Jokowi Buka-bukaan Soal Krisis, Subsidi BBM, hingga IKN

Tim Redaksi, CNBC Indonesia
18 August 2022 20:36
Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam Economic Update 2022
Foto: Presiden Joko Widodo (Jokowi) (Dokumentasi CNBC Indonesia)

Seberapa besar kemampuan Indonesia dalam mempertahankan ekonomi dalam gelapnya ekonomi global? Seperti yang kita tahu, kondisi ekonomi kita dua tahun ini ditopang oleh komoditas yang harganya sedang tinggi?
Kalau saya melihat daya tahan ekonomi kita cukup baik. Tapi harus hati-hati dan wasapada.

Kalau kita lihat konsumsi rumah tangga masih tumbuh di angka 5,5%, konsumsi listrik tumbuh 5,2%. Ini sangat baik. Artinya apa? Ada kenaikan produksi di industri dan pabrik, karena mereka meminta listrik yang lebih.

Kemudian kredit perbankan tumbuh di bulan Juli kemarin 10,8%. Ini kenaikan sangat drastis dari yang sebelumnya. Dan dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 9,1%. Ini juga bagus.



Kemudian kita juga diuntungkan dan mendapatkan wind fall dari kenaikan kuantitas maupun kenaikan harga komoditas, tetapi kita growth (pertumbuhan) kita dipengaruhi konsumsi rumah tangga, wind fall yang kita terima dan pendapatan negara meningkat dan meningkatnya APBN. Surplus kita Rp 106 triliun.

Dan sekali lagi, yang sangat memberikan dukungan yang besar justru di hillirisasi, industrialisasi bahan mentah kita. Saya berikan satu contoh yang sudah kita setop, nikel. Pada saat kiita masih ekspor bahan mentah, 5-7 tahun yang lalu, nilainya masih US$ 1,1 miliar. Begitu kita setop dan masuk hilirisasi, 2021 angkanya naiknya menjadi US$ 20,8 milar, ada peningkatan 18 kali.

Inilah yang ingin kita lakukan terhadap bahan tambang yang lain, nikel disetop, nanti bauksit, nanti timah, kita harus punya keberanian seperti itu. Memang kita digugat Uni Eropa ke WTO. Tidak apa-apa. Itu memang keinginan mereka agar bisa masih impor bahan mentah kita.

Tapi kita ingin agar pendapatan negara lainnya naik, pajak naik, bea keluar naik, royalti naik, semuanya. Yang mendapatkan siapa? Negara. Kemudian diberikan kepda rakyat. Dan hilirisasi paling penting lapangan terbuka sebesar-besarnya untuk rakyat. Buka di sana, di luar negeri nilai tambahnya.

Soal konsumsi, sebelum beralih ke hilirisasi, konsumsi kita ini terancam karena harga pangan yang tinggi. Beberapa komoditas pangan kita harus impor, seberapa kuat kita di sektor pangan?

Yang paling penting itu satu, beras. Ini jangan sampai terganggu produksinya. Sehingga selalu saya sampaikan urusan varietas unggul, pupuk, air menjadi yang utama.

Dalam tujuh tahun ini kita sudah membangun 21 bendungan. Selesai! Akhir tahun ini akan tambah lagi 9 bendungan. Kalau tidak ada masalah di APBN, akan selesai.

Embung 4.500 + 1,1 juta hektare irigasi baru. Inilah yang menyebabkan produksi beras kita naik. Tahun 2019 sebesar 31,3 juta ton, tahun 2020 juga 31,3 juta ton, dan tahun 2021 31,3 juta ton.

Ini selalu stabil dan naik dari sebelumnya, Karena apa? ada airnya, ada bibit unggulnya dan ekstensifikasi dan intensifikasi di lapangan, sehingga baru dua hari lalu mendapatkan sertifikat penghargaan yang menyatakan bahwa Indonesia memiliki ketahanan pangan yang baik sejak 2019 dan swasembada beras sejak 2019 dari International Rice Research Institute dan disaksikan juga oleh FAO.

Ini capaian baik dan akan dilanjutkan oleh komoditas lain. Baik itu jagung. Jagung itu harus tahu, jagung tujuh tahun lalu kita masih impor 3,5 juta ton setiap tahun. Tahun kemarin kita hanya impor 800 ribu. Artinya ada peningkatan produksi. Itupun jagung-jagung kualitas khusus makanan dan minum. Tetap apapun yang impor-impor harus segera diselesaikan

Begitu juga dengan gandum, karena gandum tidak bisa tumbuh di Indonesia, maka kita subtitusi dicampur dengan bahan yang kita miliki, tepung singkong, sorgum, sagu. Ini yang akan terus kita kerjakan.

Sorgum kita coba di NTT, Waingapu, tumbuh sangat bagus. Karena kita belum biasa, kita coba 100 hektare dulu, koreksi, evaluasi, dan baru diperbanyak.

Saya yakin urusan gula kita juga akan bisa swasembada masih nunggu kira-kira empat tahun lagi. Ini sudah kita mulai dan sudah ketemu jurusnya.

Banyak yang menagih janji pak Jokowi bahwa kita akan swasembada pangan. Bagaimana menjawabnya pak Jokowi?
Ya itu tadi. Satu, beras sudah, nanti jagung kita kejar, nanti gula kita kejar, ketemu kok karena kita punya peta jalan yang jelas, rencana jelas, kemudian di lapangan terus kita ikuti prosesnya, misalnya membuat food estate.

Awal gagal, diulang lagi, gagal 50% diulang lagi, naik ke 70% diulang lagi. Tapi ini proses yang tidak langsung jadi dan di lapangan tidak seperti itu. Boleh kita membuat planning tapi di lapangan kadang-kadang banyak kendala yang sebelumnya tidak dikira-kira akan muncul.

IInfografis/Inilah lokasi Lumbung pangan Jokowi di kalteng/Aristya RahadianFoto: Lokasi Lumbung pangan Jokowi di Kalimantan Tengah (Aristya Rahadian/CNBC Indonesia)
(miq/sef)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular