Resesi Seks: Manusia Diproyeksi Kawin dengan Robot di 2045

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
25 December 2019 14:52
Resesi seks bikin pusing  negara maju, ilmuwan memproyeksi manusia lebih pilih kawin dengan robot di 2045
Foto: Hatsune Miku, a hologram. (REUTERS/Toru Hanai)
Jakarta, CNBC Indonesia- Istilah resesi seks tengah jadi perbincangan hangat di dunia dan tentunya oleh para ilmuwan. Pemerintah beberapa negara maju tengah pusing karena warga negaranya enggan menikah dan memproduksi keturunan.

Salah satunya adalah negara Jepang yang memiliki angka hubungan seksual dan kelahiran anak terendah di dunia. Negeri Matahari Terbit itu dilaporkan 'memimpin' tren yang mengkhawatirkan ini menurut CBS News.

Salah satu yang disalahkan adalah jam kerja yang sangat panjang dan penggunaan robot. Dengan perbandingan 300 buah robot untuk setiap 10.000 orang, tentu orang Jepang semakin nyaman bekerja bersama robot dibandingkan manusia.

Masalahnya, ada kekhawatiran baru. Robot yang semula jadi teman bekerja, bisa jadi teman hidup di masa depan.



Mengutip Sputnik News, kini di Jepang tengah populer penggunaan robot dan asisten digital untuk keperluan pribadi. Baik berupa robot seks, karakter hologram, sampai asisten rumah tangga digital.

Karakter holografis yang paling banyak disukai hingga saat ini adalah Azuma Hikary dari Gatebox.

Azuma Hikary layaknya asisten digital yang sangat populer seperti Alexa Amazon yang memenuhi fungsi 'rumah pintar', dan bahkan mengirim pesan teks kepada pemilik saat merasa kesepian.

Dengan biaya 2.000 poundsterling, Azuma Hikary dapat mencakup akses ke berita dan berita cuaca, serta kontrol yang efektif atas pemanasan dan penerangan rumah. Sementara Gatebox Fairy sendiri secara luas dianggap memenuhi syarat untuk melayani penggunanya sebagai teman wanita.

Bahkan salah satu warga Tokyo, Akihiko Kondo (35) memilih menikahi hologram idolanya yang disebut Hatsune Miku.



Di Amerika Serikat, tren juga telah ada selama beberapa waktu. Menurut laporan CNBC Internasional, ancaman nyata terhadap ekonomi AS bisa diakibatkan karena semakin sedikit orang Amerika yang bercinta.

Peneliti dari Tokyo University, Peter Ueda, meyakini makin sedikitnya orang bercinta ini juga tak lepas dari status pekerjaan mereka. Dengan kondisi ekonomi yang tengah menantang ini, mereka yang cuma punya pekerjaan sambilan atau bahkan pengangguran lebih tipis kemungkinannya untuk mendapat pasangan untuk berhubungan seksual.

"Dibandingkan dengan orang yang punya pekerjaan tetap, mereka yang hanya kerja paruh waktu atau temporer 4 kali lebih rendah kesempatannya untuk berhubungan seksual dengan lawan jenis di kelompok umur 25 sampai 39 tahun," jelasnya kepada CBS News.

Pengangguran bisa lebih parah, kesempatannya 8 kali lebih tipis dibanding mereka yang bekerja.

Teknologi yang jadi sumber masalah sekaligus bisa jadi sumber solusi atasi resesi seks ini. Kehadiran aplikasi kencan online, seperti Tinder, diharapkan bisa menjadi penangkal agar resesi seks tak bertahan lama. Ini setidaknya yang sedang diteliti oleh Eleanor Hancock, pakar dan peneliti teknologi dan seksualitas.

Tapi penelitian ini agak berbeda dengan proyeksi Dr David Lavy, maraknya teknologi malah bisa jadi membuat manusia melihat seks sebagai kebutuhan tanpa adanya ikatan emosional. Sehingga diperkirakan manusia akan enggan menjalin hubungan dengan sesamanya, apalagi jika kebutuhan seksual mereka bisa dipenuhi oleh robot atau teknologi.

Menurut David, bisa jadi di masa depan manusia akan mempertimbangkan mitra hidup bukan dari golongannya (karena enggan memiliki konflik emosional). "Pernikahan perdana ini bisa terjadi sebelum, bukan sesudah 2050," katanya.

Hal serupa juga disampaikan oleh Jenna Owsianik dan Ross Dawson dalam laporan ilmiah mereka "Future of Sex". Laporan itu memprediksi bahwa setidaknya akan ada 10 pemuda yang berhubungan seks dengan robot humanaid di 2045.

[Gambas:Video CNBC]


(gus/gus) Next Article Resesi Seks Melanda Dunia, Penduduk Negara Maju Ogah Kawin!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular