Internasional

Oalah, Ternyata Gegara Ini Presiden Iran 'Haramkan' Kripto

Tommy Sorongan, CNBC Indonesia
27 May 2021 11:35
Presiden Iran Hassan Rouhani
Foto: REUTERS/Danish Siddiqui/File Photo

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah pemerintah China di bawah Presiden Xi Jinping yang melarang aktivitas perdagangan dan penambangan di China, kini giliran pemerintah Iran ikut mengumumkan larangan sementara penambangan Bitcoin dan cryptocurrency lainnya pada Rabu (26/5/2021).

Alasannya, para pejabat menyebut aktivitas itu "boros" energi dan menyebabkan pemadaman listrik di sejumlah kota di Iran.

"Larangan itu berlaku segera dan akan diberlakukan hingga 22 September," kata Presiden Iran Hassan Rouhani kepada TV pemerintah, dikutip CNBC Indonesia, Kamis ini (27/5).

Langkah ini sebagai upaya penolakan pemerintah Iran terhadap mata uang digital populer tersebut. 

Sebelum Iran, sudah terlebih dahulu pemerintahan Xi Jinping keras terhadap kripto di samping China ingin membuat mata uang digitalnya sendiri.

Aksi jual secara massif masih pun terjadi sejak pekan lalu di pasar kripto setelah tindakan keras pemerintahan China. Pada Jumat pekan lalu, China melarang lembaga keuangan seperti bank dan fintech pembayaran untuk menyediakan layanan transaksi uang kripto.

China juga mengingatkan investor agar tidak memperdagangkan uang kripto spekulatif. Pada akhir pekan kemarin, China menambah hantaman dengan mengaku akan mengeluarkan aturan baru untuk menindak penambang dan perdagangan mata uang kripto.

Sontak, kabar ini membuat mata uang kripto Bitcoin pada perdagangan Minggu (23/5/2021) sempat mengalami penurunan sebesar 16%. Menurut data Coin Meters, Mother of Crypto itu turun ke US$ 31.772,43 (Rp 455 juta) setelah Jumat berada di level US$ 35.891 atau Rp 515 juta.

Ditambah lagi, Elon Musk, pemilik pabrik mobil listrik Tesla dan salah satu orang terkaya di dunia, pun mempermasalahkan sustainability alias keberlanjutan dari penambangan dan transaksi Bitcoin di dunia. Bahkan dia memutuskan untuk menghentikan pembelian Tesla menggunakan Bitcoin.

Musk dalam keterangannya menyebutkan adanya kekhawatiran bahwa Bitcoin menyebabkan penggunaan bahan bakar fosil yang meningkat pesat. Dia juga menyinggung data dari peneliti di Universitas Cambridge yang menunjukkan lonjakan penggunaan listrik Bitcoin tahun ini.

Satu lagi, Pemerintah Presiden AS Joe Biden juga bersikap keras pada penambang illegal Bitcoin. Departemen Keuangan AS menyebutkan akan meminta pelaporan mengenai adanya transfer kripto dengan nominal lebih dari US$ 10 ribu, layaknya transaksi uang tunai.

Pemadaman Listrik

Lebih lanjut di Iran, yakni di Teheran, Ibu kota Iran, dan beberapa kota besar lainnya telah menghadapi beberapa kali pemadaman listrik harian selama beberapa bulan terakhir. Para pejabat menyalahkannya pada kekurangan gas alam dan kekeringan berkepanjangan yang melumpuhkan pembangkit listrik tenaga air di negara itu.

Penambangan kripto makin menambah masalah. Apalagi, 85% penambangan Bitcoin di negara itu dilakukan secara ilegal.

Hal ini mendorong tindakan keras nasional terhadap penambang karena aktivitas itu akhirnya mengganggu beberapa fasilitas medis. Ini membuat faskes kesulitan menjalankan alat pendingin untuk menyimpan vaksin Covid-19.

Pada Januari, polisi Iran menyita hampir 50.000 mesin penambangan Bitcoin yang menggunakan listrik bersubsidi secara ilegal. Menurut perusahaan listrik milik negara Tavanir, para penambang telah mengonsumsi 95 megawatt per jam dengan tarif murah yang disubsidi negara.

Mata uang kripto yang pernah mencapai rekor harga tertinggi pada bulan April di atas US$ 63.000 (Rp 900 juta) per koin, telah mendapat kecaman akhir-akhir ini karena intensif energi di balik produksinya dan akibatnya biaya lingkungan.

Penambang Bitcoin menggunakan komputer yang dibuat khusus untuk menyelesaikan persamaan matematika kompleks yang secara efektif memungkinkan transaksi kripto. Namun, seluruh proses ini membutuhkan banyak energi karena jumlah daya yang digunakan oleh komputer.

Teheran sebelumnya mengizinkan cryptocurrency yang ditambang di Iran untuk membayar impor barang, yang dapat membantunya mengatasi sanksi AS yang luas. Bank sentral Iran melarang perdagangan cryptocurrency yang ditambang di luar negeri, meskipun ini dapat ditemukan di pasar gelap, menurut orang Iran yang tinggal di negara itu.

Sekitar 4,5% dari semua penambangan Bitcoin secara global terjadi di Iran antara Januari dan April tahun ini, menurut perusahaan analitik blockchain Elliptic. Itu menempatkannya di antara 10 teratas di dunia, sementara China berada di posisi pertama dengan hampir 70%.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Musuh Trader Kripto Banyak Amat: Xi Jinping-Biden-Iran-Mongol

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular