Ini Alasan di Balik Sepinya 5 Mal Legendaris di Jakarta
Lynda Hasibuan, CNBC Indonesia
03 March 2019 09:21

Jakarta, CNBC Indonesia- Beberapa pusat perbelanjaan di Jakarta mengalami sepi pengunjung. Kondisi ini tentunya menghambat bisnis dan omzet para tenant.
Mal seperti Plaza Semanggi, Blok M Plaza, Pasaraya, hampir satu dekade lalu merupakan tempat nongkrong favorit anak muda. Tapi kini, pengunjungnya anjlok bahkan hampir sulit ditemui.
Anton Sitorus, Director, Head of Research & Consultancy Savills pun mengungkap alasan sepinya pusat perbelanjaan tersebut dikarenakan berbagai faktor yang terakumulasi.
Di antaranya adalah jumlah mal yang semakin banyak di Jakarta, dan juga perubahan gaya hidup masyarakat kota besar. "Akumulasi faktor tadi dari daya beli, spending money yang dibatasi. Bahkan banyaknya mal kini juga menjadi alasan lain," ujar Anton kepada CNBC Indonesia, Jumat, (22/2/2019).
Dia menuturkan bahwa saat ini banyak orang mulai membagi pengeluarannya untuk hal lain selain belanja, seperti untuk liburan dan kebutuhan hobi.
"Sekarang masyarakat cenderung ingin praktis dan lebih gemar menyisihkan uang mereka untuk kesehatan atau menghibur diri dengan olahraga atau liburan sebagai rutininas," kata dia.
Sementara itu maraknya toko online juga disinyalir membuat pergeseran dalam budaya berbelanja masyarakat Indonesia. Banyak pula ritel yang kurang mengantisipasi perkembangan zaman yang sedang tren seperti kurangnya inovasi, harga tidak bersahabat sehingga berdampak pada sepinya berbagai pusat perbelanjaan.
"Jadi banyak, di sisi lain misalnya retailernya kurang bisa mengantisipasi zaman, kurang inovasi, harga tidak sesuai dengan pangsa konsumen. Ini juga mungkin berpengaruh, karena preferensi mereka berbeda golongan dari milenial hingga generasi tua," ujarnya.
Saksikan video soal penyusutan pengunjung mal di Jakarta tahun lalu
[Gambas:Video CNBC]
(gus) Next Article Empat Tahun Terakhir, Tingkat Hunian Mal Merosot 14%
Mal seperti Plaza Semanggi, Blok M Plaza, Pasaraya, hampir satu dekade lalu merupakan tempat nongkrong favorit anak muda. Tapi kini, pengunjungnya anjlok bahkan hampir sulit ditemui.
Di antaranya adalah jumlah mal yang semakin banyak di Jakarta, dan juga perubahan gaya hidup masyarakat kota besar. "Akumulasi faktor tadi dari daya beli, spending money yang dibatasi. Bahkan banyaknya mal kini juga menjadi alasan lain," ujar Anton kepada CNBC Indonesia, Jumat, (22/2/2019).
![]() |
Dia menuturkan bahwa saat ini banyak orang mulai membagi pengeluarannya untuk hal lain selain belanja, seperti untuk liburan dan kebutuhan hobi.
"Sekarang masyarakat cenderung ingin praktis dan lebih gemar menyisihkan uang mereka untuk kesehatan atau menghibur diri dengan olahraga atau liburan sebagai rutininas," kata dia.
Sementara itu maraknya toko online juga disinyalir membuat pergeseran dalam budaya berbelanja masyarakat Indonesia. Banyak pula ritel yang kurang mengantisipasi perkembangan zaman yang sedang tren seperti kurangnya inovasi, harga tidak bersahabat sehingga berdampak pada sepinya berbagai pusat perbelanjaan.
"Jadi banyak, di sisi lain misalnya retailernya kurang bisa mengantisipasi zaman, kurang inovasi, harga tidak sesuai dengan pangsa konsumen. Ini juga mungkin berpengaruh, karena preferensi mereka berbeda golongan dari milenial hingga generasi tua," ujarnya.
Saksikan video soal penyusutan pengunjung mal di Jakarta tahun lalu
[Gambas:Video CNBC]
(gus) Next Article Empat Tahun Terakhir, Tingkat Hunian Mal Merosot 14%
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular