikatan nyaman antara bisnis Korea Selatan dan elit politik. Skandal yang melibatkan mantan presiden dan perusahaan terbesar negara itu membawa ratusan ribu pengunjuk rasa turun ke jalan pada akhir 2016 silam.


Selanjutnya ada kisah istri ketiga Kyuk-Ho, Seo Mi-Kyung yang juga ikut dalam perebutan kekuasaan keluarga pemilik grup Lotte. Mi-Kyung menikah dengan Kyuk-Ho dan memiliki seorang putri bernama Shin Yu-Mi dari pernikahan tersebut.


Sejak itu dia mendapatkan banyak kekayaan, termasuk saham besar di Lotte Holdings yang jadi salah satu kunci utama dalam struktur kepemilikan saham grup. Bersama dengan putrinya, Mi-Kyung memiliki saham terbesar di Lotte Holdings, dan juga kontrol antaranya adalah Ketua Grup Lotte Dong-Bin dan perseteruan kakaknya Dong-Joo yang sempat dipublikasikan.


Mi-Kyung dan putrinya memiliki 6,8 persen saham lama di Lotte Holdings, jauh lebih tinggi dari Kyuk-Ho dan kedua putranya. Kyuk-Ho memegang 0,4 persen, sementara Dong-Joo dan Dong-Bin masing-masing memiliki 1,6 persen dan 1,4 persen saham.


Saham Lotte Holdings milik Mi-Kyung diperkirakan telah ditransfer dari Kyuk-Ho, yang dituduh menghindari sekitar 30 miliar won dalam bentuk pajak. Mi-Kyung juga dituduh menghasilkan keuntungan 77 miliar won dari operasi ilegal toko permen di bioskop Lotte sebelumnya.


Secara luas, gejolak Lotte memicu konflik. Selama puluhan tahun, para aktivis mengkritik dinasti chaebol satu ini yang menggunakan terlalu banyak kekuasaan. Mereka juga dikritik karena menjalankan kerajaan mereka secara buram, dan sering berbenturan dengan kepentingan pemegang saham minoritas.




Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular