Wamenkeu Ungkap Rahasia RI Tak Anjlok Saat Dunia Gelap Gulita

- APBN harus selalu sehat, tapi harus terus mendorong pertumbuhan ekonomi di tengah momentum pemulihan ini. Sebetulnya langkah apa yang harus dilakukan pemerintah untuk menghadapi situasi ini?
Kondisi ekonomi kita kalau dilihat strukturnya, APBN atau pengeluaran pemerintah sebenarnya di seluruh PDB hanya sekitar 15%-an, 80% lagi yang membentuk PDB, tidak lain adalah dunia usaha dan masyarakat.
Nah, dunia usaha dan masyarakat itu ada rumah tangga, ada usaha produsen, kalau rumah tangga pengeluarannya itu konsumsi rumah tangga. Makanya, kita ingin dorong konsumsinya.
APBN bisa gak mendorong konsumsi rumah tangga? Bisa, dengan cara memastikan harga stabil, itu yang kita lakukan.
Jadi, APBN bisa tidak mendorong investasi dari dunia usaha, bisa - dengan membuat harga stabil, biaya energi kita buat stabil. Lalu, kemudian ketika dunia usaha melihat 'oh ternyata pusat perbelanjaan mulai dikunjungi orang', 'pasar sudah dikunjungi pelanggannya'. Lalu kemudian dia berusaha, ini yang harus jadi pembentuk PDB kita.
Pemerintah harus bicara mengenai fundamental, fundamentalnya ditaruh pemerintah menjaga harga, pemerintah menjaga daya beli masyarakat.
Kan kita inginnya daya beli masyarakatnya itu terdistribusi dengan baik. Kelompok ekonomi lemah, menengah, dan kelompok atas biasanya sudah mengurus dirinya sendiri.
Kalau kelompok menengah dan bawah harus kita pastikan punya daya beli, sehingga kemudian dia betul-betul melakukan kegiatan ekonomi - konsumsi, investasi, yang bisa ekspor melakukan ekspor, tapi biasanya kalau teman-teman melihat seluruh perekonomian income naik, impornya juga naik. Nanti kita lihat balancing-nya seperti apa.
- Tapi kalau kita lihat, berdasarkan data, belanja pemerintah masih negatif di Kuartal II-2022, jadi sebetulnya seperti apa?
Pada saat 2020 konsumsinya, investasi negatif, ekspor impor negatif, maka satu-satunya positif adalah pengeluaran pemerintah. Itu diperlukan, karena kalau pada saat 2020 kalau government-nya ikut negatif, kita negatifnya lebih dalam dibandingkan 2%.
Jadi, pada saat itu pengeluaran pemerintah jadi shock absorber-nya. Saat ini, kita lihat kegiatan ekonominya pick up, jadi konsumsinya tumbuh luar biasa, impressive, investasi juga tumbuh positif. Di saat itu lah kemudian pemerintah itu mengurangi intensitas.
Jadi, memang dia negatif, tapi negatif dibandingkan tahun lalu yang luar biasa tingginya. Jadi, tahun lalu pemerintah tumbuh sekitar 7%, sekarang dia negatif sekitar 4% sampai 5%. Itu adalah cara untuk melihat, pemerintah ini intensitasnya diturunkan.
Supaya, APBN sehat. Bayangkan kalau tahun lalu sudah 7%, kemudian tahun ini kita geber lagi, itu tambah defisitnya. Kita mau mengurangi defisit, supaya APBN kembali sehat dan dia siap-siap lagi mengumpulkan kekuatan untuk kalau harus menangani perekonomian ketika konsumsi negatif seperti 2020 itu.
Ini yang disebut countercyclical, ketika perekonomian lagi turun, APBN yang naik. Ketika perekonomian lagi naik, APBN-nya intensitasnya kita jaga.
- Targetnya hingga akhir tahun akan seperti apa untuk belanja pemerintah ini?
Kita tetap membayangkan tahun ini APBN akan tetap defisit, artinya secara nominal belanja akan tumbuh, secara riil kita akan lihat dari inflasinya berapa.
Tapi APBN tetap menjalankan anggaran yang sifatnya defisit, artinya belanja negara akan tetap lebih besar dibandingkan penerimaan negara.
Jadi, efek dari APBN ke perekonomian akan tetap kita optimalkan, tapi kalau ke konsumsi dan investasi ini akan berubah. Beda dengan 2020 dimana yang lain semuanya negatif, tapi satu-satunya government yang positif.
Saat ini, karena yang lain sudah maju, naik dengan sendirinya, government expenditure-nya secara nominal tetap akan tetap positif, dengan defisit di sekitar 3,9% dari PDB. Itu cara menuju tahun depan APBN jadi lebih sehat, nanti tanggal 16 Agustus diumumkan oleh Pak Presiden (Joko Widodo) RAPBN 2023.
- Target pertumbuhan ekonomi hingga akhir tahun akan seperti apa?
Kita akan tetap bayangkan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada di sekitar 5% sampai 5,2%. Moga2 di Q3 dan Q4 ini relatively steady, kalau di Q3 dan Q4 bisa steady di atas 5%, kita punya keyakinan bahwa sampai kahir tahun bisa menyentuh 5% hingga 5,2%. Sekitar angka itu lah.
(cap/mij)[Gambas:Video CNBC]
