CNBC Indonesia Weekend

Petani Karet yang Tinggal Menunggu 'Mati'

Fikri Muhammad, CNBC Indonesia
17 March 2019 18:45
Lalui masa sulit
Foto: REUTERS/Andy Gao
Petani karet di Desa Cipta Jaya mencoba meraih keuntungan lewat lelang harga di kelompok tani bernama Unit Pengelolaan Pemasaran Bahan Olahan Karet (UPPB) Cipta Jaya. Pasalnya, harga jual bisa lebih tinggi yakni 8.700 rupiah per kuintal sedangkan harga yang didapat dari tengkulak hanya 7.000-8.000 rupiah untuk satu kuintal.

Kelompok tani yang beranggotakan 400 orang tersebut mengumpulkan hasil panen karet mentah tiap minggunya. Proses lelang itu nantinya dibeli oleh supplier dari pabrik perusahaan karet seperti Kirana dan Jampiwaras.

Zaenuri mengungkapkan bahwa proses penjualan barang mentah karet dibagi dua, yakni kepada supplier perusahaan dan tengkulak. Untuk petani yang menjual kepada tengkulak bukan karena ketidak tahuan, tetapi kebiasaan petani itu sendiri.



Kelompok tani, menurut Zaenuri, adalah satu-satunya cara agar harga bahan mentah karet bisa lebih menguntungkan karena beberapa tahun belakang petani karet terpuruk dengan harga jual yang murah.

"Kalo harapan saya petani karet kalo bisa jual harga minimal mencapai 10 ribu ke atas lah perkwintal tidak terlalu muluk2. Kalo dulu kan bisa 20 ribu sampai 25 ribu per kilo. Karena beberapa tahun ini kita sangat terpuruk harga karet," tutur Zaenuri dengan pasrah.

Sementara itu, Lukman mengatakan bahwa kelompok tani tidak juga membuat untuk para petani karet. Hal itu disebabkan karena tingkat produksi petani masih rendah. Dalam satu tahun hanya mencapai satu ton menurutnya. Jauh di bawah Malaysia dan Thailand yang mencapai 2 sampai 3 ton per tahun untuk satu hektare lahan.

Lukman menilai bahwa faktor penghambat produksi adalah pembibitan yang belum sempurna. Ini dikarenakan penelitian tentang pembibitan seringkali dianggap remeh pemerintah. Selain itu, pengusaha-pengusaha juga punya andil soal pembibitan tersebut.



Pesimis, Lukman menganggap cepat atau lambat petani karet akan mati. Pemerintah yang mempunyai kontrol atas pengusaha tidak dilaksanakan dengan baik terkait ketetapan harga borongan yang dibeli oleh perusahaan.

Perdagangan bebas menurut Lukman menjadi masalah dan tidak ada harapan bagi petani karet untuk selalu berharap pada pemerintah. Petani karet harus melihat komoditas lain untuk bisa mensejahterakan nasib mereka.

"Ya, kita nggak bisa berharap sama pemerintah. Jadi kita ini sudah kena kebijakan perdagangan bebas. Kecuali ada dana talangan dari pemerintah. Kalau petani karet sudah rugi, sawit kan sekarang udah lumayan. Konveksi saja ke sawit saja, tebang lahannya. Kenapa tidak? Lebih bagus jika lahan bekas karet ditanami sawit," ucap Lukman.

Simak video terkait karet di bawah ini.

[Gambas:Video CNBC]

(miq/miq)

Pages

Tags
Recommendation
Most Popular