
Ditekan Joe Biden, CEO Ripple Blak-blakan Masa Depan Kripto

Jakarta, CNBC Indonesia - Ripple telah terperangkap dalam perselisihan hukum berisiko tinggi dengan Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC, Securities and Exchange Commission) sejak tahun lalu meskipun aset ini dikenal sebagai pelopor mata uang kripto (cryptocurrency) XRP.
CEO Ripple, Brad Garlinghouse yang hadir dalam program Squawk Box CNBC pada Rabu (26/5/2021) merasa sangat frustrasi karena kurangnya kejelasan dalam regulasi aset digital AS.
Dia berpendapat bahwa masalah regulasi terkait dengan kripto di AS di bawah kepemimpinan Presiden Joe Biden sebetulnya bukan karena pemain cryptocurrency, tetapi lebih karena kurangnya tindakan dari regulator di negara itu dibandingkan dengan regulator di global.
Secara pergerakan, harga Ripple naik sekitar 8% pada Rabu (26/5/2021) pagi, di tengah rebound kripto. Sementara selama tahun berjalan (year-to-date/YTD), Ripple masih melesat lebih dari 300%. Namun, Ripple telah terjatuh dari level tertingginya selama tahun berjalan.
"Ada kesalahpahaman tentang bagaimana teknologi ini dapat diterapkan," kata Garlinghouse, dikutip dari CNBC International.
"Di AS, masih ada ketidakjelasan regulasi. Namun di negara lain, terutama negara G20 telah menginvestasikan waktu dan energinya, baik melalui undang-undang atau pembuatan peraturan untuk memberikan kejelasan dan kepastian yang memungkinkan investor untuk berpartisipasi untuk membangun negara yang lebih baik." tambahnya.
Perseteruan antara industri kripto dengan regulator hingga kini masih terjadi.
Sebelumnya pada Rabu kemarin, pemerintah Inggris melarang iklan yang menyarankan orang untuk membeli Bitcoin dan menyebutnya "tidak bertanggung jawab."
Sementara itu, sebuah artikel opini di Wall Street Journal pekan ini menyerukan larangan kripto dan mengutip masalah yang dapat timbul seperti insiden ransomware Colonial Pipeline, yang menggunakan cryptocurrency untuk mendapatkan tebusan pada pertengahan bulan ini.
Ripple menggunakan XRP sebagai semacam "jembatan" antar mata uang, yang diklim dapat mempermudah pembayaran dan transaksi antar bank untuk memproses transaksi lintas batas jauh lebih cepat daripada yang mereka lakukan melalui jalur pembayaran lama.
Bitcoin, Penggunaan Energi, dan Elon Musk
Baru-baru ini, Iran melarang sementara penambangan Bitcoin dan cryptocurrency lainnya pada Rabu (26/5/2021) kemarin. Sementara sebelumnya, China telah menindak penambang Bitcoin dalam beberapa bulan terakhir.
Iran dan China juga memiliki kekhawatiran yang sama, yakni penggunaan energi yang berlebihan ketika menambang Bitcoin atau cryptocurrency lainnya.
CEO Ripple telah menjadi kritikus tentang berapa banyak energi yang digunakan penambangan Bitcoin, tetapi ia bukanlah satu-satunya tokoh yang telah mengangkat masalah ini. Elon Musk hingga Bill Gates dan Jack Dorsey pun juga memiliki rasa khawatir yang sama.
"Jika Ripple bisa mengendalikan orang-orang itu, kami mungkin tidak akan mendapatkan gugatan dari SEC," katanya, dilansir dari CNBC International.
Pada Senin (24/5/2021) lalu, Musk mengatakan melalui tweet-nya bahwa dia bertemu dengan penambang Bitcoin di Amerika Utara dan mereka berkomitmen untuk mempublikasikan penggunaan terbarukan saat ini & yang direncanakan.
"Saya pikir pada akhirnya, industri harus fokus pada utilitas. Dan apakah teknologi ini memecahkan masalah nyata bagi pelanggannya.'' kata Garlinghouse kepada CNBC International.
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini Bedanya Investasi Saham dan Kripto, Jadi Pilih Mana nih?