
Special Features
Tren Fesyen Hijrah, Agar Soleha atau Sekadar Gaya?
Gustidha Budiartie & Arina Yulistara, CNBC Indonesia
01 April 2018 15:05

- Busana dan kerudung sesuai syariah dibungkus mulai dari harga ratusan ribu hingga jutaan rupiah, hampir setara dengan merek-merek luar negeri ternama
- Permintaan akan busana muslim syariah semakin tinggi, menjadi peluang bisnis tersendiri. Kebutuhan para wanita muslim tak sekedar untuk menutup aurat, tapi juga tetap bisa bergaya
- Praktisi keuangan syariah mengingatkan untuk mengendalikan diri saat berbelanja, karena hijrah semestinya tidak sepaket dengan budaya boros
Jakarta, CNBC Indonesia- Hijrah artinya secara literal adalah pindah, istilah yang kerap digunakan untuk menuju sesuatu tempat atau pemikiran yang lebih baik. Belakangan, hijrah seakan menjadi fenomena bahkan tren. Sebab istilah hijrah juga beralih ke dunia fesyen.
Ketika seorang memutuskan untuk hijrah, meninggalkan masa lalunya dan memeluk pribadi yang lebih baik, maka gaya busananya juga berubah. Yang semula terbuka menjadi tertutup, yang semula ketat menjadi longgar, mengikuti ketentuan agama yang mereka yakini.
Dulu, ketika seorang wanita memutuskan memakai jilbab yang sesuai ketentuan syariah pilihannya sangat terbatas. Tapi kini, hijrah adalah peluang bisnis bagai desainer busana muslim yang jeli pasar. Busana syariah pun tak ketinggalan gaya, banyak pilihan, dan juga mulai berkelas.
Atau bermain-mainlah ke situs jual beli online busana muslim dan masuk ke bagian Khimar, jilbab lansung berukuran lebar dan panjang hingga menutup bokong. Untuk Khimar yang diproduksi oleh artis Annisa Hapsari misalnya harganya bisa mencapai Rp 600 ribu, setara dengan membeli busana di Zara. Khimar paling murah di situs itu seharga Rp 200 ribuan, bisa untuk membeli 3 kaos di Matahari atau 2 kaos di Uniqlo jika beruntung dapat diskon.
Sekarang kita intip harga Abaya, masih di situs yang sama, abaya karya perancang lokal Vivi Zubedi bisa dipatok hingga seharga Rp 999 ribu dengan model hitam plain dari atas sampai bawah. Dengan uang serupa bisa untuk membeli sepasang kemeja dan celana di Marks and Spencer.
Dengan kisaran harga yang tidak jauh beda dengan merek merek luar negeri, berhijrah juga butuh modal untuk merombak gaya busana.
Seperti apa yang dirasakan oleh Hanung, wanita asal Semarang yang memutuskan hijrah di 2015. Ketika memutuskan berjilbab, Hanung tentunya harus mulai membeli pakaian lengan panjang. "Pertama kali beli itu nyarinya baju lengan panjang, karena kalau enggak panjang harus ditutupi outer ribet ya," kata Hanung kepada CNBC Indonesia.
Penuturan serupa diakui oleh Elsa, wanita berusia 19 tahun yang tinggal di Jakarta. Ia mengatakan lebih banyak membeli blouse berpotongan lengan panjang karena sebelum berhijab juga tidak punya. Elsa memutuskan hijrah baru Januari 2018 kemarin.
Awal-awal hijrah, Hanung menyiapkan budget seadanya untuk membeli jilbab dan kemeja lengan panjang. Untuk jilbab misalnya, ia menganggarkan maksimal seharga Rp 100 ribu. Dalam sebulan bisa dua kali beli, jika butuh.
Kini, seiring makin banyaknya mode dan pilihan godaan pun semakin tinggi. Anggaran untuk belanja jilbab Hanung ditingkatkan, menjadi Rp 200 ribu untuk sehelai jilbab.
"Sekarang kan pilihannya semakin banyak, kadang suka beli yang harganya Rp 200 ribu tergantung bahan sih. Kerudung yang mahal juga dipakainya beda ya lebih nyaman. Kalau beli kerudung lebih sering online karena gampang tapi harus lihat testimoni dulu biar sesuai antara gambar dan kualitas aslinya," tambah wanita 26 tahun yang bekerja sebagai penata rias itu.
Ada lagi hijabers bernama Nita, 30 tahun, ia sebenarnya sudah mulai menggunakan jilbab syari sejak 2006. Tapi dulu pilihannya terbatas, Nita harus blusukan untuk mencari gaun yang ia inginkan. Kini cukup dengan sinyal kuat dan jari jari di atas keyboar, belanja baju syar'i semudah mengedipkan mata.
Menurut Nita, jilbab syari wajar berharga mahal karena memang bahan yang dibutuhkan lebih banyak. Oleh sebab itu tak heran jika ia melihat merek busana syar;i ternama seperti Si.Se.Sa membanderol kerudung instan syarinya mulai harga Rp 500 ribu hingga jutaan.
Nita, Hanung, dan Elsa hanya contoh kecil para wanita yang mendongkrak pengeluarannya demi menyempurnakan penghasilan. Tentunya yang memiliki budget dan pertimbangan untuk mengeluarkan uang lebih banyak demi hijrah secara busana masih sangat banyak, jika tidak gerai-gerai busana muslim, desainer busana muslim (baik yang profesional maupun dadakan), dan toko toko online busana muslim tidak akan menjamur seperti ini.
Hijrah kini menjadi tren yang jadi peluang bisnis, proses mendekatkan diri kepada Tuhan yang buat pelaku bisnis busana bisa mendatangkan cuan.
Desainer busana Istafiana Candarini mengatakan era digital memiliki peran signifikan yang mendorong perempuan berbondong-bondong untuk hijrah. Desainer dengan sapaan akrab Irin itu mengatakan banyak wanita memutuskan berhijab karena pengaruh 'informasi' yang kian meluas. Ini merupakan salah satu sisi positif dari perkembangan teknologi digital.
"Kalau menurut aku fenomena hijrah ini berkaitan dengan generasi sebelum kita yang lebih lambat memulai hal-hal yang bersifat agamis, seperti misalnya ada stigma 'Memakai hijab nanti saja kalau sudah nikah atau sudah punya anak' sedangkan sebenarnya hal itu kan salah. Nah generasi kita lebih mudah mendapat informasi di era digital sehingga lebih banyak hal yang tersampaikan lebih cepat, menurut aku sih hal tersebut berkaitan ya," jelas Irin saat dihubungi CNBC Indonesia, Sabtu (24/3/2018).
Irin tak menampik fenomena tersebut memiliki dampak yang baik ke pedagang busana muslim. Ia mengalami peningkatan penjualan di awal 2018. Permintaan hijab semakin banyak dari para konsumen. "Seiring dengan meningkatnya kesadaran tersebut pastilah demand hijab juga meningkat, di Kami. sendiri juga alhamdulillah begitu. Kayak best selling kita itu kerudung, inner, baru menyusul yang besar-besar kayak atasan dan bawahan," tambahnya.
Pernyataan serupa juga dilontarkan oleh perwakilan dari Elzatta, Meta. Ia mengatakan kalau fenomena hijrah ini sebenarnya sudah dirasakan sejak tahun lalu namun baru terasa pergolakannya karena banyak artis berhijab di awal 2018. Elzatta sendiri mengalami peningkatan penjualan sudah dari 2017. Namun ia tak mau menyebut soal angka.
Penjualan terlaris dari Elzatta adalah kerudung dan gamis. Meta mengatakan kalau banyak pelanggan yang menyukai kerudung motif dari Elzatta. "Di awal tahun ini alhamdulillah semuanya baik, kerudung dan gamis tetap menjadi pilihan favorit costumer Elzatta," ujarnya.
Hijrah atau memperbaiki penampilan agar lebih syariah tentu adalah hak setiap wanita muslimah. Tapi ada baiknya mendengar nasihat dari praktisi keuangan syariah Dr. Murniati Mukhlisin, M. Acc, yang akrab disapa Ani, soal belanja busana.
Ani menyarankan kepada wanita maupun pria muslim untuk membekali diri dengan berzikir agar bisa mengendalikan sikap termasuk ketika berbelanja. Tak lupa juga untuk mencatat barang yang akan dibelanjakan dan melihat kembali benda apa saja yang sudah dimiliki.
Ani mengingatkan sebaiknya tidak membeli barang yang sudah ada hanya karena nafsu. Bila memang ingin membeli yang baru akan lebih baik untuk memberikan barang lama kepada orang lain agar tidak terpendam sia-sia. "Kalau misalnya mau beli baru lagi silakan Allah selalu mempermudah kita tapi sedekahkan dulu yang lama-lama. Jangan sampai kita menumpuk barang dan terbuang-buang karena Allah tak menyukainya," tambah wanita lulusan Universitas Glasgow, Skotlandia, Inggris itu.
(gus/gus) Next Article Bertahan 3 Dekade, Simak Rahasia Brand Busana Muslim Ini
Most Popular