CNBC Insight

Orang Terkaya Palestina Tarik Semua Uang Demi Bantu Warga Indonesia

MFakhriansyah, CNBC Indonesia
Rabu, 08/10/2025 12:05 WIB
Foto: Miliuner Palestina, Mohamed Ali Eltaher. (Dok. Mohamed Ali Eltaher.org)
Naskah ini bagian dari CNBC Insight, menyajikan ulasan sejarah untuk menjelaskan kondisi masa kini lewat relevansinya di masa lalu.

Jakarta, CNBC Indonesia - Tepat dua tahun lalu, Israel memulai serangan besar-besaran terhadap warga Palestina. Sejak saat itu pula, masyarakat Indonesia semakin menunjukkan dukungan kuat kepada perjuangan rakyat Palestina.

Namun, tak banyak yang tahu bahwa hubungan solidaritas kedua bangsa ini sudah terjalin sejak lama. Bahkan pada masa lalu.

Ini terungkap lewat pemberitaan soal seorang dermawan asal Palestina bernama Muhammad Ali Taher. Ia rela menyerahkan seluruh uangnya di bank untuk membantu perjuangan rakyat Indonesia.



Kejadian ini bermula pada Desember 1948 ketika Indonesia menghadapi Agresi Militer Belanda II. Serangan tersebut sempat membuat pemerintahan Republik lumpuh total.

Kala itu, ibu kota Yogyakarta diserang, para pemimpin ditangkap, dan ekonomi rakyat porak-poranda. Banyak warga terpaksa mencari cara bertahan hidup.

Ada yang melakukan penyelundupan. Ada pula yang bergotong royong membantu perjuangan mengusir tentara Belanda.


Sementara di luar negeri, para diplomat Indonesia berjuang keras mencari dukungan dari bangsa-bangsa lain agar mengakui kemerdekaan Indonesia. Dari sekian banyak dukungan yang datang, salah satu yang paling menyentuh adalah bantuan dari Muhammad Ali Taher.

Mengutip situs Eltaher, Ali Taher lahir di Nablus, Tepi Barat, Palestina, pada 1896. Dia adalah pengusaha sukses yang memiliki beberapa perusahaan media besar di Mesir.

Sebagai seseorang yang juga berasal dari negeri terjajah, Ali Taher memiliki empati mendalam kepada bangsa-bangsa yang berjuang merebut kemerdekaan-termasuk Indonesia. Dia dikenal kerap menerima para tokoh perjuangan di kantornya, termasuk tokoh-tokoh dari Indonesia.

Persinggungan antara Ali Taher dan Indonesia terjadi melalui Mohamed Zen Hassan, seorang diplomat Indonesia sekaligus Ketua Panitia Pusat Perkumpulan Kemerdekaan Indonesia. Hassan merupakan salah satu aktor utama di balik dukungan besar negara-negara Arab terhadap kemerdekaan Indonesia.

Berkat lobi-lobinya, Mesir menjadi negara pertama yang mengakui kemerdekaan RI pada 22 Maret 1946. Ini disusul negara-negara Arab lainnya.

Dalam salah satu pertemuannya di Mesir, Hassan diajak oleh Ali Taher ke Bank Arabia. Tanpa disangka, Ali Taher menarik seluruh uangnya dari bank tersebut.

Hassan semula tidak mengira uang itu ditujukan untuk rakyat Indonesia. Namun ternyata, seluruh tabungan pribadi itu diserahkan untuk perjuangan bangsa Indonesia.

"Terimalah semua kekayaan saya ini untuk memenangkan perjuangan Indonesia," kata Ali Taher, dikutip dari memoar Mohamed Zen Hassan berjudul Diplomasi Revolusi Indonesia di Luar Negeri (1970).

Sayangnya, tak ada catatan pasti mengenai berapa jumlah uang yang disumbangkan. Namun, yang jelas, bantuan itu sangat berarti bagi Indonesia yang tengah berjuang melawan penjajahan.

Kisah ini pula yang menjadi salah satu alasan mengapa Indonesia hingga kini tetap teguh mendukung Palestina.

Sejak awal, Indonesia menolak mengakui keberadaan Israel yang diproklamasikan pada 14 Mei 1948. Presiden Soekarno dengan tegas berpihak kepada Palestina karena menilai Israel telah merampas tanah rakyat Palestina.

Sikap itu terus dijaga hingga berbagai peristiwa internasional, seperti Konferensi Asia Afrika 1955, Asian Games 1962, dan banyak acara lainnya. Di mana Israel tidak diperbolehkan hadir.

Dalam pidatonya pada 17 Agustus 1966, Presiden Soekarno menegaskan dukungan Indonesia terhadap Palestina adalah bentuk konsistensi perjuangan bangsa yang harus dijaga selamanya.

"Kita harus bangga bahwa kita adalah satu bangsa yang konsekuen terus, bukan saja berjiwa kemerdekaan, bukan saja berjiwa antiimperialisme, tetapi juga konsekuen terus berjuang menentang imperialisme. Itulah pula sebabnya kita tidak mau mengakui Israel," ungkap Presiden Soekarno.


(mfa/șef)