
Ingin Beli Properti? AREBI: Sekarang Tahun yang Tepat
Arina Yulistara, CNBC Indonesia
11 April 2018 17:39

Jakarta, CNBC Indonesia - Apa Anda terpikir untuk investasi atau membeli sebuah hunian? Menurut Ketua DPD AREBI (Asosiasi Real Estate Broker Indonesia) Clement Faris, 2018 menjadi tahun yang tepat untuk membeli properti karena harganya cenderung stagnan. Ia memprediksi kalau harga properti akan membengkak setelah tahun politik usai.
"2018 properti tetap stagnan tapi pembelinya ada karena banyak tawaran cicilan menarik. Tapi nanti setelah Pilkada dan Pilpres, pengalaman kami kenaikannya akan berkali lipat, bisa 20%, 30%, sampai 50% naiknya. Seperti 1998 dan 2008 setelah itu kenaikan bisa berkali lipat. Properti booming di 2012 dan 2013, siklus kenaikan properti di Indonesia lima tahunan ya," jelas Clement saat berbincang dengan CNBC Indonesia di acara Jakarta Property Expo 2018, Mal Kota Kasablanka, Jakarta Selatan, Rabu (11/4/2018).
Membeli properti bisa dalam bentuk apa saja baik hunian baru maupun bekas. Namun untuk 2018, Ketua Umum DPP AREBI Hartono Sarwono melihat kalau pasar secondary (hunian bekas) sedang berkembang. Banyak orang Indonesia yang mengincar hunian bekas tahun ini untuk dijadikan tempat tinggal.
Rata-rata orang Indonesia yang mencari rumah bekas berusia 40 tahun ke atas karena mereka ingin memiliki hunian nyaman untuk hari tua. Sementara para pelaku usaha properti atau investor memilih berdiam diri di 2018 demi memantau perkembangan.
"70% market-nya sekarang end user, investor wait and see. Beberapa tahun lalu developer (pengembang) mendorong semua orang investasi properti, sekarang barang yang diinvestasi dikeluarkan. Faktor pendorongnya karena investor menarik diri terutama kemarin sempat ada tax amnesty. Sekarang investor masih shock jadi mereka tarik diri investasi di properti tapi mungkin ini hanya sementara, makanya dia punya stok barang lebih baik dilepas dulu di secondary market biar habis juga," tambah Hartono.
Hartono menambahkan, untuk secondary market lebih banyak mencari tipe perumahan cluster dan komplek yang menawarkan ragam fasilitas demi kenyamanan. Mereka memikirkan rumah bukan hanya untuk diri sendiri melainkan keluarga karena usianya yang mature.
Uniknya, para pemburu rumah bekas kini lebih memilih area di pinggiran Jakarta karena harga tanah di kawasan DKI Jakarta sudah tinggi sekali. Seperti area Bekasi dan Tangerang yang menjadi incaran karena merupakan wilayah berkembang. Hartono pun menilai, rumah di kawasan Tangerang Selatan seperti BSD atau Serpong yang paling banyak diminati untuk pasar secondary saat ini.
"Bekasi dan Tangerang paling banyak diminati karena nilai propertinya itu boleh dibilang affordable. Klo sudah masuk ke Jakarta sudah terlalu tinggi, orang tertentu doang yang akan beli. Tangerang itu yang lagi berkembang Tangerang Selatan kayak BSD, Serpong, dan Alam Sutera. Transportasi publiknya juga bagus ya," kata Hartono lagi.
(roy/roy) Next Article Belanja Properti di Tahun Politik, Pilihan yang Tepat?
"2018 properti tetap stagnan tapi pembelinya ada karena banyak tawaran cicilan menarik. Tapi nanti setelah Pilkada dan Pilpres, pengalaman kami kenaikannya akan berkali lipat, bisa 20%, 30%, sampai 50% naiknya. Seperti 1998 dan 2008 setelah itu kenaikan bisa berkali lipat. Properti booming di 2012 dan 2013, siklus kenaikan properti di Indonesia lima tahunan ya," jelas Clement saat berbincang dengan CNBC Indonesia di acara Jakarta Property Expo 2018, Mal Kota Kasablanka, Jakarta Selatan, Rabu (11/4/2018).
"70% market-nya sekarang end user, investor wait and see. Beberapa tahun lalu developer (pengembang) mendorong semua orang investasi properti, sekarang barang yang diinvestasi dikeluarkan. Faktor pendorongnya karena investor menarik diri terutama kemarin sempat ada tax amnesty. Sekarang investor masih shock jadi mereka tarik diri investasi di properti tapi mungkin ini hanya sementara, makanya dia punya stok barang lebih baik dilepas dulu di secondary market biar habis juga," tambah Hartono.
Hartono menambahkan, untuk secondary market lebih banyak mencari tipe perumahan cluster dan komplek yang menawarkan ragam fasilitas demi kenyamanan. Mereka memikirkan rumah bukan hanya untuk diri sendiri melainkan keluarga karena usianya yang mature.
Uniknya, para pemburu rumah bekas kini lebih memilih area di pinggiran Jakarta karena harga tanah di kawasan DKI Jakarta sudah tinggi sekali. Seperti area Bekasi dan Tangerang yang menjadi incaran karena merupakan wilayah berkembang. Hartono pun menilai, rumah di kawasan Tangerang Selatan seperti BSD atau Serpong yang paling banyak diminati untuk pasar secondary saat ini.
"Bekasi dan Tangerang paling banyak diminati karena nilai propertinya itu boleh dibilang affordable. Klo sudah masuk ke Jakarta sudah terlalu tinggi, orang tertentu doang yang akan beli. Tangerang itu yang lagi berkembang Tangerang Selatan kayak BSD, Serpong, dan Alam Sutera. Transportasi publiknya juga bagus ya," kata Hartono lagi.
(roy/roy) Next Article Belanja Properti di Tahun Politik, Pilihan yang Tepat?
Most Popular